Pages

Subscribe:

January 7, 2015

Henry J. Heinz: Kisah pengusaha saos tomat tersukses di dunia



Henry J. Heinz, pendiri The H. J. Heinz Company
Kisah sukses kita kali ini akan membahas biografi Henry J. Heinz, pendiri The H. J. Heinz Company. Sudah bukan rahasia lagi kalau semua biografi orang-orang sukses memiliki alur yang sama – bahwa mereka memulainya dari nol dan mencapai kejayaan seorang milyuner melalui proses dan kerja keras yang luar biasa. Saat ini Heinz Company menjadi salah satu perusahaan food processing terbesar didunia. Sebagai gambaran, enam dari sepuluh botol saos tomat yang terjual di Amerika adalah produk Heinz, dengan penjualan saos tomatnya meliputi 30% dari total penjualan perusahaan. Selain saos tomat, Heinz Company juga memproduksi berbagai macam produk hebat lainnya.


Masa kecil Henry J. Heinz
Nenek moyang Henry J. Heinz pada awalnya tinggal di Jerman dan memproduksi Wine (minuman anggur). Ayahnya, John Henry Heinz, lahir di Jerman. Tidak heran sang ayah menghabiskan masa kecilnya di daerah perkebunan anggur. Pada usia 19 tahun, John Heinz bergabung di kemiliteran dan saat selesai disana, dia lalu memutuskan untuk pindah ke Amerika Serikat. Anggota keluarga lainnya tidak pernah tahu alasan mereka mesti pindah ke Amerika, secara keluarga Heinz bukanlah orang yang miskin, jadi tidak mungkinlah ayah Henry pindah ke Amerika hanya untuk menjadi kaya. Meskipun kebanyakan orang pindah ke Amerika dengan alasan menjadi kaya, namun  hanya orang Jerman saja yang berani berimigrasi kesana dikarenakan ada sanak saudara yang sudah menetap disana. Tapi bagi John H. Heinz yang tidak punya keluarga di Amerika, imigrasi kesana terlalu beresiko, tapi John H. Heinz berani mengambil resiko itu.

Diusia 21 tahun, John bersama imigran lainnya menetap di penampungan para imigran Jerman di Pittsburgh, Pennsylvania. Disana dia mulai membangun usaha kecil pembuatan batu bata. Disitulah John bertemu dengan calon istrinya, seorang gadis sederhana, pekerja keras, dan religius, bernama Anna Margaret Schmidt. Pada umur 20 tahun, Anna pindah ke Amerika dari rumahnya di Hessen, Jerman. Pada masa itu seluruh imigran Jerman mesti tinggal di tempat yang sama, bahkan setelah menikah, mereka harus tetap berada dalam komunitas. Anna dan John akhirnya menikah dan dikaruniai enam orang anak – dimana putra pertama mereka diberi nama Henry John Heinz.
                              
Henry John Heinz lahir pada 11 Oktober 1844, dilingkungan keluarga pekerja keras. Pekerjaan pertamanya adalah bidang hortikultura disaat ia masih kecil. Sang ibu selalu ngobrol dengan Henry menggunakan bahasa Jerman dan itu dipelajari oleh Henry yang dikemudian hari menjadi nilai tambah baginya. Saat ia berumur 6 tahun, dia sudah mulai ikut membantu pekerjaan rumah dan taman. Pada usia sembilan tahun, Henry tertarik dengan pembuatan Acar dan mulai menjual sendiri acar parutan lobak di pusat kota Pittsburgh. Meskipun banyak anak lain seumuran Henry yang juga harus bekerja keras, namun Henry sadar kalau apa yang dilakukannya saat itu bisa menjadi langkah awal dalam membangun karir, dimana anak yang lain bekerja dengan tujuan hanya untuk membantu orang tua mereka.

Saat berumur 10 tahun, orang tua Henry mewarisinya tanah seluar 3.000 m2 dan ketika berusia 12 tahun ia sudah menjadi pemilik tanah seluas 12.000m2 yang cocok untuk dijadikan lahan untuk menanam sayuran. Berkebun kemudian menjadi aktivitas favorit Henry, kadang dia menghabiskan waktu seharian untuk berkebun. Beberapa tahun kemudian, Henry mulai menjual hasil kebunnya ke pedagang yang biasa menjual sayur dan buah ke penduduk di Pittsburgh. Akhirnya, dengan kegigihannya, Henry mulai mengembangkan usahanya. Warga saat itu sudah bisa membeli acar lobak langsung di toko Henry. Rasanyapun sudah dikenal luas oleh warga dikarenakan ia selalu memakai resep ibunya dalam membuat acar lobak.
 
Saat Henry J. Heinz masih kecil, membohongi pembeli adalah hal yang wajar dalam praktek bisnis di Amerika. Salah satu koran lokal waktu itu menulis, “Dalam kemasan acar lobak terdapat banyak lobak dan air bercampur potongan kayu diluar perkiraan kita”. Oleh karena itu, untuk menunjukkan kualitas produknya, Henry kemudian mengemasnya kedalam toples kaca. Konsep keterbukaan dan mutu yang baik menjadikan produk Henry disukai banyak orang sehingga menaikkan popularitas acar parut Heinz yang ia jual.

Setelah Henry J. Heinz lulus SMA, perkebunannya bertambah luas sehingga dia harus menyewa tenaga kerja lebih banyak lagi. Pada 1861, saat Henry berumur 17 tahun, ia sudah meraup keuntungan sebesar 2.400 US Dollar (atau setara dengan 43.000 US Dollar untuk saat ini).

Ibu  Henry, Anna Margaret Schmidt, senang dan selalu mendukung Henry terutama saat ia gagal; Ibunya tahu bagaimana cara memberi semangat ke Henry dan membuatnya percaya diri kembali. Ia  juga mengajarkan teknik berkomunikasi yang baik kepada Henry. Anna Margaret Schmidt merupakan wanita yang sangat religius, oleh karena itu ia sangat ingin anaknya nanti bisa menjadi seorang pendeta-untuk itu dia sering membawa Henry ke sekolah agama, Lutheran School. Sayangnya, Henry kurang tertarik dengan bidang itu. Dia merasa jenuh dengan deretan meja dan situasi di kelas, sehingga ia meninggalkan Lutheran School dan pindah ke sekolah bisnis di salah satu sekolah keuangan  terkemuka di Amerika – Duff’s Mercantile College. Henry membiayai sendiri kuliahnya menggunakan uang penjualan hasil perkebunannya. Saat kuliah, Heinz belajar cara membuat laporan keuangan perusahaan yang kemudian ia gunakan untuk membuat sendiri laporan keuangan bisnis yang dimilikinya.

Setelah lulus dari Duff’s Mercantile College, Henry lalu bekerja di perusahaan batu bata milik ayahnya. Disana ia belajar cepat bagaimana mengelola usaha batu bata, membuat beberapa perubahan  dalam produksi bata dan yang paling utama, bagaimana cara mendapatkan kembali dana dari para penyetor pajak. Tiba tiba ayahnya sadar kalau selama ini ia tergantung pada anaknya yang sudah menjadi tenaga kerja yang hebat. Henry mengurus semua tugas akunting dengan sangat antusias, berbeda dengan ayahnya yang lebih cocok menjadi seorang pekerja seni dibanding pengusaha.
Hingga pada 1864, Henry yang berumur 20 tahun, sudah mampu mengelola usaha tersebut sendirian. Hebatnya ia mampu mengembangkan usaha batubata sementara ayahnya ke Jerman menengok sanak saudara disana. Lambat laun usaha batubata mereka memberikan pemasukan yang luar biasa dan keluarga Heinz akhirnya pindah ke sebuah villa yang dibangun dari batu bata hasil produksi pabrik mereka.

Heinz & Noble
Setelah dewasa, Henry J. Heinz ternyata masih menaruh minat dengan resep  ibunya. Ia lalu bereksperimen dengan resep itu dan mengembangkannya. Heinz juga senantiasa mencoba bisnis baru dan saat itu ia mencoba memulai usaha makanan kalengan. Pada 1869, bersama dengan teman dan tetangganya, L. Clarence Noble, ia lalu mendirikan perusahaan bernama Heinz & Noble. Perusahaan tersebut menyuplai bahan makanan ke banyak restoran dan kafe, seperti: Asinan kubis, Lobak parut, acar, dan produk lainnya. Henry sadar, saat itu banyak orang yang kurang percaya dengan produk kalengan akibat banyaknya kasus keracunan makanan, sehingga waktu itu ia tidak mencantumkan label perusahaan di kemasannya. Pertama kali ia mengirim sampel produknya menggunakan label palsu dan jika itu berhasil baru ia menempelkan label perusahaannya.
Rumah keluarga Heinz, disinilah usaha itu dimulai, 1869.
Keputusannya menjual produk “siap olah” saat itu adalah tepat. Pabrik baja sangat berkembang di Pittsburgh pada zaman itu dimana sebagian besar buruh pabrik bekerja 12 jam sehari dan tidak ada waktu untuk memasak makanan. Para buruh itu lebih memilih membeli makanan yang langsung bisa dimakan. Ada lebih dari 60 perusahaan yang memanfaatkan peluang tersebut dan mulai menjual berbagai macam produk “Siap Olah”.

Ditahun yang sama pula, pada 1869, Henry menikah dengan Sarah Sloan Young. Sarah menjadi generasi pertama Amerika yang berkeluarga dengan keturunan Scotlandia-Irlandia, dan dalam aturan gereja, Henry sebagai pihak yang diundang. Merekapun menikah setelah mendapat restu dari ibu Henry dan dikaruniai empat orang anak, tiga putra – Clarence, Clifford, Howard, dan seorang putri – Irene.
Foto Henry J. Heinz dan istrinya, Sarah semasa muda
Perusahaan Henry & Nobel berhasil meraup beberapa ribu dollar sejak setahun berdiri. Demi bisa bersaing dengan perusahaan lain, diperlukan tidak hanya produk berkualitas tinggi, tapi juga persediaan barang yang selalu ada. Bagaimana caranya?. Pertama, Produksinya harus banyak. Untuk itu, Rumah Heinz, yang dibiarkan kosong sejak mereka pindah ke Villa baru, mereka rombak menjadi  tempat produksi barang Heinz & Nobel pada 1874. Henry juga mengupah beberapa ibu rumah tangga keturunan Jerman untuk bertugas mencuci dan mengalengkan sayuran. Kedua, selama musim panas, mereka membuat kontrak kerjasama agar dapat membeli seluruh hasil pertanian para petani lokal dengan harga tetap.  Dengan cara itu, mereka berhasil menghemat uang khususnya saat cuaca kurang baik di musim panas dan dimusim semi saat biaya pertanian meningkat drastis. Heinz & Noble juga membeli Kuda dan mobil Van demi memudahkan pengiriman sayuran. Mereka juga membeli pabrik untuk memproduksi Cuka di St. Louis, Missouri. Perusahaan mereka sukses besar dan Henry menjadi seorang pengusaha kaya raya, yang pastinya mampu menafkahi seluruh keluarganya.

Semuanya berjalan baik dan mereka sudah berharap memperoleh keuntungan lebih banyak lagi, tapi sesuatu yang diluar perkiraan terjadi – Panen Mentimun waktu itu sangat banyak hingga memecahkan rekor jumlah panen saat itu. Perusahaan mereka tidak punya cukup modal kerja untuk memenuhi jumlah kontrak yang sudah mereka buat dengan para petani. Memang mereka bisa saja meminta pnjaman ke Bank, tapi pada 1875, terjadi krisis keuangan di Amerika Serikat yang menyebabkan seluruh sistem perbankan lumpuh. Para petani kemudian menuntut perusahaan Heinz & Nobel ke pengadilan, yang menyebabkan perusahaan mereka masuk dalam daftar 5.000 perusahaan bangkrut. Seluruh aset perusahaan harus dijual untuk menutupi kerugian para petani, ditambah lagi koran The Pittsburgh Leader  waktu itu memberitakannya secara besar-besaran.

Runtuhnya Perusahaan dan terobosan baru mereka
Setelah membaca headline surat kabar berjudul “Trio dalam Acar” diharian The Pittsburgh Leader, Clarence Noble menyatakan tidak ingin lagi mendengar sepatah katapun mengenai usaha pribadi. Apalagi kondisi Henry saat itu yang dalam kondisi stress serius membuatnya butuh waktu lama untuk pulih kembali. Natal tahun 1875 merupakan hari terburuk dalam hidup Henry, ia bahkan tidak mampu membelikan hadiah natal untuk anak-anaknya. Heinz sangat depresi sampai-sampai ia tidak turun dari ranjangnya selama beberapa bulan. Dalam situasi sulit seperti itu, ibunya yang baik dan bijaksana, tetap memberikan dukungan dan nasehat yang langsung menggugah hati Henry. Demi membantu putranya saat itu, ibu Henry bahkan menyerahkan seluruh tabungannya ke Henry agar ia memulai usaha barunya kembali.

Karena ibunya, Henry kemudian menggunakan uang itu dengan bijak. Ia lalu mendaftarkan Heinz Food Company atas nama keluarganya (Ibu, sepupu dan saudaranya John). Perusahaan itu kembali memproduksi dan menjual saos serta acar. Meskipun Henry sebagai Kepala perusahaan, namun berdasarkan  hukum ia tidak diizinkan mengelolanya karena sang ibu-lah pemilik saham perusahaan terbesar. Usaha Heinz lambat laun berkembang menjadi usaha keluarga bahkan acara makan malam keluarga kadang disulap menjadi rapat perusahaan . Henry berjalan kaki sendirian ke ladang miliknya guna mengecek kondisi disana. Suatu ketika, Henry membeli seekor kuda dari uang tabungannya. Namun sayang, itu menjadi sia-sia, karena kuda yang ia beli ternyata buta.

Saos kebanggaan bangsa Amerika
Kondisi yang dialami Henry, pengusaha berusia 31 tahun tidaklah mudah. Ia harus memulai tidak hanya dari nol tapi ia juga mesti melunasi hutang perusahaan sebelumnya.  Henry John Heinz mesti bekerja keras sendirian mengemas toples demi membayar hutang. “Waktu itu bagaikan kaki dikepala, kepala dikaki” kenang Henry dalam diarynya berjudul “Panic Times”

Henry menggaris bawahi kesalahan yang ia buat, dan dari catatannya itu ia mengambil kesimpulan bahwa kesalahan biasanya ada pada proses menanam sayuran.  Dia akhirnya mendapatkan solusi bahwa Heinz Food Company harus mempunyai lahan sendiri untuk mengontrol seluruh alur produksi mulai dari menanam sayuran, memanen hingga proses pengiriman produk ke pasaran. Itu merupakan satu satunya jalan jika ingin menjaga kualitas produk serta demi mengurangi resiko gagal yang disebabkan krisis ekonomi saat itu.

Meskipun begitu, usaha yang dibangun atas dasar ekonomi alami pasti akan gagal jika biaya produksinya tidak sebanding dengan spesialisasi perusahaan. Untuk itu ia harus fokus ke kualitas. Dari buku biografi Henry J. Heinz dikisahkan kalau ia pernah mencoba memproduksi mustard, meskipun diawal 1876, Henry menguasai pangsa pasar produksi saos tomat, yang nanti lebih dikenal dengan nama Ketchup. Konon kabarnya sajian khas Cina bernama “Ke-tsiap” (sejenis saos dalam ikan kaleng) merupakan bentuk awal dari saos tomat yang diperkenalkan Heinz ke dunia dengan sedikit modifikasi. Padahal fakta sebenarnya tomat pasta waktu itu sudah banyak yang jual. Masyarakat kala itu sangat menghindari yang namanya tomat pasta dikarenakan mereka tidak percaya dengan kualitasnya (padahal zaman dimana tomat dianggap beracun  sudah lama lewat). Semua itu karena cerita ditahun 1776 yang diketahui oleh semua warga Amerika, dimana seorang juru masak setia presiden berusaha meracuni George Washington dengan makanan yang terbuat dari tomat. Namun kisah itu beredar sebelum tahun 1820.
Sejak 1880, botol kemasan saos tomat Heinz mengalami beberapa kali perubahan
Tomat sudah tidak dianggap beracun lagi tapi itu hanya jika dikonsumsi langsung. Tomat olahan dan busuk yang diyakini dipakai dalam produksi pasta tomat masih dianggap beracun. Hal ini kemudian menjadi fakta dimana tomat dipercaya mengandung senyawa yang sangat beracun bernama, solanine. Tapi diwaktu yang sama, Saos tomat ternyata sudah tersebar luas diwilayah Eropa. Kamus botanikal Jerman yang diterbitkan tahun 1811 menyebutkan, “Walaupun tomat diyakini beracun tapi tomat dipakai dalam pembuatan saos kuah di Portugal dan Bohemia”. Ibu Henry yang berasal dari Bohemia, pastinya tahu cara membuat saos tomat yang lezat itu yang nantinya menjadi cikal bakal resep merek saos tomat paling terkenal didunia hingga saat ini.

Saos tomat dibuat dari tomat segar yang tumbuh di ladang Heinz di Pennsylvania (sehingga orang jadi percaya kalau mereka hanya memakai buah tomat pilihan), dan metode itu berhasil. Cita rasa Saos tomat mereka sangat disukai konsumen, selain karena perbaikan dirasa juga tersedia dalam beragam jenis produk – Dari saos hingga pasta.

Ada kisah menarik pada 1896, saat perjalanan dengan kereta api di New York City, Henry J. Heinz sempat melihat papan iklan dengan tulisan “21 model sepatu”, yang menurutnya merupakan sebuah  ide brilian. Meski Heinz saat itu telah memproduksi 60 jenis produk, namun ia merasa 57 adalah angka keberuntungannya, jadilah ia memakai slogan “57 Varian” di semua iklannya. Saat ini perusahaan Heinz telah memproduksi lebih dari 5.700 produk diseluruh dunia, tapi masih memakai angka keberuntungannya “57”.

Henry terus mengembangkan usahanya, mulai dari saos tomat kemudian menyusul produk lainnya seperti saos yang terbuat dari cabe merah dan hijau, cabe rawit, sari apel, minyak zaitun, acar bawang dan kembang kol, acar dan kacang panggang.
57 Varian produk Heinz, semuanya produk alami. merupakan materi iklan Heinz tahun 1909
Henry mulai percaya diri pasca kebangkrutan yang ia alami sebelumnya. Waktu krisis ekonomi kemarin, dimana Henry berhutang banyak pada para petani dan pedagang di Pittsburgh, ia pernah berjanji bakal melunasi semua hutangnya, meskipun faktanya jika dalam kondisi bangkrut ia tidak perlu melunasi semua hutangnya itu. Ketika penghasilannya tumbuh pesat, Henry menepati janjinya dan melunasi seluruh hutangnya dalam jangka waktu lima tahun. Setelah itu, Henry Heinz kemudian menjadi pemilik sah dari perusahaan dan membangun kantor pusatnya di Pittsburgh, Pennsylvania, Amerika Serikat.

Produk berkualitas dan Motivasi para pekerja
Henry terus berusaha meningkatkan  kualitas produknya. Untuk itu ia menjalankan beberapa sistem quality control, menerapkan teknologi baru, dan rutin memperbaharui kemasannya. Ia percaya bahwa tampilan produk mewakili kualitasnya. Henry tahu kalau pembeli kurang yakin dengan makanan yang dikemas dalam toples buram. Pembeli harus bisa melihat langsung produk yang ada dalam kemasan, makanya ia kemudian mengemas saos tomat kedalam botol kaca. Kemasan baru tersebut ternyata ada  plus minus-nya. Memang dengan botol kaca, pembeli bisa langsung melihat segarnya warna merah saos tomat didalamnya disamping mampu meyakinkan kredibilitas perusahaan dimata publik, tapi disisi lain warna saos tomat sering berubah agak gelap dan kurang enak dilihat. Tim sumber daya Heinz lalu mencari solusinya dengan menempelkan label disekeliling leher botol.

Beberapa kali perusahaan  meningkatkan produksi seiring dengan penambahan tenaga kerja yang kemudian menjadi masalah baru. Di musim panas 1892, buruh pabrik Carnegie steel company yang berada di Pittsburgh, Pennsylvania terlibat bentrokan dilokasi kerja mereka. Sepuluh pekerja tewas saat bentrokan dengan petugas security pabrik, dan puluhan lainnya luka-luka. Demi mengakhiri konflik ini, Gubernur Pennsylvania menempatkan pasukan militer dalam kota.

Henry J. Heinz terkejut dengan kebijakan itu, ia segera memperbaiki kondisi kerja dipabriknya. Karyawan Heinz diberikan banyak waktu istirahat dalam sehari kerja, mereka juga dibolehkan mandi saat pergantian shift, Semua pekerja wanita diberikan celemek dan topi baru, buruh yang bertugas mengupas mentimun mendapat layanan manicure sekali seminggu secara cuma-cuma. Plus seluruh pekerja pabrik mendapatkan jaminan layanan kesehatan.
Suasana kerja pabrik Heinz dimana ia memberikan kenyamanan penuh pada karyawannya
Ada atmosfer kekeluargaan di pabrik Heinz bahkan mereka sudah memiliki kelompok hobi dan paduan suara yang menjadikan karyawan merasa nyaman, meskipun Henry memberlakukan persyaratan kebersihan yang cukup ketat disana. Tak satupun perusahaan produsen makanan yang mengalahkan perusahaan Heinz dalam hal kebersihan. Hal itu tak hanya diterapkan di pabrik saja tapi juga berlaku pada proses penanaman sayuran dan buah di ladang. Semua itu menjadikan Henry John Heinz sebagai pengusaha pertama yang memproduksi makanan organik. Heinz juga tidak pernah menggunakan bahan pengawet kimiawi pada produknya. Henry tak pernah menganggap pabrik lain adalah saingannya dalam hal kualitas, satu satunya saingannya adalah para ibu rumah tangga. 

Iklan produk Heinz
Henry J. Heinz rutin berkeliling antar negara dengan kereta mempromosikan produknya. Ia merasa pembeli harus mencoba produknya terlebih dahulu sebelum membelinya. Semua toko Heinz menyediakan “barang contoh” setiap produk. Henry bahkan menciptakan sendok karton yang bisa langsung dibuang setelah digunakan mencoba produk. Henry sanggup bepergian beberapa kali dari Pittsburgh ke New York dalam sehari, yang ia sebut sebagai “sekolah kehidupan”. Ia juga menyempatkan diri mencatat segala hal dalam perjalanannya.
Salah satu poster iklan Saos tomat, Henry
Pada 1893, Heinz ikut dalam event The World’s Columbian Exposition di Chicago. Ia diberi tempat di lantai tiga ruang pameran. Stand Heinz termasuk tempat yang kurang strategis, pengunjung pameran malas untuk naik kelantai tiga. Untuk mensiasatinya, Henry punya ide yaitu dengan membuat dan menyebarkan label  tulisan berwarna emas, dimana pengunjung dapat menukarkan label tersebut dengan hadiah gratis di stand lantai tiga, dengan cara itu mereka bisa menarik minat pengunjung pameran. Lalu kira-kira apa yah, yang dirasakan oleh para pengunjung pameran yang mendapat label Heinz?.

Merasa akan mendapat hadiah gratis, para pengunjung lalu naik ke lantai tiga. Disana, hal pertama yang mereka lihat adalah susunan kaleng dan botol produk Heinz yang dipajang dalam model piramid. Berkat ide Henry itu, produk Heinz menjadi bintang di ajang pameran produk tersebut.

Papan iklan Neon mulai diperkenalkan di Amerika Serikat pada awal abad ke-20, dan Henry J. Heinz merupakan orang pertama yang menggunakan papan iklan neon untuk mempromosikan perusahaannya keseluruh negara.

Kerajaan Tomat
Metode bisnis yang dipakai Heinz berhasil mendatangkan hasil yang sangat menguntungkan dan tentu saja perusahaan pesaing mulai mengikuti konsep tersebut. Salah satu metodenya adalah Saat Heinz membeli semua toples kaca kosong milik warga kota, yang sebagian besar ia gunakan kembali untuk diproduksi dan sisanya ia tenggelamkan ke sungai menggunakan perahu tongkang, sehingga tak ada lagi  yang bisa memakai toples itu .
foto bangunan kantor utama H.J. Heinz company di Pittsburgh, Amerika.
H.J. Company seutuhnya menjadi bisnis keluarga – banyak keluarga dan kerabat Henry dipekerjakan disana. Ia juga mengajari semua putranya cara menjalankan usaha dimana akhirnya mereka resmi bekerja di perusahaan Heinz (Mereka mulai sebagai tenaga penjualan lalu naik ke posisi manajemen)

Meskipun Heinz memperlakukan karyawannya dengan sangat baik, tapi ia juga bisa tegas jika melihat ada karyawan yang tidak bekerja dengan baik. Pernah sekali ia memecat saudaranya, John, dikarenakan hasil kerjanya yang buruk (John sering terlambat dan lamban bekerja), dan Heinz kadang harus mengambil keputusan berat seperti itu. Keluarga lainnyapun mau tidak mau harus bekerja sebaik mungin atau sejajar dengan karyawan lainnya.

Musim dingin 1886, Keluarganya mengajak Henry J. Heinz untuk ikut serta ke Eropa. Setibanya di London, heinz segera mengunjungi manajer penjualan, Fortnum & Mason Department Store, yang merupakan supplier alat rumah tangga bagi keluarga kerajaan. Disana ia mendemonstrasikan seluruh produknya. “Kami yakin, Mr. Heinz. Kami akan membeli semua produk anda” ujar sang manajer. Sejak itu, Inggris menjadi negara pertama diluar Amerika yang menjual produk Heinz. Setelah sepuluh tahun, penjualan disana meningkat sehingga memaksa Henry untuk membuka kantor cabang yang lokasinya dekat dari Menara London. Berikutnya, ia mulai membangun pabrik dan membeli banyak lahan pertanian disana, oleh karena itulah banyak warga inggris yang mengira kalau Heinz merupakan produk asli dari Inggris.

Sejak saat itu, Produk Heinz masuk ke pasar internasional, disaat banyak barang asal Amerika belum dikenal luas di Eropa. Perjalanan sejarah H.J. Heinz Company dan biografi Henry John Heinz saat ini banyak dipelajari dan menjadi contoh sebuah usaha yang sangat sukses.

Sarah Heinz House
Pada 1898, Henry meninggalkan Amerika untuk mengunjungi keluarga lamanya di Jerman. Waktu itu ia bersama istrinya, Sarah Sloan Young Heinz, yang berharap bisa memeriksakan sakit dadanya kepada dokter di Eropa. Sejak saat itu, Heinz rutin berkunjung ke kampung halamannya setahun sekali. Pekerjaanlah yang memaksa Henry untuk rutin berkeliling dunia, tapi ia pasti menghabiskan masa liburannya di Jerman.

Segera setelah keluarga Heinz balik ke Amerika. Kondisi Sarah tetap tidak membaik setelah kunjungan ke Eropa – sakit didadanya cuma agak berkurang. Dari hari kehari kondisi istri Henry semakin buruk, dan akhirnya meninggal dunia diusia 51 tahun. Setelah sang istri meninggal dunia, Henry kemudian membangun “Sarah Heinz House” guna mengenang mendiang istrinya. Saat ini bangunan tesebut menjadi ‘Youth Center’ (dimana sering diselenggarakan hiburan dan olahraga disana). Henry diketahui tidak pernah menikah lagi setelahnya.   
Gedung Sarah Heinz House
Perang Dunia I dan Meloloskan diri dari Jerman
Setiap tahun Henry J. Heinz berlibur ke sebuah resort yang menawan bernama “Bad Kissingen” di negara asalnya, jerman. Pernah suatu kali ia kesana dimusim panas tahun 1914, dan ia tidak menikmati liburannya disana. Saat itu ia tiba-tiba dilarang meninggalkan hotel, dikarenakan ia berstatus warga negara Amerika. Berikutnya tersiar kabar kalau ribuan tentara Jerman sedang bergerak menuju Bad Kissingen. Perang Dunia I baru saja dimulai. Henry dengan susah payah meloloskan diri dari Jerman melewati Belanda dan tak pernah kembali lagi kesana.Ia bahkan ikut bersuara agar Amerika ikut terlibat dalam perang melawan rezim tentara Jerman. Perang Dunia I Membawa banyak perubahan bagi komunitas Jerman di Amerika. Surat kabar Jerman tahun 1917 memberitakan, jumlah sekolah Jerman di Amerika dikurangi bahkan para siswa dilarang berbahasa Jerman. Bagi kebanyakan imigran yang tidak fasih berbahasa inggris, hal itu menjadi mimpi buruk. Pada 1920, kondisi mulai membaik, tapi tidak pernah pulih seperti semula. Sejak itu Keluarga Heinz berhenti memakai bahasa Jerman dan memutuskan hubungan dengan negara Jerman.

Pada usia 75 tahun, Henry tidak ingin berhenti bekerja. Dia masih sering mengunjungi pabriknya, mengawasi jalannya perusahaan. Adanya cucu menjadikannya sangat bahagia. Kesebelas cucunya senang bepergian bersama kakek Henry berkeliling dunia. Traveling sudah menjadi hobi Henry, ia bahkan membangun Dermaga Heinz di Atlantic City, New Jersey (saat ia muda). Disitu Henry memamerkan produk makanan Heinz sekaligus tempat ia menyimpan semua benda seni dan souvenir mahal yang diperolehnya saat bepergian. Henry John Heinz sangat menyukai arloji dan kaleng unik – ada banyak koleksi itu tersimpan didalam aula pameran miliknya. Dermaga Heinz  juga menyediakan dapur peraga yang dilengkapi dengan beragam jenis minuman gratis untuk dicoba. Sayangnya, dermaga itu hancur karena badai ditahun 1944.

Pintu masuk 'Dermaga Heinz', Atlantic City, New Jersey
Henry J. Heinz jatuh sakit dan akhirnya meninggal dunia akibat pneumonia di usia 74 tahun. Karyawannya saat itu mengumpulkan uang dan membuatkan monumen untuknya, yang saat ini masih bisa kita temui di gedung utama perusahaan Heinz. Sebelum meninggal, Henry berpesan agar dibangunkan gereja untuk menghormati ibunya. Saat ini, gereja tersebut bisa kita temukan di kampus Pittsburgh.

Warisan Henry J. Heinz
Setelah kematian Henry J. Heinz, anaknya yang bernama Howard Heinz mengambil alih manajemen usaha. Dalam bekerja, ia tetap melanjutkan prinsip dasar dari sang ayah: Perusahaan harus melaksanakan seluruh alur produksi dari awal hingga akhir. Prinsip tersebut menjadikan perusahaan Heinz tidak hanya mampu bangkit dari depresi berat tapi juga menjadi produsen makanan bayi dan sup instant nomor satu dimana permintaan pasar sangat banyak dimasa sulit seperti itu. Pertumbuhan Penjualan dan pengaruh H.J.Heinz Company semakin besar dari hari kehari. Howard Heinz berhasil membuktikan dirinya sebagai manajer yang kompeten mampu mengantisipasi gejolak pasar.

Sayangnya, kebanyakan hasil pertanian baru menggunakan benih yang dibeli, sehingga H.J Heinz Company mengalami hambatan, dikarenakan mereka tidak lagi menggunakan herbisida untuk menanam sayur dan buah-buahan. Hal ini secara otomatis menguntungkan para kompetitor.

Saat ini, tercatat bahwa Henry John Heinz merupakan perwakilan terakhir keluarga Heinz yang menempati posisi pemimpin perusahaan. Seorang manager direkrut untuk posisi CEO Heinz, meskipun keluarga Heinz masih memiliki pengaruh sejak mereka menjadi pemegang saham terbesar perusahaan. Pada Februari 2013 perusahaan Heinz dibeli oleh perusahaan Berkshire Hathaway (milik Warren Buffett) bersama dengan rekanannya, 3G Capital (milik milyuner asal Brazil, Jorge Paulo Lemann) senilai 28 miliar USDollar. Penjualan itu menjadi penjualan produk makanan terbesar sepanjang sejarah. Pada 2012, sekitar 32.000 orang bekerja di pabrik Heinz di seluruh dunia. Pendapatan perusahaan mencapai 11,64 juta US Dollar ditahun 2012. Saos tomat Heinz telah tersebar keberbagai penjuru dunia. Posisi CEO H.J. Heinz Company saat ini dipegang oleh Bernardo Vieira Hees, sejak 10 Juni 2013.

Henry John Heinz pernah berujar, “Karena aku dulu tidak menjadi pendeta, makanya aku mencari jalan lain untuk berbuat kebaikan bagi umat manusia”. Saat ini kita semua setuju kalau Henry telah berhasil mewujudkan impiannya. Semoga Biografi dari seorang Henry J.Heinz ini beserta kisah kesuksesan H.J. Heinz Company bisa menginspirasi kita semua dalam menemukan sesuatu yang baru. (MY/translated by).