Pages

Subscribe:

November 20, 2014

10 Hal yang perlu kita ketahui dari sosok Stephen Hawking (#1)


Guru besar di bidang Fisika yang cukup kontroversial

Siapa sih yang tidak kenal dengan sosok fisikawan bernama Stephen Hawking. Bahkan jika anda orang yang tidak tertarik dengan ilmu Fisika, pastinya pernah mendengar tokoh kontroversial tersebut. Hawking sukses membuat konsep Fisika yang kompleks menjadi hal yang mudah dipahami oleh masyarakat awam dan merupakan penulis dari buku Best Seller “A Brief History of Time”. Hawking juga sering tampil sebagai cameo di film-film televisi, seperti: The Simpsons, dan Star Trek.

Bagi yang sudah mengetahui sosok Stephen Hawking, Eits!, tunggu dulu. Ada banyak fakta yang tidak kita ketahui dari tokoh kita satu ini, mulai dari pertama kali dia bersekolah dan pengembangan pengetahuannya saat dia menderita cacat terkait dengan pemikirannya tentang kelangsungan hidup umat manusia di masa depan. Fakta unik menarik lainnya bahwa ternyata Hawking lahir pada 8 Januari 1942, bertepatan dengan ulang tahun ke 300 kematian Galileo Galilei.

Berikut 10 Fakta unik mengenai Stephen Hawking, termasuk beberapa kisah hidupnya yang bisa menginspirasi kita, yang di bagi menjadi 2 bagian:



10. Nggak pintar-pintar amat di Sekolah
Saat ini kita  tahu kalau Hawking adalah tokoh dengan otak brilian dimana teorinya kebanyakan sangat sulit diterima oleh pemikiran non ilmiah. Meskipun begitu, banyak yang tidak menyangka kalau Hawking dulunya termasuk anak yang kurang pintar di sekolahnya.
Masa kecil Stephen Hawking
Faktanya, Saat berumur 9 tahun, Hawking mendapat ranking paling terakhir di kelasnya, meskipun Hawking sudah berusaha belajar, namun rankingnya dikelas termasuk peringkat paling bawah. Ketika beranjak remaja, Hawking tertarik dengan sistem kerja peralatan elektronik rumah tangga. Dia mengakui dulu dia sempat membongkar jam dinding dan radio, namun sayangnya dia tidak mampu memperbaiki dan memasangnya kembali.

Meskipun dia ranking terakhir di sekolahnya namun para guru dan wali kelasnya sadar kalau Hawking adalah seorang anak yang jenius, buktinya Hawking mendapat julukan “Einstein” di sekolahnya waktu itu.

Karena prestasinya yang kurang bagus di sekolah, masalahpun muncul saat Ayah Hawking ingin anaknya melanjutkan studi ke Oxford namun terkendala dengan keterbatasan biaya dan hanya mengandalkan program Beasiswa. Beruntung, Saat ada ujian penerimaan beasiswa, Hawking mengikuti testnya dan mendapat nilai Sempurna di Test ujian Fisika.

9. Nilai sekolah yang standar
Stephen Hawking sudah memperlihatkan minat besar terhadap matematika sejak usia muda, dan memang dia sangat berbakat di bidang itu. Namun sang ayah berpendapat lain. Dia menginginkan Hawking nantinya mengambil bidang studi Kedokteran.
Hawking saat baru lulus kuliah
Dibalik ketertarikan Hawking dengan dunia sains, ternyata dia tidak terlalu suka dengan ilmu Biologi yang menurutnya “terlalu kaku”. Dia lebih suka mempelajari hal yang membutuhkan analisis dan perhitungan.

Permasalahan muncul ketika di Oxford ternyata tidak ada jurusan Matematika, namun tetap Hawking melanjutkan kuliah disana namun di Jurusan Fisika. Ternyata disana dia harus memilih salah satu bidang studi Partikel Fisika, entah itu Studi mengenai sifat Partikel Sub-atom atau Kosmologi yang mempelajari tentang jagad raya secara keseluruhan. Hawking pada akhirnya lebih memilih Kosmologi yang menurutnya lebih kompleks dari pada ilmu partikel atom. 
 
8. Pernah bergabung di Klub Dayung Kampus.
Kristine Larsen, Penulis biografi Stephen Hawking, menulis dalam bukunya tentang bagaimana Hawking sempat merasa terisolasi dan kurang bahagia selama tahun pertamanya di Oxford. Salah satu yang menyebabkan hal itu saat dia bergabung di team Dayung kampus. 
Hawking saat memimpin Tim Dayung di kampusnya
Bahkan sebelum didiagnosa akan menderita lumpuh, Hawking  tidak pernah terlibat dengan klub olahraga manapun. Meski begitu, dia tetap direkrut sebagai anggota Tim Dayung dimana dia hanya bertugas mengendalikan kemudi dan laju sampan.

Karena olahraga Dayung sangat diperhitungkan dilingkungan Universitas Oxford, Peran Hawking dalam tim dayung membuatnya semakin dikenal, bahkan salah satu temannya menyebut Hawking “Si Petualang”.

Meski Hawking menjadi populer di tim Dayung, namun aktifitasnya itu cukup mengganggu jadwal belajarnya, sehingga mau tidak mau, Hawking harus lebih memacu dirinya lagi agar bisa menyelesaikan Laporan Lab-nya tepat waktu.

7.  Hidup normal hingga usia 21 tahun
Setelah lulus kuliah, Hawking mulai mempelihatkan sikap seperti orang linglung dan tingkah yang aneh. Keluarganya mulai khawatir, ketika Hawking  pulang ke rumah saat natal padahal dia biasanya selalu berada di kampus, sehingga keluarganya lalu memaksa Hawking untuk memeriksakan dirinya ke Dokter.
Stephen Hawking bersama istrinya Jane Wilde
Namun sebelum memeriksakan diri ke dokter, Hawking sempat menghadiri Pesta tahun baru dimana untuk pertama kalinya Ia bertemu dengan calon istrinya kelak, Jane Wilde. Jane merasa tertarik kepada Hawking dikarenakan sifat Humoris dan kepribadian Independen yang dimilikinya.

Seminggu kemudian saat Hawking genap berusia 21 tahun dan setelah melalui serangkaian pemeriksaan di rumah sakit selama dua minggu, Hawking kemudian didiagnosa menderita Amyotrophic Lateral Sclerosis (ALS) atau lebih dikenal dengan “Penyakit Lou Gehrig”, yaitu penyakit syaraf yang menyebabkan pasien kehilangan kendali atas otot-otot penggeraknya. Dokter lalu memberitahu Hawking kalau umurnya kemungkinan sisa beberapa tahun lagi. Saat itu, Hawking langsung shock dan menyesal kenapa hal tersebut terjadi pada dirinya. Namun, setelah melihat seorang pasien penderita Leukimia yang sedang sekarat di rumah sakit, dia lalu sadar bahwa ada orang lain yang lebih menderita daripada dirinya.

Hal itulah yang kemudian membuat Hawking menjadi optimis dan tetap melanjutkan hubungannya dengan pacarnya waktu itu, Jane. Tidak lama berselang, mereka lalu bertunangan, dan setelahnya penyakit “lumpuh” kemudian menyerangnya hingga saat ini.

6.  Menyusun teori “Alam semesta yang tanpa batas”.
Salah satu keberhasilan Hawking yang terbesar (bersama rekannya James Hartle) yaitu teori yang mengatakan bahwa “Alam semesta itu tanpa batas” pada tahun 1983.
Bersama dengan James Hartle (baju merah) dan seorang rekannya.
Pada 1983, dalam usaha untuk memahami ilmu alam dan bentuk dari alam semesta, Hawking dan Hartle lalu menggabungkan konsep Kuatum Mekanik (Ilmu yang mempelajari prilaku partikel paling kecil) dengan konsep Relativitas Umum (Teori Einstein tentang gravitasi dan bagaimana massa membentuk ruang) yang sampai pada satu kesimpulan bahwa Alam semesta berisi massa yang tak terkira jumlahnya dan tentunya tanpa batas.

Untuk menggambarkan teorinya ini, Hawking membuat orang membayangkan Alam semesta sama seperti Bumi. Sebagai  suatu Bidang, kita dapat pergi kemana saja di berbagai wilayah yang ada di Bumi tanpa pernah ketemu bagian ujung dari Bumi. Namun bedanya yaitu, permukaan Bumi cuma terdiri dari dua dimensi (meskipun bola dunia berbentuk tiga dimensi – bulat, namun permukaannya terlihat dua dimensi), sementara Alam semesta termasuk empat dimensi. Hawking menambahkan kalau “Kurun waktu” sama halnya dengan garis lintang pada Bola dunia, yang dimulai dari kutub Utara (Titik awal Alam semesta) menuju ke Selatan, dimana Garis lingkarnya membesar sampai melewati khatulistiwa, dan akhirnya mengecil kembali. Itu berarti Alam semesta mempunyai batas dalam hal kurun waktu dan bisa musnah kapan saja, tapi tidak dalam 20 milyar tahun ini. Pertanyaannya kemudian: Apakah waktu bisa berputar mundur?

Hawking masih mencari jawaban dari pertanyaan itu, tapi menurutnya Waktu tidak dapat berjalan mundur. (MY)