Pages

Subscribe:

May 21, 2015

Mereka yang melawan kekejaman zaman Perang dengan jiwa kemanusiaan



There is Always A Hope even in War
Sebagaimana kita ketahui bahwa pada zaman perang tak ada lagi yang namanya kemanusiaan. Semuanya diwarnai dengan hal yang mengerikan, penuh dengan kekerasan dan kekejaman. Dimana-mana manusia saling membunuh, menyiksa, dan memperbudak satu sama lain pada setiap wilayah di dunia. Bahkan di zaman perang, kita bisa menyaksikan aksi sekelompok orang yang menyiksa dengan sadis kelompok lawannya tanpa ampun.

Namun dibalik itu semua, selalu ada harapan. Bahkan dimasa kelam dengan aksi manusia yang sangat brutal sekalipun, masih ada segelintir orang yang berani bangkit dari lingkungan yang kejam dan mencoba untuk berbuat sesuatu demi kemanusiaan.

Berikut sembilan kisah tentang mereka yang pada dasarnya adalah orang yang jahat, namun dibalik karakter jahat yang orang lihat pada mereka, mereka ternyata masih memiliki jiwa kemanusian yang sangat mulia.

Pemilik budak yang membebaskan budaknya
Sejatinya, orang yang memiliki budak pastilah orang jahat yang kejam dan sangat berkuasa, namun kadang ada juga yang sadar bahwa apa yang mereka lakukan itu salah. Salah satunya adalah seorang pemilik perkebunan bernama Robert Carter III. Pada 1770-an, Carter secara tiba-tiba memutuskan untuk membebaskan semua budak yang ia miliki. Meskipun ia mendapat tekanan dari menantunya yang pro perbudakan serta pemilik perkebunan lainnya, ia tetap membebaskan 15 budak tiap tahunnya yang berakibat buruk pula pada budak-budak yang harus menunggu sebelum dibebaskan. Beberapa waktu kemudian, tersiar kabar kalau Carter mudah jatuh sakit jika ia menyimpan budak-budaknya, namun ia memastikan kalau menantunya itu tidak bisa merubah surat wasiat pembebasan budak yang ia buat bahkan setelah ia mati. Pada abad-19, pemilik budak dan para pedagang lainnya mengalami hal yang sama yang dialami Carter sehingga merekapun ramai-ramai ikut membebaskan budak-budak mereka.

Warga Serbia yang melindungi tetangga mereka yang Muslim
Pada masa Perang Balkan di pertengahan tahun 90-an, sebuah kota yang damai bernama Srebrenica, tiba-tiba dikepung oleh pasukan Serbia-Bosnia. Mereka lalu mengeksekusi sekitar 7.000 warga Muslim disana serta menguliti mereka yang mencoba melarikan diri. Kondisi saat itu sangat tragis, namun meski  begitu, ada beberapa tentara Serbia yang menolak perintah dan mencoba menyelamatkan warga sekitar. Aksi tentara Serbia itu salah satunya ialah dengan menyembunyikan dua pria warga Serbia kedalam rombongan kaum wanita. Beberapa tahun setelah konflik terjadi, mulailah bermunculan kisah kemanusiaan semacam itu, dimana tentara Serbia menyelamatkan tetangga mereka dari aksi pembantaian dengan cara forging papers, menyembunyikan korban, bahkan sampai mengorbankan nyawa mereka.

Sipir Penjara Nazi asal Hungaria menyelamatkan tahanan yang dijaganya
Zoltan Kubinyi
Zoltan Kubinyi bertanggungjawab menjaga Camp pekerja yang otomatis membuatnya mesti berlaku kejam. Namun setelah tujuh hari bertugas di Camp tersebut, ia malah menolak untuk menyiksa para tahanan. Dia bahkan memberi jatah makanan tambahan kepada para tahanan dan mengizinkan mereka merayakan hari libur. Suatu hari, turun perintah untuk membawa seluruh tahanan menuju ke Camp ‘Kematian’, namun Zoltan menolak melakukannya, ia malah membawa rombongan tahanan yang semuanya laki-laki, menuju Hungaria. Ia juga membantu para tahanan meloloskan diri dengan cara membuat mabuk tentara Nazi yang berjaga dan kabur saat semua penjaga tak sadarkan diri. Ia kemudian memimpin seluruh tahanan itu menuju sebuah kota di Rusia yang dirasa aman bagi mereka. Sayangnya Zoltan kemudian ditangkap setelah masa perang dan meninggal dunia di Siberia.

Sekelompok tentara membersihkan sisa ranjau di Columbia
Kolombia sudah lebih dari 50 tahun mengalami perang saudara yang melibatkan pemerintah, kelompok militer sayap-kanan, dan para milisi pemberontak FARC. Akibatnya berbagai tindak kekerasan, pengrusakan, dan penderitaan harus dialami oleh warga disana, dan akhir dari peperangan yang terjadi disana menjadikan negara tersebut dipenuhi ladang ranjau yang sangat berbahaya. Ranjau yang tertanam dan tersebar diberbagai wilayah sering menimbulkan korban jiwa dan kehancuran meskipun perang telah usai. Saat ini, sekelompok kecil mantan pasukan militer berusaha membersihkan ranjau-ranjau tersebut dan hal itu telah membawa perubahan positif karena bahkan pasukan FARC yang masih aktif turut serta membantu membersihkan ranjau. Meskipun konflik disana masih belum ada tanda-tanda akan berakhir, tapi usaha para mantan tentara itu mampu memberikan secercah harapan.

Warga Afrika anti-apartheid
Frederik (Sebelah Kiri)
Afrika Selatan kita kenal sebagai negara dengan sejarah konflik rasis yang sering terjadi dimana Warga kulit putih disana diuntungkan dengan  sistem yang tidak adil. Beberapa orang ikut bergabung dalam gerakan anti-apartheid. Frederik van Zyl Slabbert merupakan salah satu tokoh yang sangat diperhitungkan, meski ia tumbuh di lingkungan konservatif pro-apartheid. Ia diketahui mengundurkan diri dari tempat kerjanya setelah pemerintahan dipecah oleh para aktivis kulit hitam. Ia juga ikut bekerjasama dengan para politisi dan aktivis kulit hitam dari berbagai negara, yang membuatnya mendapat julukan ‘sang pengkhianat’.

Suku Hutu yang melindungi tetangganya dari pembantaian
Sula Karuhimbi
Pada 1994, selama jangka waktu 3 bulan, terjadi pertikaian antara kelompok Suku Hutu dan Tutsi, di Rwanda. Peristiwa itu menyebabkan terjadinya pembantaian besar-besaran terhadap rakyat Suku Tutsi. Kelompok Ekstremis sedikitnya telah membunuh 800.000 orang dari kelompok Tutsi dan Hutu moderat. Tapi tidak semua orang kelompok Hutu mendukung tindakan pembantaian tersebut. Banyak diantara mereka malah menolong tetangga mereka yang merupakan suku Tutsi (Contohnya, Paul Rusesabagina yang menampung para korban dihotelnya). Salah seorang wanita bernama Sula Karuhimbi, diketahui menampung 20 pengungsi didalam rumahnya. Saat tentara Hutu mencari para pengungsi itu, Sula berbohong dengan mengaku sebagai seorang penyihir yang akan mengutuk keluarga tentara Hutu yang datang. Tidak disangka, cara itu berhasil. Saat peristiwa itu terjadi, beberapa orang mengungsi hingga ke perbatasan Zaire, namun beberapa ada yang tewas dalam usaha mereka meloloskan diri.

Tentara Nazi yang menyelamatkan ribuan jiwa
Kisah John Rabe yang dibuatkan film
Meskipun ia seorang pendukung Hitler dan eugenic, salah seorang pasukan Nazi bernama John Rabe tiba-tiba tergugah hatinya kala pasukan kekaisaran Jepang mendarat di Nanking, Cina, dan menjadikan Nanking sasaran kebrutalan dari pasukan Jepang. John kemudian mengumpulkan warga ekspatriat dari Jerman dan Amerika yang berada di Nanking dan membentuk “International Zone” yang kemudian bertugas melindungi sekitar 250.000 rakyat Cina yang berada didalam zona mereka. John Rabe juga menyembunyikan 650 warga Cina di Kebunnya sambil terus menjalankan program International Zone selama empat bulan. Walaupun pada akhirnya ia ditangkap sebagai pendukung tentara Nazi setelah masa perang, John Rabe tetap dikenang sebagai pahlawan bagi rakyat Cina.

Pemilik pabrik yang menolong warga miskin Inggris.
Robert Owen, berhasil menciptakan sistem kerja yang nyaman bagi karyawannya
Umumnya, di abad-19, pemilik pabrik yang ada di Inggris, biasanya tidak terlalu mempedulikan kesejahteraan karyawannya, dan sedihnya lagi, hal itu biasa terjadi. Namun ternyata ada seseorang pemilik pabrik penghasil kapas bernama Robert Owen, yang berhasil menciptakan lingkungan kerja yang nyaman bagi karyawan yang dipekerjakannya. Selain menyediakan perawatan kesehatan gratis bagi karyawan, ia juga menyediakan sekolah gratis untuk anak-anak karyawannya. Tidak hanya itu, ia juga menyediakan rumah bersubsidi yang menjadikan karyawannya tidak lagi tinggal di perumahan kumuh seperti yang terjadi pada karyawan pabrik disekitarnya. Ia juga menjual barang kebutuhan kepada karyawannya dengan harga murah dimana pabrik lainnya malah menjual mahal dan menjadikan pekerja mereka hidup miskin selamanya. Meskipun Owen seorang kapitalis, tapi ia berhasil meningkatkan taraf hidup ratusan karyawan pabriknya.

Kelompok Anti-Fasis di Sudetenland
Oskar Schindler
Beberapa warga Jerman bermukim di Sudetenland, sebuah wilayah bekas negara Cekoslovakia yang warganya dikenal sangat pro dengan pasukan Nazi. Meski begitu, beberapa warganya ternyata sangat membenci gerakan Fasisime dan menyuarakan aspirasi mereka lewat berbagai propaganda Anti-Nazi. Salah satunya adalah seorang warga Sudetenland asal Jerman yang juga mantan tentara Nazi bernama Oskar Schindler, yang rela melawan pasukan Nazi demi menyelamatkan nyawa orang-orang yahudi.

Dari sembilan kisah diatas, bisa kita tarik kesimpulan bahwa meskipun diwilayah dimana orang-orang saling melukai tanpa ada belas kasihan, disitu masih ada mereka, orang-orang yang bahkan kita sepelekan, yang masih memiliki hati nurani untuk membantu sesama yang membutuhkan. (MY)