Pages

Subscribe:

February 23, 2015

Kisah Sukses, Ingvar Kamprad, Sang pendiri IKEA Group



Ingvar Kamprad, sang pendiri IKEA Group
Kali ini kita akan mengupas kisah sukses, Ingvar Kamprad,  seorang pengusaha sukses dan miliuner asal Swedia yang juga termasuk dalam daftar orang terkaya didunia. Dialah pendiri IKEA, sebuah jaringan toko yang menjual berbagai macam furniture dengan harga yang masuk akal. Ingvar Kamprad dari dulu memimpikan agar semua orang didunia mampu memilki furniture dan peralatan rumah tangga yang bagus.


Masa kecil Ingvar Kamprad
Ingvar Feodor Kamprad lahir pada 30 Maret 1926, disebuah propinsi kecil Smalandiya di Pjätteryd yang sekarang menjadi bagian wilayah Älmhult Municipality, Swedia Selatan. Penulis biografinya sempat beranggapan kalau bakat berdagang yang dimiliki Ingvar adalah bakat turunan. Pada tahun 1897, perusahaan milik kakek Ingvar berada diambang kebangkrutan. Kakeknya tidak mampu lagi membayar pinjaman perusahaan dan akhirnya memutuskan bunuh diri. Akan tetapi, sang nenek ternyata mampu menyelamatkan perusahaan mereka. Nenek Ingvar kemudian mengajarkan ilmunya kepada sang cucu tentang bagaimana menghadapi semua kesulitan dengan keyakinan dan ketekunan. Sang nenek yang bernama Francis, memberikan pengaruh positif tidak hanya pada Ingvar, tapi kepada seluruh anggota keluarga. Ia adalah seorang wanita cerdas namun tetap sederhana.
Ingvar Kamrprad
Menurut rekan  yang bekerja dengan Ingvar Kamprad, Ia adalah seorang ahli pemasaran yang cerdas, orang bijaksana yang jarang melakukan kesalahan. Hal tersebut dikarenakan Kamprad yang selalu belajar dari pengalaman para pengusaha lain diseluruh dunia. Meskipun begitu, Ingvar dulunya sempat menjadi mahasiswa yang drop out. Faktanya bahwa Ingvar sama sekali tak pernah hadir di kampusnya (Ingvar jarang mau berlama-lama di kampus). Minimnya pengalaman di bangku kuliahan digantinya dengan rasa antusias yang sangat besar. Ingvar pernah berujar: “Jika anda bekerja namun kurang antusias mengerjakannya, secara tidak langsung anda telah membuat sepertiga hidup anda sia-sia.

Pengalaman berdagang pertama Kamprad sewaktu kecil ialah saat ia membeli pensil dan korek api dengan harga grosir lalu menjual kembali keteman sekolahnya. Selama bersekolah, Ingvar meluangkan waktunya untuk berjualan, dari jualan ikan sampai kartu natal dan bagi Ingvar itulah sekolah yang sebenarnya. Ingvar tak pernah mengenyam pendidikan dibidang bisnis atau membaca buku tentang marketing, tapi hingga saat ini IKEA Company patut berterima kasih kepada beliau atas pengalaman dan perhatiannya sebagai pendiri IKEA.
Ingvar Kamprad (Kiri) semasa kecil
“Dalam berbisnis, sepertinya saya beda dengan orang kebanyakan. Saat pertama kali mulai berjualan, Bibi saya membantu membelikan 100 kotak korek api di pasar bernama “88 Øre” yang ada di Stockholm. Harga paket korek api itu, 88 øre, dan tante saya tidak pernah meminta uang dari saya. Korek api tersebut lalu saya jual dengan harga 2 hingga 3 øre per buah, malah kadang ada yang sampai 5 øre per buah. Saat itu saya berumur lima tahun, dan saya masih ingat bagaimana rasanya memperoleh keuntungan dari perjualan pertama saya.”

Paling utama – Landasan berdirinya IKEA
Saat beranjak dewasa, Ingvar semakin memperlihatkan jiwa wirausahanya. Disaat anak sekolah lain lagi sibuk di lapangan bola dan pacaran, Ingvar Kamprad malah memikirkan bagaimana cara mengembangkan usahanya. Hingga pada 1943, saat berumur 17 tahun, Ingvar meminjam uang ke Ayahnya dan menambahkannya dengan tabungan yang ia miliki. Lucunya, sang ayah meminjamkan uang karena mengira akan digunakan Ingvar membayar biaya sekolahnya. Setelah uang terkumpul, Ingvar lalu mendirikan IKEA. Nama IKEA sendiri berasal dari inisial nama Ingvar Kamprad (I.K) ditambah dengan huruf pertama, Elmtaryd dan Agunnaryd, nama desa dan pertanian tempat ia dibesarkan. Pada awal usahanya berdiri, Kamprad yang masih remaja memutuskan untuk menjual apa saja. Mulai dari korek api hingga stocking dengan harga diskon. Tapi permintaan paling banyak saat itu ialah produk pulpen.  Di awal tahun 1940-an, saat mereka baru beroperasi di Swedia. Kamprad memesan sekitar 500 pulpen dari Paris, dengan meminjam dana 500 SEK di District Bank (saat itu setara dengan 63 USDollar). Kamprad berujar kalau itu merupakan dana pertama dan terakhir yang ia pinjam di Bank selama hidupnya.

Untuk menarik minat calon pembeli agar datang ke tokonya, Pengusaha muda itu memberikan secangkir kopi dan roti gratis bagi siapa saja yang singgah melihat presentasi produk ditokonya. Luar biasa!, ia tidak menyangka dengan teknik tersebut ia berhasil menjaring lebih dari 1000 pembeli!. Presentasi produk hari itu menjadi presentasi pertama dan terakhir IKEA, dan otomatis setiap pengunjung mendapatkan kopi dan roti gratis. Ternyata hal tersebut memberikan Ingvar ide untuk membuka restoran cepat saji  disetiap toko miliknya, dan alhasil saat ini ada satu restoran cepat saji disetiap toko IKEA.

Furniture – Semua orang butuh!
Selanjutnya, Ingvar sang pengusaha muda mulai tertarik dengan hal yang lagi trend di Swedia: Furniture, yang mana saat itu menjadi barang kebutuhan paling mewah bagi masyarakat. Hingga pada 1948, Ingvar Kamprad menemukan ide untuk beralih ke penjualan furniture, yang nantinya menjadi sumber keuntungan terbesar bagi IKEA.

Guimars Fabriker dari Alvesta, yang menjadi kompetitor utama saat itu, telah lama menjual produk furniture-nya di Kagnuit. Saya melihat iklan produk mereka di koran Agrikultural sehingga kemudian sayapun mencoba peruntungan dibisnis tersebut. Lewat berjualan furniture  itulah, yang awalnya cuma uji coba pasar mengalahkan kompetitor,  malahan mengubah jalan hidupku”.

Setelah mendapat penjual dengan harga furniture paling murah, Ingvar kemudian fokus di usaha pembuatan Jok. Untuk itu, maka tampilan tokonya pun ia rubah dengan menempatkan sebuah meja kopi dan kursi tanpa sandaran lengan. Kursi itu ia beri nama “Root”. Sejak saat itu, setiap barang yang dijual ditokonya ia beri nama dikarenakan Ingvar kurang mampu dalam mengingat angka-angka. 

Pada 1951, IKEA mulai menyebarkan booklet ke seluruh pelanggannya yang ia beri nama ‘IKEA News’. Booklet itulah yang nantinya menjadi cikal bakal lahirnya katalog modern IKEA. Oleh karena segmen pasar yang disasar oleh Ingvar adalah masyarakat ekonomi menengah kebawah, sehingga ia kemudian memesan furniture murah ke pabrik furniture lokal. Disitulah ia menemukan konsep usaha yang sangat terkenal: “Lebih baik menjual 600 kursi dengan harga murah daripada menjual 60 kursi dengan harga mahal”.
Katalog pertama IKEA yang dibuat pada 1951
Dalam buku biografinya diceritakan kalau di awal tahun 50-an, Kamprad membeli pabrik kecil tua di Swedia. Disana ia mulai memproduksi furniture murah untuk dijual ditokonya dimana kala itu di Swedia, sangat mustahil ada furniture dijual dengan harga murah karena kayu termasuk komoditi mahal pada saat itu. Oleh karena itulah, tanpa pemberitahuan, para kompetitor Kamprad kemudian memboikotnya. Persatuan Industri kayu dan furniture sangat marah karena IKEA berani memasang harga murah untuk perabot kayu yang kemudian berlanjut dengan penghentian kerjasama dengan semua unit usaha IKEA.

Mungkin bagi sebagian besar pengusaha, kejadian yang dialami Kamprad merupakan sebuah bencana. Tapi tidak bagi Kamprad dan Produk IKEA. Setiap permasalahan dan solusinya akan membawa perusahaan berkembang ke tahap selanjutnya. Walhasil, Kamprad membuat gebrakan baru didunia usaha di Swedia kala itu, yaitu: mulai mencari komponen furniture murah dari penyalur bahan polesan. Begitulah cara pendiri IKEA memulai masa depan perusahaannya dengan membeli komponen furniture di negara dimana bahan tersebut dijual murah.

Showroom furniture pertama IKEA dibuka pada 1953 di  Älmhult, Swedia. Disana, pembeli bisa melihat dan memegang produk IKEA sebelum membelinya. Lima tahun kemudian, sebuah toko berukuran 6.700 M2 dibuka. Saat ini toko tersebut masih bisa kita lihat berada di bawah signboard IKEA. Dahulu perusahaan mempunyai warna dasar merah dan putih namun saat ini IKEA Network dibuat berwarna kuning dan biru yang juga menjadi warna dasar negara Swedia
Ingvar Kamprad, saat pembukaan pertama toko IKEA di Älmhult, Swedia.
Pada masa itu, Ingvar Kamprad bukan lagi sosok anak ajaib dari Småland. Ia kini sudah menjadi seorang pria yang penuh percaya diri, lincah, dan kompetitor hebat, yang kadang metode yang digunakan mendapatkan penghinaan dan kebencian.

Pada awal tahun 60-an, Kamprad melakukan perjalanan ke Amerika Serikat. Disanalah untuk pertama kalinya ia menyaksikan cara kerja sistem penjualan Cash & Carry. Ia kemudian langsung menyukai sistem dagang seperti itu dimana pembeli membayar tunai dan bisa langsung membawa pulang sendiri barang yang dibelinya. Pada 1965, toko IKEA Kungens Kurva seluas lebih dari 31.000 meter persegi dibuka dekat kota Stockholm. Disana, cara penjualan dibuat seperti konsep yang ada di Amerika dengan beberapa perbaikan didalamnya. Pada mulanya, toko dibuka di wilayah pinggiran kota yang biaya sewanya sangat murah dan disana kemudian dibuatkan area parkir yang sangat luas. Langkah kedua, demi mengurangi biaya transportasi, IKEA lalu memesan produk “furniture bongkar pasang”, yang seluruh komponen furniture ditaruh dalam kemasan yang rata. Hal itu menjadikan pengiriman barang menjadi lebih mudah dan murah disamping itu pembeli juga bisa merakit sendiri furniture yang dibelinya. Kamprad menyadari bahwa konsumen lebih senang memasang sendiri lemari dan sofa yang mereka beli, terlebih jika cara pasangnya sangat mudah karena sudah disertai dengan buku manual pemasangan.

Ingvar juga tahu saat itu mobil menjadi barang yang populer di Swedia sehingga masyarakat bisa berbelanja ke lokasi yang lebih jauh. Untuk memancing pembeli berbelanja di IKEA, mereka lalu menjual rak khusus yang dipasang diatap mobil dengan harga murah. Hal itu mendatangkan keuntungan perusahaan dua kali lipat dalam setahun.

Toko IKEA terbesar di Swedia dibangun dan dibuat mirip Museum New York’s Guggenheim, yang menurutnya sangat atraktif. Meski begitu, saat Ingvar Kamprad membuka tokonya, ia tidak memperhitungkan satu hal penting yaitu: kemungkinan adanya rak-rak kosong karena barang yang terjual habis. Bayangkan, 30.000 warga Swedia pastinya ingin membeli peralatan rumah tangga yang harganya sangat murah, bahkan untuk toko sebesar IKEA-pun tidak akan mampu memenuhi permintaan sebanyak itu dimana barang sebagian besar masih disimpan digudang dan belum dibongkar.
IKEA Kungens Kurva (1965)
Menghadapi kondisi seperti itu, Ingvar Kamprad akhirnya memutuskan untuk membuka gudang Self-Serve. Hebatnya, dengan kondisi darurat seperti itu, IKEA berhasil menciptakan konsep baru berbelanja yang nantinya akan mendatangkan keuntungan dimasa depan. Konsep gudang Self-Serve menjadi solusi tepat untuk memenuhi kebutuhan pembeli di era modern. Saat ini, Semua toko furniture IKEA dibuat dalam bentuk showroom yang memamerkan tidak hanya sofa dan lemari, tapi juga peralatan rumah tangga lainnya seperti: taplak meja, tirai, sprei, handuk dan tempat lilin. Pengunjung juga bisa melihat suasana kamar anak, lalu ada juga 25 konsep ruang makan atau ruang keluarga, dan konsep lainnya di toko IKEA. Dengan konsep tersebut pengunjung bisa membayangkan furniture apa saja yang cocok dengan interior rumah mereka dan mencari perabot yang mereka inginkan di gudang Self-Serve. Selanjutnya pembeli bisa membawa pulang sendiri furniture yang mereka beli yang sebelumnya sudah dikemas rapi, lalu merakitnya sendiri sesuai dengan buku petunjuk yang disertakan dalam kemasan.

IKEA  - Ekspansi usaha ke berbagai negara
Setelah berhasil di negeri asalnya, Swedia, IKEA lalu mengembangkan usahanya keseluruh penjuru dunia. Pada 1963, IKEA memulai ekspansi usaha di Norwegia dan membuka toko pertamanya di Oslo. Sebelumnya pada 1960, IKEA terlebih dahulu sudah menerapkan sistem Quality Control yang membuat produknya dikenal karena kualitasnya yang terbaik dan sudah diakui oleh beberapa jurnal Swedia dengan reputasi bagus. Berikutnya, keputusan membuka cabang lain dilakukan secara spontan. Sebagai contoh, saat Ingvar memutuskan membuka cabang di Switzerland, sebuah negara dengan selera warganya yang konservatif, disamping sudah ada dua produsen furniture lokal yang beroperasi disana. Saat itu Ingvar tengah berjalan-jalan di Zurich, ia tidak sengaja mendengar percakapan sepasang suami-istri. “Kursi yang cantik, ya?” kata si wanita saat melihat ke jendela etalase toko. “Iya, tapi harganya sangat mahal, kita belinya tahun depan saja, ya?” jawab suaminya. Hal inilah yang menjadi dasar dimana pada tahun 1973, IKEA membuka cabang di Switzerland, lalu Australia, Belanda, Prancis, Amerika, hingga sekarang, IKEA mempunyai 338 gerai toko di 40 negara di dunia.
Logo IKEA
Pada 1986, Ingvar Kamprad persiun dari manajemen Group dan menjadi penasehat di induk perusahaan bernama INGKA Holding B.V.  Anders Moberg kemudian diangkat menjadi direktur dan CEO IKEA Group. Pada tahun 1990-an, IKEA Group untuk pertama kalinya memperkenalkan dan mengembangkan sebuah kebijakan tentang lingkungan yang memastikan perusahaan berserta karyawannya bertanggung jawab sepenuhnya terhadap lingkungan yang ditimbulkan oleh seluruh aktivitas produksi di perusahaan.

Anders Dahlvig kemudian menggantikan Anders Moberg menjadi Direktur dan CEO IKEA Group. Pada tahun 2000, IKEA menyadari pentingnya internet sehingga menciptakan e-shopping bagi pelanggannya di Swedia dan Denmark. Sejak saat itu toko IKEA meluncurkan layanan belanja online di negara lain.

Ingvar Kamprad telah menikah dua kali. Istri pertamanya bernama Kerstin Wadling yang memberinya seorang putri bernama Annika Kihibom. Namun istri keduanya-lah yang bernama Margaretha Kamprad-Stennert yang membantunya membangun IKEA. Margaretha meninggal dunia karena penyakit yang tidak diketahui pada 2011 diusia 71 tahun dan memberinya tiga putra: Peter, Jonas dan Mathias.
Peter Agnefjäll, Direktur dan  CEO IKEA Group saat ini
Kedepannya, perusahaan IKEA masih menghadapi berbagai macam kendala, seperti semakin banyaknya kompetitor, contohnya Argos (Italia), Ilva (Denmark), dan sebagainya. Namun Ingvar Kamprad tahu kalau tokonya menawarkan hal mendasar kepada pembeli dimana mereka bisa melihat dan merasakan suasana sebenarnya dari sebuah rumah saat berbelanja di IKEA. Tercatat, Ingvar Kamprad berhasil membukukan kekayaan sebesar 3,8 Milyar USDollar pada November 2014. Direktur dan CEO IKEA Group saat ini, Peter Agnefjäll, yang resmi menjabat pada 1 September 2013, mengakui telah mendapat banyak pengetahuan dan pengalaman dari para pendiri IKEA.

Nah Guys, demikianlah kisah Ingvar Kamprad sang pendiri IKEA serta sejarah berdirinya IKEA Group, Perusahaan yang bergerak dibidang penjualan furniture dan peralatan rumah tangga dengan harga murah. Semoga kisah diatas bisa memberikan inspirasi bagi kita untuk terus berusaha.  (MY).