Pages

Subscribe:

December 29, 2014

Howard Schultz : Kisah Sukses CEO Starbucks


Howard Schultz, CEO Starbucks Company

Dalam Kisah Inspiratif kali ini, saya akan mengangkat kisah sukses dari seorang Howard Schultz. Seorang wirausahawan Amerika sekaligus Presiden Direktur serta CEO Starbucks company, sebuah perusahaan kedai kopi terkenal di dunia. Starbucks dikenal sebagai salah satu bisnis kedai kopi waralaba (Store Chains) terbesar di dunia. Kisah kesuksesan pendiri Starbucks sudah tersebar diseluruh dunia. Terobosan yang dilakukan oleh Howard bukanlah sesuatu yang mudah dicapai, karena tidak hanya berhasil mengumpulkan kekayaan yang melimpah tapi ia juga berhasil menyentuh hati seluruh pecinta kopi dari setiap generasi diseluruh dunia.


Masa kecil Howard Schultz
Howard D. Schultz lahir pada 19 Juli 1953 di Brooklyn, New York. Ayahnya, Fred Schultz adalah  seorang mantan tentara Amerika Serikat yang saat itu berprofesi sebagai sopir Truk bersama istrinya, Elaine. Keluarga miskin tersebut memiliki tiga orang anak, namun sang Ayah waktu itu rela bekerja keras demi masa depan ketiga anaknya. Siapa sangka bahwa salah seorang anak mereka nantinya menjadi seorang pengusaha Milyuner yang paling kaya di Amerika.
Howard Schultz besar di Bayview Project, Brooklyn, New York
Masa kecil Howard dihabiskan di lingkungan perumahan dimana penduduknya masih berpendapatan rendah. Disana juga tidak mempunyai apa-apa selain sebuah lapangan basket. Sebagian besar penduduknya sangat miskin, sehingga anak-anak diwilayah itu dituntut untuk ikut bekerja keras. Saat itu Howard kecil sadar bahwa sangat sulit bagi dia untuk keluar dari kemiskinan yang dialami keluarganya. Akan tetapi impiannya untuk berhasil lebih kuat dari kondisi yang dialaminya saat itu.

Saat masih kecil, Howard sering melihat Ayahnya berusaha keras untuk mendapatkan pekerjaan yang kadang diluar harapan. Ketika Howard berumur tujuh tahun, kaki ayahnya patah saat bekerja dan parahnya lagi keluarga itu tidak memiliki asuransi kesehatan. Kesulitan terberat saat itu masih membekas di memori Howard saat ini.

“Waktu itu aku melihat Ayah merasa sangat terpukul dan merasa kehilangan harga diri. Aku rasa itu disebabkan karena  selama ini Ayah terbiasa bekerja keras.” – ujar  Howard Schultz

Pendidikan dan Karir
Saat berumur 12 tahun, Howard mendapat pekerjaan pertamanya, yaitu menjual koran. Selanjutnya dia bekerja di sebuah kafe lokal. Pengalaman terberat dia alami saat berumur 16 tahun, ketika dia bekerja di toko yang menjual bulu binatang. Tugasnya saat itu meregangkan kulit hewan. Pekerjaan melelahkan itu yang menurut Howard, menjadikannya lebih kuat dan membantunya untuk sukses dikemudian hari. Merasa staminanya lebih kuat setelah bekerja ditempat sebelumnya, Howard lalu fokus ke olahraga yang membuatnya memperoleh Beasiswa atletik di Northern Michigan University hingga ia mendapat gelar sarjana di bidang Komunikasi ditahun 1975.

Setelah lulus kuliah, Howard Schultz bekerja sebagai Sales Manager di Xerox selama tiga tahun. Selanjutnya dia bekerja di sebuah perusahaan Swedia, Hamamaplast. Di situ dia bertugas menjual berbagai macam peralatan rumah tangga, termasuk memasarkan mesin pembuat kopi ke tempat usaha seperti Starbucks. Saat itu Howard sadar kalau Starbucks memesan mesin pembuat kopi lebih banyak dibanding tempat usaha lainnya yang lebih terkenal. Akhirnya Howard memutuskan untuk menemui sang pemilik Starbucks yang ada di Seattle.

Starbucks Corporation adalah sebuah perusahaan kopi Global asal Amerika sekaligus kedai kopi yang memiliki banyak cabang yang kantor pusatnya berada di Seattle, Washington. Pendiri Starbucks awalnya adalah tiga orang yang bersahabat saat masih kuliah. Mereka adalah seorang guru bahasa inggris bernama Jerry Baldwin, Guru sejarah bernama Zev Siegl, dan Seorang penulis bernama Gordon Bowker. Ketiganya adalah pecinta kopi dan ingin membagi pengalaman mereka tentang kopi dengan membuka sebuah kedai kopi kecil.

Saat itu Starbucks beroperasi di masa yang kurang menguntungkan: di akhir tahun 60-an, Warga Amerika tergila-gila dengan kopi instant. Bahkan kebanyakan dari mereka tidak tahu kalau kopi punya banyak jenis yang lebih bagus dibanding kopi instant. Itulah yang menyebabkan Starbucks sepi pengunjung pada masa itu.

Nama “Starbucks” sendiri diambil dari nama salah satu tokoh dalam novel “Moby-Dick” karangan Herman Melville. Sesosok monster duyung yang memiliki sepasang ekor dalam mitologi Yunani dijadikan logo perusahaan tersebut. Logo itu menggambarkan kalau kopi yang disajikan Starbucks didatangkan dari berbagai wilayah dipenjuru dunia. Kita masih bisa menemukan logo pertama Starbuck itu di kedai pertamanya di Seattle.
Logo awal Starbucks yang terinspirasi pahatan kayu tokoh mitologi Yunani.
Akhirnya setelah mencicipi kopi Starbucks, Howard langsung jatuh hati dengan cita rasanya yang jauh lebih nikmat dibanding kopi manapun yang pernah ia coba. Schultz mengingat waktu itu, dia langsung berpikir “Ya Tuhan, Ini benar-benar bisnis yang bagus, kotanya pun sangat indah!. Aku ingin menjadi bagian dari semua ini”.

Starbucks saat itu punya ciri khas yang menjadikannya populer di Seattle, yaitu mengajarkan kepada para pengunjung seni dalam membuat kopi. Hal inilah yang memancing antusias Schultz, pemuda 29 tahun, untuk melamar kerja di Starbucks dan sempat mengganggu Boss Starbucks, Jerry Baldwin, dengan dering teleponnya. Schultz kemudian berusaha meyakinkan Baldwin kalau perusahaan mampu membuka kedai kopi lebih banyak lagi, namun hal itu ditolak lantaran Baldwin merasa hal itu akan mematikan esensi starbucks yang sebenarnya. Hari berikutnya Schultz memohon agar dia diangkat menjadi Marketing Director di Starbucks dengan gaji kurang dari setengah gaji saat dia di Hamamaplast. Ia melihat potensi yang menjanjikan di bisnis itu dan menyadari kalu dia sudah terikat secara batin dengan Starbucks. Itulah yang menyebabkan ia rela bekerja di Starbucks dengan upah rendah, hingga ditahun 1982 ia pindah ke Seattle.

Pada 1983, Howard pulang dari Milan dengan membawa serta resep Latte dan Cappucino, yang membuat penjualan Starbucks meningkat tiga kali lipat hingga tahun berikutnya. Ternyata Howard tertarik dengan konsep Cafe di Italia yang tidak hanya sekedar kedai kopi biasa tapi juga berfungsi sebagai sarana berkumpul dengan cara interaksi sosial. Tempat bersosialisasi masyarakat Amerika saat itu didominasi oleh Restoran Siap Saji. Schultz kemudian berpikir keras bagaimana menciptakan konsep baru, ia pun menyarankan agar Baldwin fokus membuat jaringan kedai kopi, di tahun 1985. Namun ide tersebut ditolak oleh CEO Starbucks dengan berbagai pertimbangan, Pendiri Starbucks itu merasa kalau ide Howard akan mengakibatkan kedai kopi mereka akan kehilangan ciri khasnya. Howard merasa para pendiri Starbucks adalah orang-orang dengan pemikiran tradisional yang menganggap kopi sejatinya dibuat “rumahan”. Namun ide membuat kedai kopi agar lebih dikenal luas dipercaya Schultz akan mendatangkan lebih banyak keuntungan, hingga akhirnya dia memutuskan untuk berhenti dari Starbucks dan mulai membuka bisnisnya yang baru.

Howard Schultz percaya, “Hanya orang yang berada di jalan yang belum dilewati oleh siapapun yang mampu menciptakan usaha dan produk baru, juga mampu membangun perusahaan yang kokoh dan bertahan lama dan menginspirasi orang lain untuk mencapai hasil yang luar biasa.”

Lahirnya Starbucks Modern
Howard memerlukan sedikitnya 1,7 juta dollar Amerika untuk memulai bisnis barunya. Para pendiri Starbucks meminjamkannya setengah dan sisanya ia pinjam di Bank. Pada April 1986, Schultz membuka Kedai Kopi di Seattle yang dia beri nama berbau Italia ‘Il Giornale’. Usaha Schultz sukses dimana 300 orang berkunjung di hari pertama Cafe ini buka.
Kemasan kopi "Il Giornale"
Setahun kemudian, Howard mendengar kalau pemilik Starbucks ingin menjual seluruh kedai kopi, tempat penggilingan kopi beserta brand (merk dagang) mereka dikarenakan cukup kewalahan mengelola usaha yang sudah sangat besar itu. Mengetahui Starbucks dijual dengan harga 4 juta US Dollar, Schultz lalu meminta pinjaman kredit dan berusaha meyakinkan para kreditor. Menariknya, salah satu Kreditor pertama Schultz adalah Bill Gates, Pendiri Microsoft. Sama halnya dengan kisah para pendiri McDonalds, ketiga pendiri Starbucks akhirnya menjual usaha mereka itu kepada Howard Schultz dan menjadikannya pemilik satu-satunya sekaligus sebagai Manager di Starbucks.

Starbucks saat itu sudah menyediakan Bar Counter di setiap kedai kopinya dengan seorang Barista (Ahli Pembuat Kopi) yang bertugas menghaluskan biji kopi, meramu dan menyajikan kopi segar. Barista juga harus menghapal nama, kebiasaan dan minat para pelanggan. Ketika Schultz pertama kali berkunjung ke Italia, dia kagum dengan kedai kopi disana khususnya pada teknik penyajian kopi oleh para Barista dimana mereka mampu menuang espresso dengan satu tangan sementara tangan yang lain bekerja mengaduk Cream, plus menemani pelanggan ngobrol diwaktu yang bersamaan. Dua tahun kemudian, untuk kedua kalinya Howard berangkat ke Italia. Dia pulang tidak hanya membawa beberapa foto dan menu resep tapi juga video dokumentasi para Barista di Italia. Video tersebut kemudian ia jadikan materi training bagi para staffnya, dan inilah yng menjadi kunci sukses dari Starbucks di kemudian hari.

Berbeda dengan Hamburger. Kopi merupakan produk elegan, dimana perlu kerja keras agar warga Amerika tertarik menikmatinya. Hal yang mustahil untuk memancing orang datang kesebuah tempat yang tidak diperbolehkan merokok tapi ada aroma kopi didalamnya. Sehingga Schultz menganggap usahanya itu sebagai sebuah petualangan yang menjadi rahasia kesuksesannya.

Howard Schultz berjanji pada Kreditornya bahwa ia akan membuka 125 gerai lagi di Amerika dalam jangka lima tahun kedepan, dan ternyata pada 1992 ia malah berhasil membuka gerai lebih banyak dari yang ia janjikan. Dia memulainya dari New England, sekalgus di Boston dan Chicago dan sampai ke California. Schultz mengadopsi sistem waralaba (franchise) yang sebelumnya sudah diterapkan di McDonalds dan segera memulai membangun kerajaan bisnisnya.

Dia kemudian lebih berhati-hati dalam menerapkan strategi pemasaran dan untuk mengubah pola pikir warga Amerika, Schultz lalu memperkuat produknya dalam hal kuantitas, kualitas, dan publisitas. Tim pemasaran Starbucks rutin mempromosikan kalau menikmati kopi di Starbucks adalah hal yang romantis. Slogan iklan yag dibuat pun mudah diingat, yaitu senyum akan muncul saat menikmati kopi yang penuh cita rasa ini dan Schultz memastikan kalau iklan tersebut tidak beda dengan realita sebenarnya.

Howard juga menerapkan konsep Cafe yang demokratis, yang dikerjakan dengan konsep ‘Self-service’. Disini para pengunjung bebas menentukan pilihan: mulai dari jenis minuman (tidak hanya kopi, tapi juga Cappucino, espresso, mocha, macchiato, dan sebagainya), ukuran gelas, bahkan jenis susu (regular atau bebas lemak), semua itu sesuai selera pengunjung. Konsep seperti itu memberikan kesempatan kepada pengunjung untuk memilih sendiri sajiannya. Sistem itu juga kadang menghasilkan produk baru dengan berbagai campuran seperti menu: ‘Doube tall skinny decaf latte”. Konsep “Self-service” yang diterapkan ternyata tidak membuat pengunjung merasa repot.

Di Starbucks, pesanan akan dilayani oleh satu orang sedang kru lainnya menyiapkan minuman. Cara ini cukup cepat, terutama jika dibandingkan dengan metode restoran Fast-Food lainnya. Jenis pesanan menu di Amerika dan beberapa negara lainnya, yang terbanyak masih berupa pembelian yang dibawa pulang (di Amerika, 75% pesanannya untuk dibawa pulang) sehingga tidak sampai membuat Cafe sesak dengan pengunjung.

Pada 1992, Schultz memutuskan  membawa Starbucks menjadi perusahaan publik. Hingga Juni 1992, ia memasang saham Starbucks di New York Stock Exchange di harga 14 dollar Amerika per lembar, dan hanya dalam tempo sehari, harga sahamnya naik menjadi 33 dollar Amerika.
Kantor pusat Starbucks corporation, di Seattle, WA
Antusias dan Profesionalitas karyawan Starbucks
Dua tahun sebelum memulai go public, Howard Schultz membuat peraturan di Starbucks yang kemudian berubah menjadi kode etik perusahaan. Aturan itu menjelaskan bahwa keuntungan datang dari hasil kerja tim serta dari pengembangan kualitas kopi yang berkesinambungan. Ia menambahkan “Ingatlah, keuntungan yang didapat hari ini, merupakan landasan awal bagi kesejahteraan kita dimasa depan”

Dari biografi Howard Schultz kita tahu bahwa saat mengembangkan Starbucks di level nasional, Howard menaruh perhatian sangat besar pada faktor manusia yang disebutnya sebagai pelaku utama  paling cerdas yang pernah ada. Dia menambahkan jika seseorang menyatu dengan bisnis dengan banyak tenaga kerja maka iaia harus membangun hubungan emosional, ikut bermimpi dan sepenuh hati mensejahterakan mereka.

Schultz peduli betul dengan semangat tim Starbucks. Semua karyawan yang bekerja 20 jam setiap minggu akan difasilitasi asuransi kesehatan. Dia juga menerapkan sistem kepemilikan saham sebagai hadiah bagi karyawan terbaik. Sayangnya karena diterapkannya sistem subsidi, ide Howard Schultz itu tidak disetujui oleh para pemegang saham yang khawatir akan terjadi penurunan ‘shares value’.

Pada 1994, karyawan Starbucks di California memberitahukan terjadi penurunan jumlah pengunjung saat musim panas disebabkan oleh tidak adanya ‘Refreshing Drink’ di Starbucks. Schultz sebenarnya berat untuk mengubah konsep “Kopi murni” yang diterapkannya, tapi apa salahnya kalau dicoba cara baru. Hingga pada April 1995, untuk pertama kalinya ditawarkan menu Frappuchino di sekitar 550 cafe Starbucks yang ada. Frappuchino menjadi populer dan ditahun yang sama, 10 persen pendapatan Starbucks berasal dari menu itu. Pada 1996, PepsiCo menawarkan kerjasama lisensi jangka panjang untuk pembuatan botol Frappucino.
Howard Schultz saat berada di gerai Starbucks, Jepang
Semangat unik dari  Starbucks
Popularitas Starbucks tidak hanya menginspirasi para pelanggannya tapi juga kompetitor lainnya. Kedai kopi sejenis tiba-tiba bermunculan diseluruh penjuru kota dengan harga yang relatif murah. Bahkan restoran fast-food dan pom bensin ikut-ikutan menyediakan menu “Espresso” untuk memikat para pelanggannya. Menghadapi kondisi itu, Starbucks tetap mempertahankan prinsip utama mereka: Romantisme, kemewahan yang terjangkau, Ketenangan, dan informalitas.

Akhirnya disadari jika ingin menerapkan prinsip diatas, Starbucks mesti merubah landasan disemua konsep pengembangan jaringan mereka. Konsep Cafe Italia yang menjadi model dasar cafe Starbucks dirasa sudah tidak sesuai lagi dengan gaya hidup warga Amerika. Kedai kopi yang ada di Italia umumnya berada di area sempit dengan tempat duduk sedikit, oleh karena itu banyak pengunjung lebih memilih ke Bar daripada ke Kedai kopi. Di Amerika, konsep semacam itu kurang berhasil. Starbucks diharapkan menjadi sarana bersosialisasi, sehingga memang dirasa perlu untuk mengubah konsep kedai kopi menjadi tempat dimana orang senang ngobrol disana. Area cafe lalu dirombak total, kursi bar yang tinggi dekat Counter diganti dengan kursi dan meja yang nyaman. Dibuatnya area private di Starbucks berhasil memancing pengunjung melaksanakan meeting disana.

Popularitas Starbucks langsung tersebar luas, namun ada sedikit masalah. Tingkat penjualan yang tinggi, menyebabkan sulitnya mempertahankan kualitas produk dengan banyaknya macam menu yang disediakan.

Di Starbucks, biji kopi yang dipanggang dan digiling, kemudian dikirim menggunakan kemasan khusus: berupa kantong ukuran 2 kg, dilengkapi dengan pembuka khusus yang akan melepaskan karbondioksida didalam tapi tetap menjaga kelembaban dan oksigen agar tidak masuk. Saat kemasan ini dibuka, kopi didalamnya akan tetap ‘Fresh’ sehingga kopi bisa dikirim ke lokasi yang cukup jauh. Saat kemasan kopi dibuka, Barista cuma punya waktu tujuh hari untuk meramunya, sehingga kualitas kopi benar-benar terjaga.

Namun ternyata cara seperti itu dianggap terlalu boros. Melihat kelemahan itu, Howard Schultz mencoba cara  lain. Perusahaan lalu mencari metode baru bagaimana agar ekstrak kopi tetap berkualitas bagus saat dikemas menjadi kopi instant. Untungnya, para ahli Starbucks berhasil menjaga rasa kopi instant tetap natural disaat yang tepat. Hal itu berdampak pada peningkatan penjualan yang sangat besar.

Hal paling utama pada sistem di Starbucks ada pada identitas starbucks itu sendiri. Schultz menjaga agar teamnya senantiasa mengikuti standard perusahaan. Menurut Schultz, tidak hanya desain interior tapi juga cita rasa kopi harus sama. Dia menginginkan para pengunjung merasa seperti berada dirumah meski mereka berada di kota lain dan untuk menambah nuansa itu, musik harus ada setiap saat. Tidak hanya itu saja, musik yang diputarpun harus sama antara gerai satu dengan yang lain. Suatu hari, Manager Starbucks dari beberapa kota melapor ke pusat kalau pengunjung banyak yang menanyakan apakah mereka bisa membeli CD musik yang diputar di Starbucks. Starbuck kemudian mengadakan kerjasama dengan Capital Records untuk mendirikan Hear Music, sebuah merek dagang  retail penjualan CD musik sekaligus label rekaman milik Starbucks. Hingga pada Maret 1995 CD koleksi musik Jazz dan Blues pun dirilis. Di hari pertama mereka berhasil menjual lebih dari 75.000 kopi CD. Berikutnya Starbuck lalu merilis CD musik aliran Blues tiap tahunnya.
Hear Music, merupakan usaha lain Starbucks dibidang penjualan CD Musik dan label rekaman
Satu hal yang menarik dari Starbucks adalah mereka pasti membayar satu dollar per tahun untuk pemilik properti yang ada disetiap kedai Starbucks. Tak seorangpun yang dirugikan karena mereka tahu kalau pengunjung pasti ada. Semua orang sudah kenal dengan suasana, aroma kopi, dan merek yang tertulis di gelas yang menjadikan Starbucks makin populer. Bahkan Starbuck sering diundang untuk membuka gerar di lokasi rawan kejahatan dan itupun mereka setujui. Starbucks memang tidak bisa melawan kejahatan akan tetapi mereka mampu membuat orang berkunjung ke kedai kopi dan biaya untuk itu semua hanya satu dollar setahun. Memang tidak semua kebijakan Starbucks dilandasi aspek kemanusiaan. Tenaga pemasaran dan Brand Manager tahu itu dan mereka punya banyak cara untuk melakukan promosi. Contohnya dengan membuat pegangan gelas dari kertas yang menjaga tangan pengunjung agar tidak kepanasan. Dengan membeli kopi, pengunjung dapat memilih apakah mereka ingin pegangan gelas dari karton yang gratis atau pegangan gelas polyurethane berlogo Starbucks dengan sedikit biaya tambahan. Jadi meskipun kopi berikutnya mereka beli diluar, tetap saja pegangan gelas mereka masih ada logo dan tulisan Starbucks-nya.

Salah satu Inovasi yang tidak hanya mampu menjaga kebersihan lingkungan tapi juga sebagai media promosi, adalah Thermo Cup. Media ini sangat populer di kedai Starbucks dimana pengunjung memperoleh tumbler berlogo Starbcuks yang tidak hanya sebagai tempat penyimpanan kopi tapi juga sebagai media promosi.

Howard Schultz membawa Starbucks sebagai pelopor bisnis kopi di dunia.
Pada 1996, Howard Schultz, sebagai Dewan Direksi, CEO dan co-owner Starbucks, memutuskan sudah waktunya bagi Starbucks untuk ekspansi ke luar Amerika. Mereka lalu membuka Cabang pertamanya di Jepang, kemudian berlanjut di Singapura, Korea, Taiwan, Inggris, Belanda, Swedia, dan Israel. Hingga April 2000, sudah dibuka lebih dari 2.400 cabang Starbucks di Amerika Serikat dan 350 cabang di seluruh Eropa, Asia, Timur Tengah, dan Kanada. Di bulan yang sama, Howard Schultz yang telah berusia 46 tahun, menyerahkan jabatannya ke Executive Director  CEO Starbucks, Orin C. Smith, sementara ia ingin fokus pada ekspansi usaha ke dunia Internasional. Dia bahkan punya target sendiri: yaitu membuka 1200 cabang baru diawal 2001. Kondisi keuangan Starbucks meningkat sangat pesat, selama satu dekade, laba dan share price mereka terus bertumbuh.
Salah satu Labs kopi milik Starbucks, di Amsterdam; 2012
“Kebanyakan para pengusaha melakukan kesalahan yang sama. Ketika mereka lelah memimpin perusahaan, mereka lalu mempekerjakan asisten-asisten setia. Mereka takut meletakkan jabatannya kepada orang-orang cerdas dan sukses” – Howard Schultz.

Pada akhir 2005, Howard Schultz mengumumkan kalau Starbucks akan melakukan ekspansi hingga sepuluh ribu cabang. Howard menambahkan kalau mereka harus berkembang cepat, karena para kompetitor sudah mulai memasuki pangsa pasar mereka. Itulah pernyataan dari seorang pengusaha ambisius, meskipun saat itu kompetitor mereka tertinggal jauh dibelakang. Popularitas Starbucks mencapai tingkatan paling tinggi saat itu, sampai-sampai The Economist Magazine menciptakan ‘Starbucks index’- semacam indikator kondisi perekonomian disebuah negara yang dianalogikan dengan harga secangkir kopi standard yang ada di Starbucks.

Dengan pesatnya dunia Internasional, Tim Starbucks mulai membuat ide baru. Howard Schultz mulai membuat menu makanan Fast-Food, yang dimulai dengan memasukkan hidangan Sandwitch dalam menu Starbucks. Uniknya ide tersebut muncul dari kegagalan mereka membaca pasar yang ada di Cina dan Taiwan. Disana para pengunjung mengkonsumsi kopi hanya sebagai pelengkap dari makanan utama. Akhirnya, semua Starbucks diseluruh dunia menerapkan konsep tersebut, mulailah setiap kedai Starbucks menyajikan Roti, Snack, Sandwich dan makanan lainnya dalam menu mereka.

Ketika Schultz melihat kalau Starbucks sudah sukses dan stabil, dia lalu memutuskan terjun ke bisnis olahraga dengan membeli NBA Seattle, Supersonic, sebuah tim bola Basket terkenal dan untuk sementara meninggalkan posisi Direct Management di Starbucks.
Howard Schultz disalah satu pertandingan Basket, Tim Supersonic, Seattle
Howards kembali memimpin Starbucks
Pada 2007, Pengunjung Starbucks mulai komplain perihal hilangnya nuansa romantisme dalam cafe dan Schultz tahu itu, diapun memberitahukan penyebabnya kepada para Top Manager, yaitu:
-       Mesin pembuat kopi lebih besar dari sebelumnya, sehingga pengunjung tidak bisa lagi mengawasi proses pembuatan minuman.
-       Kemasan kopi terbaru memang bisa menjaga bubuk kopi tapi tidak mampu menjaga aroma kopi, dan itu mengganggu para pecinta kopi.

Hal itu diperparah dengan krisis ekonomi tahun 2008, sehingga diawal tahun itu, Howard kembali memimpin Starbucks demi mengembalikan image perusahaan.

Starbucks hampir tidak memiliki saingan dibisnis kopi. Meskipun begitu, bukan berarti Starbucks bisa berleha-leha, mereka terus siaga. Perusahaan lain mulai menengok bisnis kopi yang memang sangat menjanjikan. Di lain tempat, ada perusahaan McDonalds dan Dunkin Donuts yang rela menyajikan apa saja ke pelanggannya: voucher, kopi gratis, dsb. Sementara itu beberapa pengusaha independen mulai belajar dari pengalaman Starbucks. Mereka melakukan promosi dengan slogan “Mari dukung usaha lokal!”, dan posisi Starbucks berada ditengah itu semua.

Untuk menyelamatkan Starbucks, Schultz harus melakukan sesuatu. Demi mengurangi pengeluaran, perusahaan kemudian menutup 600 cafe ditahun 2008 dan menutup 300 cafe lagi ditahun 2009. Saat ini perusahaan berfokus pada upaya melewati krisis ekonomi dan perbaikan layanan.

Pada Maret 2008, Starbucks meluncurkan sebuah proyek menarik via internet. Siapapun termasuk karyawan dan pengunjung Starbucks bisa menyumbangkan ide demi perbaikan mutu Starbucks. Setiap ide yang masuk akan dirapatkan dan beberapa langsung diterapkan. Namun sebelum ide itu dibahas oleh perusahaan, terlebih dahulu ide dibahas oleh pengunjung website dan hanya ide yang populer diwebsite yang akan mereka rapatkan.

Howard Schultz dan keluarga
Howard Schultz pantas berbangga dengan apa yang telah ia capai. Meski begitu ia lebih suka membicarakan perusahaannya dibanding masalah pribadinya. Howard merupakan sosok kepala keluarga yang baik, ayah dari dua anak yang selalu bercerita tentang kehidupannya di Brooklyn. Beberapa kali dia membawa serta anaknya bepergian meskipun dia tidak merasa aman dilingkungan rumahnya. Sebuah lubang peluru yang ada di tembok rumah tetangganya, membuatnya harus berhati-hati memilih tempat tinggal.

Saat ini, Howard Schultz.net menghasilkan sekitar 2,2 miliar dollar Amerika. Howard juga suka berwisata dengan anaknya dan diapun telah menghasilkan dua buku biografi mengenai dirinya. Tidak lupa dengan daerah asalnya, Howard sering  melakukan kunjungan ke Israel dan di tahun 1998, dia memenangkan penghargaan “The Israel 50th Anniversary Tribute Award” oleh Jerussalem Fund of Aish Ha-Torah karena perannya dalam menyatukan Israel dan Amerika Serikat.

Howard berhasil menginspirasi banyak orang bahkan sampai yang di level bawah. Jika Schultz berada di dunia bisnis, dia seorang agresor. Jika dia bersama karyawannya- dia menjadi pemimpin yang baik dan adil. Meskipun perusahaan untung banyak tapi itu tidak memberikan kedamaian baginya jika karyawannya tidak sejahtera.  

Howard Schultz saat ini menetap di Seattle, Washington, bersama istrinya, Sheri (Kersch) Schultz, dan dua putranya, Jordan dan Addison.
CEO Starbucks, Howard Schultz bersama istrinya Sheri Schultz
Howard Schultz pernah berujar “Aku tidak bisa memberikan resep kesuksesan secara pasti. perencanaan yang matang memang dibutuhkan jika ingin sukses dalam bisnis. Tapi pengalaman mengajarkanku bahwa lebih mungkin jika kesuksesan yang diawali dengan kegagalan akan memberikan banyak dari yang kita impikan”.

Pada 2014, Starbucks berhasil mencatat revenue sebesar 16,45 Miliiar US Dollar, net income – 2,07 Milliar US Dollar. Total jaringan headcount mencapai lebih 149 ribu orang. Menurut data 2014, tercatat ada 20.737 cafe Starbucks yang tersebar di 62 negara.

Well, semoga Kisah sukses Howard Schultz diatas bisa menginspirasi kita semua. (MY).