Pages

Subscribe:

September 3, 2015

Pria ini sendirian mencegah terjadinya Perang Nuklir Dahsyat pada 1983



atas jasanya, 26 Septermber diperingati sebagai 'Petrov Day'

Sejak tahun 1945 hingga 1990, Dunia berada dalam kecemasan akan terjadinya Perang Nuklir antara Uni-Soviet dan Amerika Serikat. Kedua negara adidaya tersebut masing-masing memiliki gudang senjata nuklir yang siap ditembakkan kapan saja. Mereka yang diberi tugas mengendalikan dan mengoperasikan senjata nuklir itu adalah orang-orang yang sangat terlatih dan wajib mengikuti alur komando yang telah ditetapkan. Jika perintah sudah dikeluarkan, tak ada alasan bagi mereka untuk tidak melaksanakannya. Mereka harus segera menembakkan senjata nuklir, tanpa mesti bertanya lagi.

Akan tetapi, bagaimana jika alarm mereka salah mendeteksi peluru nuklir musuh yang datang karena adanya kesalahan pada sistem radar? Pantaskah orang-orang ini beralasan kalau mereka tak sengaja memulai perang nuklir cuma karena gangguan pada perangkat teknologi?. Nah, pada 1983, kejadian seperti itu hampir saja terjadi di negara Uni-Soviet, namun untungnya berhasil dicegah oleh pria satu ini.


Pada malam, 23 September 1983, Letnan Kolonel Stanislav Petrov tengah bertugas di bunker  Serpukhov-15, diluar kota Moscow.
Rudal yang terdeteksi oleh radar Unisoviet
Bunker khusus ini ternyata berfungsi sebagai Pusat komando Peringatan Awal terhadap serangan rudal nuklir dari luar. Pada waktu itu, menjelang tengah malam, komputer milik Petrov tiba-tiba mendeteksi sebuah rudal antar benua, yang sedang mengarah ke Uni-Soviet. Dalam situasi seperti itu, berdasarkan latihan yang diterima Petrov selama ini, ia mesti melaporkan hal tersebut pada atasannya. Dimana bisa dipastikan perintah selanjutnya adalah melakukan serangan rudal nuklir balasan.

Namun saat itu, Petrov menyimpulkan bahwa itu hanyalah kesalahan alarm radar.
Fallout Shelter, tempat perlindungan terhadap serangan nuklir
Petrov dan rekannya telah diajarkan bahwa jika suatu ketika Amerika Serikat menyerang mereka, pastilah serangannya berupa ratusan rudal yang diluncurkan secara bersamaan. Melihat pada saat itu cuma satu rudal yang terdeteksi, maka Petrov merasa ada yang aneh. Mereka juga tahu, bahwa ratusan serangan rudal mampu melumpuhkan kemampuan mereka untuk melakukan serangan balasan, namun jika hanya satu serangan rudal, maka itu takkan sampai merusak sistem pertahanan Uni-Soviet. Berdasarkan logika itulah, Petrov lalu menyimpulkan kalau telah terjadi kesalahan pada sistem alarm radar mereka.

Beberapa saat setelah itu, lagi-lagi komputer Petrov mendeteksi ada empat serangan rudal yang menuju Uni-Soviet, yang kemudian mereka simpulkan lagi sebagai kesalahan sistem alarm.
Kira-kira seperti inilah jika Bom Nuklir dijatuhkan
Petrov akhirnya menemukan jawaban atas kesalahan alat deteksi rudal itu dimana disebabkan oleh tidak sejajarnya ketinggian awan paling atas dan satelit sistem pendeteksi bahaya. Kesalahan tersebut selanjutnya secara permanen diperbaiki dengan menambah ketinggian orbit satelit.  

Beruntung saat itu Petrov menggunakan analisa yang tepat dalam bertindak, mengingat pada 1983, suhu ketegangan antara kedua negara adidaya itu sedang berada dipuncaknya.
Pada 1983, ketegangan antar kedua negara sedang memanas
Perlu diketahui, bahwa tiga minggu sebelum insiden kesalahan deteksi rudal tersebut, Uni-Soviet berhasil menembak jatuh pesawat Korean Air Lines Flight 007 yang tanpa sengaja memasuki wilayah udara milik Uni-Soviet. Seluruh 269 kru dan penumpang pesawat dinyatakan tewas, termasuk seorang anggota dewan Amerika Serikat. Nah, peristiwa itulah yang kemudian memicu keluarnya kebijakan pemerintah Uni-Soviet untuk siaga satu terhadap ancaman serangan balasan dari Amerika Serikat.

Setelah kejadian kesalahan deteksi radar tersebut, Petrov memutuskan untuk tidak menceritakan hal itu kepada atasannya guna mencegah upaya serangan balasan.
Petrov saat menerima penghargaan atas aksinya di 1983
Petrov tetap merahasiakannya hingga setelah masa Uni-Soviet jatuh, dimana ia menceritakan kajadian itu ke publik yang kemudian mempengaruhi suhu politik dunia. Pada 2013, Petrov dianugrahi Dresden Prize atas perannya dalam mencegah bencana nuklir. Atas aksinya itu pula, ia mendapat beberapa penghargaan dari beberapa organisasi dunia, termasuk dari PBB.

Akhirnya malam itu, dunia bisa diselamatkan berkat analisa dan tindakan kritis dari satu orang. Apakah ada yang bisa bertindak seperti Petrov dalam kondisi kritis saat itu?. Apapun itu, beruntung malam itu Petrov-lah yang bertugas memonitor radar Uni-Soviet? (MY)