Pages

Subscribe:

February 16, 2016

J.K. Rowling : Kisah sukses penulis novel Harry Potter

J.K. Rowling dan Novel Harry Potter karangannya.
Saat ini siapa yang tidak kenal dengan sosok J.K. Rowling?. Seorang novelis asal Inggris yang tekenal lewat serial novel terlarisnya, Harry Potter. Buku Harry Potter, sendiri sudah diterjemahkan kedalam 73 bahasa dan telah terjual sebanyak 450 juta Copy. Novel tersebut juga berhasil menjadi buku serial dengan penjualan terbaik sepanjang masa. Belum lagi lewat beberapa film sukses yang diadaptasi dari novel dengan judul yang sama yang berhasil menempati peringkat kedua film dengan pendapatan terbesar sepanjang masa. J.K. Rowling, sendiri dikenal sebagai sosok yang tekun, punya jiwa kepemimpinan, dengan teknik komunikasi yang efektif.

Permulaan
Joanne “Jo” Rowling, OBE FRSL, atau lebih dikenal dengan nama J.K. Rowling, lahir pada 31 Juni 1965, disebuah kota kecil di Yate, Gloucestershire, Inggris. Nama J.K. diawal namanya diperoleh dari namanya sendiri, Joanne dan nama neneknya, Kathleen. Jadi Rowling, tidak memiliki nama tengah seperti yang banyak orang kira. Ayahnya bernama Peter James Rowling adalah seorang Insinyur di Perusahaan legendaris di Inggris, Rolls-Royce, sementara ibunya, Anne Rowling (née Volant), adalah seorang teknisi sains berdarah Perancis-Skotlandia. Kedua orang tua Joanne asli warga Inggris, keduanya bertemu di dalam kereta api saat sedang bepergian dari Stasiun King’s Cross menuju Arbroath di Skotlandia. Saat itu keduanya masih berumur 18 tahun. Sang ayah bergabung dengan Angkatan Laut Kerajaan sedangkan sang Ibu baru saja selesai bertugas di Dinas Kelautan Kerajaan. Saat itu, Anne kedinginan lalu Peter menawarkan jasnya. Setahun kemudian, keduanya menikah dan berhenti dari Kedinasan Angkatan Laut. Mereka kemudian pindah ke pinggiran kota Bristol, dibagian barat Inggris.


Pada 1969, empat tahun setelah Joanne lahir, Mereka memutuskan untuk pindah ke desa terdekat, di Winterbourne. Saat itu, Joanne adalah gadis kecil gempal dan memakai kacamata. Ia selalu berimajinasi dan senang sekali menarasikan kisah-kisah dongeng yang dibacanya. Joanne pertama kali menulis cerita pada saat berumur enam tahun, tentang dongeng seekor kelinci yang sedang menderita sakit campak. Teman-teman si Kelinci selalu mengunjunginya termasuk seekor lebah raksasa, bernama Miss Bee. Adik perempuan Joanne-lah yang menjadi pendengar pertama saat itu.
Foto J.K. Rowling semasa kecil
Masa kecil sang novelis boleh dibilang tidaklah sulit. Malah sebaliknya kehidupan Joanne sangat bahagia bersama dengan orangtua, adik tercinta, serta sang nenek yang selalu menyayanginya. Joanne juga senang saat bersekolah di St. Michael Primary School dan menyukai keterampilan kerajinan tanah liat, melukis dan ilmu sejarah. Meski begitu, orang tuanya ingin sekali memiliki rumah di Inggris, dan ketika Joanne berumur sembilan tahun, Keluarganya memutuskan pindah ke desa Tutshill, di kota hutan, Dean.

Berkat sang ibu, Joanne jadi selalu bisa membaca berbagai macam buku cerita. Ibunya ingin putrinya mendapatkan pendidikan terbaik. Anne senang membacakan buku untuk anak-anaknya hingga saat berumur lima tahun, Joanne kecil mampu menceritakan ulang semua buku yang pernah ia baca dengan sempurna. Joanne kemudian bersekolah di St. Michael’s Primary School. Sekolah yang telah berumur 200 tahun ini didirikan oleh seorang abolisionist, William Wilberforce serta seorang praktisi pendidikan bernama Hannah. Disekolah itu, Joanne menyadari kalau ia lebih menyukai pelajaran Bahasa Inggris dan membaca.

Disekolah itu pula, Joanne sempat mengalami masalah, khususnya dengan guru matematika bernama Mrs. Morgan. Pada area sebelah kiri dalam kelas, sang ibu guru menempelkan tulisan “Khusus anak-anak Pintar”, dan Mrs. Morgan selalu menempatkan Joanne duduk di sisi kanan kelas. Joanne sangat frustasi karena ia merasa kalau dirinya cukup pintar dikelas. Oleh karena itulah, Rowling mengakui kalau karakter Severus Snape di novel Harry Potter terinspirasi oleh Mrs. Morgan.

Beruntung, Rowling punya banyak guru yang senantiasa mendorongnya untuk rajin menulis. Guru-guru tersebut sering membacakan karya tulis Joanne didepan kelas dimana hal itu membuat Joanne merasa sangat spesial. Guru baik seperti itu memang ada dan Rowling mengingat mereka hingga saat ini.

“Perasaan bangga saat tulisan kita dibacakan oleh guru dihadapan murid lainnya adalah suatu hal yang tak terlupakan. Kita tak bakalan lupa pada guru yang memberi kita semangat sambil berkata bahwa “Ya, kamu pasti bisa” Ujar Joanne.

Joanne dulunya adalah anak yang pemalu. Teman sekolahnya mengingat Joanne sebagai sosok yang jarang bersosialisasi dan  tertutup. Ia juga senang berfantasi dan gemar menulis sesuatu di buku tulisnya.
Si kecil Joanne Rowling bersama dengan ibunya Anne dan adiknya Dianne.
Diusia 15 tahun, keluarga Joanne pindah rumah lagi. Rowling sangat rindu dengan teman-teman dirumah sebelumnya. Sayangnya kesedihan Joanne belumlah berakhir. Pada saat yang sama, nenek kesayangannya meninggal dunia, hubungan dengan sang Ayah tidak terlalu baik ditambah lagi sang ibu yang menderita penyakit yang cukup parah yaitu Multiple Sclerosis. Pengobatan yang dijalani sang ibu tak membawa hasil positif malah semakin parah dari tahun ketahun. Bagi gadis muda seperti Joanne, Ibu yang sakit parah menjadi cobaan terberat dalam hidupnya.

Setelah menyelesaikan pendidikannya di Wyedean School pada 1983, Joanne Rowling memutuskan untuk melanjutkan studinya di Oxford University. Meski Ia berhasil lulus ujian masuknya tapi sayang Rowling tidak diterima di Universitas yang menjadi kampus  paling terkenal di Inggris saat itu. Hingga akhirnya, Rowling masuk ke Universitas Exeter yang berada di Exeter, sebelah Barat Daya Inggris dan mengambil Fakultas Philology dimana ia mesti belajar Bahasa Perancis dengan tekun. Sebenarnya ide agar Rowling belajar Bahasa Perancis datang dari kedua orangtuanya yang menginginkan ia nantinya bisa memiliki karir menjadi Sekretaris Bahasa. Martin Sorrel, seorang profesor di Exeter, mengingat Rowling sebagai seorang mahasiswi berbakat yang sering mengenakan jaket denim dan berambut hitam, dimana dari segi akademis, penampilan seperti itu menunjukkan karakter orang yang mampu mengerjakan apa saja yang memang diperlukan. Joanne mengingat waktu itu ia malas bekerja dan lebih memilih membaca buku karangan Dickens dan Tolkien sembari mendengarkan lagu-lagu ‘The Smiths’. Pada 1986, usai menjalani magang selama setahun di Paris, Rowling akhirnya lulus dari Universitas Exeter dengan gelar Sarjana Fakultas Seni Perancis dan Klasik. Ia lalu pindah kembali ke London dan sempat menjalani beberapa pekerjaan. Salah satunya, saat ia menjadi seorang peneliti dan sekretaris bahasa untuk lembaga Amnesty International, namun sayangnya ia merasa tidak betah bekerja disana.

Awal lahirnya ‘Harry Potter
Pada musim panas 1990, Pacar Rowling memutuskan pindah ke Manchester. Ia lalu menghabiskan waktu liburnya dengan ‘berburu’ flat (apartemen) bersama sang pacar. Saat perjalanan kembali ke London dengan kereta api, tiba-tiba ide mengenai kisah Harry Potter pun muncul. Joanne tidak tahu mengapa dan apa penyebab ide itu muncul dikepalanya, yang pasti saat itu ia seperti bisa melihat keseluruhan cerita dari buku yang akan ia buat termasuk adanya Sekolah penyihir, ide tentang seorang anak yang tidak tahu kalau ia ternyata seorang penyihir sebelum ia diundang ke Sekolah penyihir.

Sesampainya dirumah, Joanne segera duduk dimeja dan mulai menulis kisahnya. Suatu hari, Apartemen tempat ia tinggal, dirampok!. Para pencuri berhasil membawa lari beberapa barang peninggalan ibunya, tapi beruntung, mereka tidak mengambil kotak sepatu yang berisi lembaran sketsa dan catatan mengenai kisah Harry Potter. Joanne sadar kalau itulah satu-satunya harta yang paling berharga baginya.

Kisah Harry Potter, akhirnya diluncurkan enam bulan setelah kematian sang ibu. Anne Rowling, ibu Joanne, meninggal pada 30 Desember 1990 pada umur 45 tahun. Joanne sempat menengok ibunya enam hari sebelum sang ibu wafat, tapi ia tidak tahu kalau sakit ibunya sudah sangat parah. Saat Joanne berkunjung, Ibunya memang sudah terlihat kurang sehat, tapi tak ada yang mengira kalau  usia sang ibu sudah tak lama lagi. Rowling tak bisa lupa saat-saat terberat dalam hidupnya. Kematian sang ibu membuat Joanne menjadi depresi.

Menikah, Cerai, dan Pulang Kampung
Sembilan bulan pasca kematian ibunya, untuk menghilangkan rasa dukanya yang dalam, Joanne memutuskan untuk meninggalkan Inggris dan memulai hidup baru di Portugal. Ia mulai mengajar bahasa inggris sebagai pelajaran bahasa asing disana. Setelah menetap selama delapan belas bulan di Porto, ia lalu bertemu dengan Jurnalis televisi asal Portugis bernama Jorge Arantes dan pada 16 Oktober 1992, mereka pun menikah. 
Porto, Portugal: Disinilah Joanne bertemu dengan suami pertamanya, Jorge Arantes
Tak lama kemudian, Jorge harus berangkat mengikuti pelatihan dan mesti meninggalkan Joanne selama beberapa bulan. Selama sang Suami pergi, Joanne berhasil menyelesaikan tiga Bab pertama buku Harry Potter and the Philosopher’s Stone. Jorge Arentes pun akhirnya sudah selesai menjalani pelatihan dan kembali kerumah, namun sayangnya ia sulit mendapat pekerjaan dan Joanne harus bekerja meski masa kelahiran putri mereka sudah dekat. Akhirnya, Jessica Isabel Rowling Arantes, lahir pada 27 Juli 1993 di Portugal. Sayangnya, Setelah beberapa bulan pasca kelahiran putri pertama mereka, sang suami malah sering memukul Joanne dan mengusirnya dari rumah. Pada Desember 1993, Rowling dan putrinya menetap dirumah adik perempuannya di Edinburgh. Dianne Rowling merupakan satu-satunya orang yang bisa menjadi teman curhat dan bisa ia andalkan.

Akhir tahun 1993, Rowling berada dalam masa keterpurukan, ia merasa kalau dirinya telah gagal. Bagaimana tidak, Rumah tangga yang ia bangun sangatlah singkat ditambah lagi saat itu ia seorang pengangguran. Ia menjadi seorang ibu miskin yang hidup sendiri bersama dengan seorang putri meskipun ia belum menjadi gelandangan. Walaupun Rowling menganggap saat itu merupakan tahun penuh masalah, ia tetap bahagia karena ia bisa pulang kembali ke kampung halamannya bersama putrinya, Jessica, yang sebelumnya tinggal di Portugal.

Selama masa itu, Oleh dokter, Rowling didiagnosa menderita depresi klinis dan memiliki kecendrungan untuk bunuh diri. Kondisi itulah yang kemudian menginspirasinya menciptakan tokoh Dementors, sesosok makhluk kegelapan yang memakan kebahagiaan yang dimiliki manusia. Tokoh ini kita tahu muncul pada novel Harry Potter and the Prisoners of Azkaban, yang menjadi novel ketiga dari seri Harry Potter.

Beberapa bulan kemudian, Joanne lalu menyewa sebuah apartemen kecil di Edinburgh. Menjadi seorang Single Mother, pastilah sangat sulit apalagi jika hidup dengan uang yang pas-pasan. Joanne Rowling menerima 70 pound seminggu yang ia gunakan untuk membeli makanan murah dan beberapa pakaian untuk Jessica. Rowling mengaku merasa malu atas keadaannya saat itu.

Agar ia tidak suntuk menganggur dirumah, setiap hari Joanne mengajak putrinya berjalan-jalan berkeliling kota juga agar Jessica cepat tertidur. Setelah itu, Joanne biasanya nongkrong minum kopi di Nicolson’s Cafe, milik kakak iparnya, Roger Moore, atau kadang ia pergi ke the Elephant House, dimana Joanne bisa melanjutkan menulis novelnya, Harry Potter and the Philosopher’s Stone. Beberapa orang mengatakan, bahwasanya alasan Rowling menulis bukunya di Cafe setempat yaitu karena kondisi apartemennya yang dingin, tapi kemudian gosip itu dibantah oleh Rowling.
“The Elephant House” salah satu cafe tempat Rowling menulis novel Harry Potter yang pertama.
Pada masa itu, ketidakberuntungan dan penderitaan seperti tiada akhir. Segala macam masalah yang menimpa dirasakannya sangat berat. Joanne tak bisa lupa saat itu kerjanya cuma duduk menulis dimeja seharian. Bagaimanapun, semua kegagalan itu membantunya menjadi lebih kuat karena jika tidak ada masalah, Rowling takkan pernah tahu bagaimana caranya untuk menjadi sukses.   

Usaha pertama menerbitkan novel Harry Potter and the Philosopher’s Stone
Pada 1995, setelah menulis selama lima tahun, Joanne Rowling akhirnya menyelesaikan novel Harry Potter and the Philosopher’s Stone. Hebatnya, ia sudah tahu akhir dari seluruh cerita Harry Potter sejak ia menulis buku pertamanya itu. Faktanya: Joanne merevisi Bab pertama buku Harry Potter and the Philosopher’s Stone sebanyak lima belas kali!.

Dari Biografi, J.K. Rowling diketahui kalau ia menyimpan semua catatan mengenai ‘dunia Harry Potter’nya dalam kardus yang ditaruh dibawah tempat tidur (untuk menjawab beragam pendapat yang menyebut kalau catatan itu disimpan oleh asistennya, dalam buku catatan, atau dalam lembaran kertas). Dalam catatan tersebut terdapat daftar nama seluruh siswa di sekolah sihir termasuk keterampilan dan tingkatannya, juga ada tulisan latin dan beberapa gambar ilustrasi. Untuk memudahkan ilustrasi yang nantinya diperlukan, Rowling juga menggambarkan tak hanya karakter utama tapi juga bentuk-bentuk transformasi sihir.

Setelah menyelesaikan Bab terakhir, Joanne lalu memberitahu sang kakak yang kemudian tertawa mendengar cerita Novel Rowling. Dianne menyukai Harry Potter, dan itu menginspirasi Joanne. Bagaimanapun, menulis sebuah buku masih setengah dari perjuangan, karena buku harus diterbitkan lagi. Rowling lalu mencetak beberapa Bab menggunakan  mesin ketik tua, menjilidnya, lalu menyebarkannya ke beberapa agen buku.

Setelah Joanne mengirim naskahnya kebeberapa agen, ia lalu menunggu berita konfirmasi. Ada beberapa balasan yang masuk, yang isinya “Ceritanya sangat berat untuk anak-anak”, “Ceritanya terlalu panjang”, “Anak-anak takkan tertarik”. Pada saat itu, Joanne merasa kecewa dan semuanya sia-sia. Beruntung, sang kakak selalu memberinya semangat dengan mengatakan kalau “Keluarga Rowling tak pernah menyerah!”. Terakhir mereka mengirim beberapa Bab kepada Christopher Little, seorang agen buku ternama.

Sayangnya, Little juga tak tertarik dengan cerita anak-anak, dan malah menyimpan naskah itu diruang arsip. Suatu hari seorang karyawan muda yang bekerja dikantor agensi itu penasaran dengan naskah yang tersimpan dirak ruang arsip. Ia lalu membaca beberapa bab dari naskah Harry Potter. Karena ia sangat menyukai cerita Harry Potter, maka ia memutuskan menyerahkan kembali naskah tersebut ke Kepala Agensi. Setelah membaca kembali naskah Harry Potter, Little akhirnya berencana memasarkan buku itu. Perusahaannya yang bernama Christopher Little Literary Agents, sepakat mencarikan Rowling perusahaan penerbit buku. Naskah itu lalu disebarkan ke dua belas perusahaan penerbit. Dan semuanya menolak naskah Harry Potter.

“Adalah pilihan kita...apakah ingin memperlihatkan diri kita yang sebenarnya atau bersikap melebihi kemampuan yang kita miliki.” – J.K. Rowling

Pada Agustus 1996, saat Joanne sudah mulai putus asa, Naskahnya akhirnya diterima dan sebagai imbalannya, ia memperoleh £1,500 atau $2,300 dari Barry Cunningham, salah satu editor Bloomsbury, Sebuah Balai Penerbit di London. Christopher Little menghubungi Rowling memberitahukan kalau Balai penerbit, Bloomsbury tertarik dengan bukunya. Joanne tak menyangka hal itu. Saking senangnya, ia sampai berteriak dan melompat kegirangan. Jessica, yang saat itu lagi minum teh, sampai terkejut dibuatnya.

Alice Newton, putri pimpinan Bloomsbury yang berusia delapan belas tahun, membujuk ayahnya, Nigel Newton, agar segera menerbitkan buku Rowling. Awalnya Newton menyuruh anaknya membaca Bab satu buku tersebut tapi Alice malah ingin lanjut membaca Bab berikutnya. Meski Blooomsbury setuju menerbitkan bukunya, tapi Cunningham menyarankan agar Rowling juga mencari pekerjaan tetap mengingat buku cerita anak-anak dirasa kurang laku dipasaran. Akhirnya, Rowling mendapat pekerjaan sebagai guru bahasa Perancis. Pada 1997, Rowling menerima £8,000 atau $12,500 dari Konsulat Kesenian Skotlandia, agar ia melanjutkan bukunya tersebut.

Peluncuran Buku pertama yang sukses
Pada Juni 1997, Bloomsbury menerbitkan novel Harry Potter and the Philosopher’s Stone dengan cetakan pertama sebanyak 1,000 buku dimana 500 buku didistribusikan kesejumlah perpustakaan. Saat ini buku tersebut sudah seharga antara £16,000 ($25,000) hingga £25,000 ($39,000). Dihari presentasi bukunya Joanne harus membacakan ringkasan jalan cerita Harry Potter kepada para pengunjung toko. Saat itu Cuma beberapa orang saja yang datang mendengarkan presentasinya. Meski Cuma sedikit, Joanne sangat gembira sudah ada yang datang.
Sampul Harry Potter and the Philosopher’s Stone, yang diterbitkan oleh Bloomsbury, pada Juni 1997.
Ketika buku tersebut sudah beredar di masyarakat, sukses baru saja dimulai. Lima bulan kemudian, buku Joanne mendapat penghargaan pertamanya, yaitu Nestlé Smarties Book Prize. Pada bulan Februari, diluar dugaan, Novel tersebut memenangkan British Book Award for Children’s Book of the Year disusul penghargaan The Children’s Book Award. Di awal tahun 1998, Scholastic mendistribusikan novel Harry Potter and the Philosopher’s Stone ke Amerika dengan judul Harry Potter and the Sorcerer’s Stone. Rowling menyesalkan adanya perubahan judul tersebut dan berusaha mengajukan gugatan yang kemudian ia menangkan.

Setelah menerima uang dari penjualan bukunya oleh Scholastic, hal pertama yang dibeli Rowling ialah sebuah Flat (Apartemen) baru di 19 Hazelbank Terrace yang berada di wilayah berkelas di Edinburgh dan ia pindah kesana bersama putrinya. Mereka juga membeli seekor kelinci, Kucing, dan guinea pig, karena Jessica butuh hewan peliharaan yang umurnya panjang.

Buku pertama yang diangkat ke Layar lebar
Sihir, Para penyihir, dan sekumpulan peri – semua hal tersebut memang sangat laku diindustri film. Tak heran Novel Joanne, kemudian diminta agar dibuatkan film. Pada Oktober 1998, Warner Bros membeli hak cipta dua novel pertamanya senilai $1,5 juta. Namun, ada beberapa pertimbangan terkait persiapan film dari Novel Rowling, misalnya dari segi penjualan dan sistem kerjasama tertutup.

Pada awalnya, Steven Spielberg dipilih untuk menyutradai film tersebut. Sayangnya, Spielberg tidak setuju dengan konsep yang diajukan. Spielberg ingin filmnya dibuat dalam bentuk film animasi sementara Rowling dan Warner Bros. Ingin konsep lain. Spielberg juga khawatir kemungkinan kurangnya unsur motivasi kreatif dalam film. Ia ingin agar filmnya nanti bisa sukses secara komersial, terlepas dari kinerja sang sutradara.

Rowling sebenarnya ingin agar Terry Gilliam sebagai sutradara filmnya. Menurutnya, Gilliam orang yang hebat, tapi kadang visi sang sutradara tak sejalan dengan keinginan penonton sementara proyek film ini harus sejalan dengan hal tersebut. Akhirnya Warner Bros. memutuskan menunjuk Chris Columbus sebagai sutradara, karena ia senang bekerjasama dengan anak-anak, dan film bertema keluarga tidak asing baginya sejak zamannya film Home Alone.

Columbus berharap agar Liam Aiken mau memerankan tokoh Harry Potter, tapi Rowling memaksa agar cuma aktor Inggris yang akan bermain difilm ini. Sehingga dari sekian banyak calon yang diajukan untuk bermain dalam film tersebut, akhirnya terpilihlah Daniel Radcliffe, Emma Watson, dan Rupert Grint yang akan memerankan tiga tokoh utama di film Harry Potter. Untuk Premiere perdana film Harry Potter and the Philosopher’s Stone, waktu itu dilaksanakan pada 16 November 2001.
Emma Watson, Daniel Radcliffe, Rupert Grint – para pemeran tokoh utama film Harry Potter.
Spielberg ternyata benar kalau film yang diadaptasi dari buku memang ditakdirkan akan sukses. Dana pembuatan film sebesar $125 juta sudah tertutupi dengan keuntungan berlipat-lipat tapi masih belum menembus angka penjualan film bergengsi yaitu sebesar satu milyar dollar.

Buku berseri, Harry Potter
Sekuel pertama buku Harry Potter berjudul, Harry Potter and the Chamber of Secrets, yang diterbitkan pada Juli 1998 lagi-lagi membuat joanne menerima penghargaan, the Smarties Book Prize. Pada Desember 1999, buku ketiganya, berjudul Harry Potter and the Prisoner of Azkaban, juga memenangkan the Smarties Book Prize, yang menjadikan Rowling sebagai penulis pertama yang menerima penghargaan tersebut tiga kali berturut-turut.  Sebenarnya setahun setelahnya, Rowling bisa saja menjadi pemenang penghargaan tersebut untuk keempat kalinya, akan tetapi ia menarik buku Harry Potter and the Goblet of Fire dari ajang proses seleksi agar buku karya orang lain bisa mendapat kesempatan yang sama dengannya. Pada Januari 2000, buku Harry Potter and the Prisoner of Azkaban berhasil memenangkan penghargaan The Inaugural Whitbread Children’s Book of the year. Sayangnya buku tersebut tak berhasil menyabet penghargaan The Book of the Year, yang dimenangkan oleh buku terjemahan karya Seamus Heaney berjudul Beowulf.

Untuk pertama kalinya, Rowling sadar kalau ia sudah menjadi selebriti terkenal, dimana saat melakukan tour keduanya di Amerika. Ia terpukau dengan ramainya kerumunan orang yang rela antri demi melihat idola mereka, J.K. Rowling. Ada perasaan terkejut dan agak khawatir melihat sebegitu besarnya animo masyarakat terhadapnya. Bahkan selama Tour terakhirnya, kadang-kadang ratusan orang tiba-tiba datang menghampirinya tanpa adanya pengawasan panitia.

Saat Rowling bergabung di Club of miilionaires, headline berita berbunyi “Seorang Single Mother miskin mendapat bayaran enam digit!” menghiasi hampir seluruh surat kabar yang ada. Cukup mengejutkan memang, dimana seorang wanita biasa tiba-tiba menjadi serbuan para jurnalis dunia. Hingga kehidupan pribadi Rowling juga sempat ikut terusik oleh aksi para Jurnalis. Nah disaat seperti itulah dimana Rowling kemudian menciptakan karakter seorang penulis/ jurnalis kurang ajar pada Novel Harry Potter berikutnya.

J.K. Rowling sebenarnya tak terlalu percaya dengan sihir
Buku keempat berjudul Harry Potter and the Goblet of Fire dirilis serentak di Inggris dan Amerika Serikat pada 8 Juli 2000 dan memecahkan rekor penjualan buku dikedua negara tersebut. Sebanyak 372,775 buku terjual habis pada hari pertama penjualannya di Inggris. Hampir menyamai rekor penjualan buku Harry Potter and the Prisoner of Azkaban ditahun pertama. Di Amerika Serikat, buku tersebut terjual sebanyak tiga juta copy hanya dalam waktu 48 jam, mengalahkan semua rekor yang ada. Menurut Rowling, ia sempat mengalami krisis ide saat menulis novel keempat dan mesti menulis ulang Bab pertama sebanyak tiga belas kali guna memperbaiki plot cerita, dan untuk itu, lagi-lagi the 2000 British Book Awards menganugrahkan Rowling, predikat the Writer of the Year.

Terdapat jeda selama tiga tahun antara waktu rilis novel Harry Potter and the Goblet of Fire dengan buku kelima, Harry Potter and the Order of the Phoenix. Lamanya jeda waktu tersebut sempat membuat kabar kalau  Rowling blank terhadap kelanjutan kisah novelnya. Akan tetapi, Joanne membantah kabar tersebut. Bagi Joanne menulis buku layaknya pekerjaan rumah, yang kadang bisa dikerjakan sebentar, namun kenyataannya, Joanne malah bekerja keras guna menyelesaikan novelnya tersebut.

Buku ketujuh  yang berjudul, Harry Potter and the Half-Blood Prince, pun dirilis pada 16 Juli 2005. Lagi-lagi buku tersebut memecahkan rekor penjualan dengan sukses terjual sebanyak sembilan juta copy hanya dalam waktu 24 jam. Rowling lalu menegaskan kalau cerita yang ada pada Bab pertama dibuku keenamnya itu, mengenai percakapan antara Menteri Ilmu Sihir dengan Perdana Menteri Inggris, semestinya ia munculkan  pertama kali diBab pertama buku “Philosopher’s Stone”, kemudian dibuku “Chamber of Secrets” dan terakhir dibuku “Prisoner of Azkaban”. Pada 2006, buku Harry Potter and the Half-Blood Prince lagi-lagi menerima penghargaan dari the British Book Awards sebagai ‘The Book of the Year’.

Seri Terakhir buku Harry Potter
Harry Potter and the Deathly Hallows adalah judul buku ketujuh dari seri Harry Potter dan Kabar tersebut sebelumnya telah diumumkan diakhir Desember 2006. Akhirnya, pada 11 Januari 2007. J.K. Rowling berhasil menyelesaikan buku ketujuh tersebut dikamar hotelnya, di The Balmoral, Edinburgh, dan pada 21 Juli 2007, Rowling merilis buku Harry Potter and the Deathly Hallows. Tak disangka, buku terakhir tersebut berhasil mengalahkan rekor penjualan buku-buku Harry Potter sebelumnya. Pada hari pertama, buku tersebut berhasil terjual sebanyak 11 juta copy di Inggris dan Amerika. Seperti yang sudah dijelaskan diawal biografi ini, bahwa Bab terakhir dari buku ketujuh Harry Potter, sebenarnya sudah selesai ditulis pada tahun 1990-an.
J. K. Rowling menandatangani buku Harry Potter and the Deathly Hallows di New Orleans, USA pada 18 Oktober 2007.
Saat mengerjakan buku terakhirnya itu, Rowling juga terlibat dalam pembuatan film dokumenter tentang dirinya berjudul J.K. Rowling: A Year in the Life, yang disiarkan di stasiun ITV, Inggris pada 30 Desember 2007. Rowling sempat mengunjungi kembali apartemen lamanya di Edinburgh, disanalah ia menyelesaikan Novel Harry Potter, pertamanya. Tempat itu sangat berkesan baginya karena disanalah seluruh hidupnya berubah.

Saat wawancara bersama Oprah Winfrey, Rowling menyampaikan rasa hormatnya pada sang ibu atas kesuksesan novel karyanya: “Jika ibu saya tidak meninggal, saya tidak yakin apakah Kisah Harry Potter akan seperti sekarang ini. Karena buku itu ada setelah ibu saya meninggal.” Saat ini, Harry Potter telah menjadi nama “franchise” yang mendunia dengan nilai sekitar $15 miliar. Empat buku terakhirnya, sukses memecahkan rekor sebagai buku terlaris sepanjang masa. Keseluruhan Novel Harry Potter yang totalnya ada 4,195 halaman telah diterjemahkan kedalam 73 bahasa. Kita tahu kalau J.K. Rowling telah mengalami banyak masa sulit untuk mencapai impiannya, tapi keberhasilannya membawa Harry Potter dari awal hingga akhir cerita menempatkan ia pada posisi puncak sebagai seorang penulis dunia.

Serial Film Harry Potter
J.K. Rowling telah diberikan kebebasan berkreasi disetiap film Harry Potter. Hal ini selain menjadikan film-filmnya lebih atraktif juga agar naskah film Harry Potter tidak kontradiktif dengan cerita novel selanjutnya. Dalam hal ini, Warner Bros. sadar betul akan ketentuan dan keinginan dari Rowling saat membuat kontrak film dengannya. Salah satu contohnya ialah saat proses syuting film Harry Potter, dimana harus dilaksanakan sepenuhnya di Inggris dengan seluruh pemain haruslah orang Inggris dan keinginannya itu harus dipenuhi. Rowling juga meminta agar Coca-Cola mendonasikan $18 juta kepada organisasi the American Charity Reading.

Untuk keperluan pembuatan film, dunia sihir ciptaan J.K. Rowling mesti dibuat ulang. Rancangan Bangunan Hogwarts School of Withccraft and Wizardry memang dibuat dengan komputer, tapi pengambilan gambar suasana dalam bangunan mengharuskan crew film untuk mengambil lokasi di enam tempat berbeda yang tersebar di Inggris. Jika kita melihat gambar kuil abad pertengahan yang berada di Lacock sekitar daerah Bristol, suasana interiornya sama persis dengan sekolah Hogwarts.

Kita bekerja dan belajar hingga kita mati – J.K. Rowling
Kota London juga turut ditampilkan pada film Harry Potter pertama. Sebuah bangunan kosong yang berada di Pasar Victorian Leadenhall berhasil disulap menjadi sebuah Bar unik bernama “The Leaky Cauldron”. Tapi di film Harry Potter and the Prisoner of Azkaban, Bar tersebut mesti dipindahkan ke lokasi lain dibawah jembatan Stoney Street.

Dalam pembuatan filmnya, Rowling juga bertugas mereview seluruh naskah film dan bertindak sebagai produser di dua seri terakhir film Harry Potter and the Deathly Hallows. Steve Kloves juga ikut menulis naskah film keempat, keenam dan ketujuh dengan dibantu oleh Rowling. Selama syuting film, Rowling juga membongkar rahasia penting dari tokoh Severus Snape (Alan Rickman) dan Hagrid (Robbie Coltrane) sebelum ia menulisnya dinovel. Daniel Radcliffe (Harry Potter) sempat bertanya pada Rowling, apakah Harry nantinya akan mati, dan Rowling menjawab kalau Harry Potter nantinya akan menjalani scene kematian. Sebuah jawaban yang lagi-lagi penuh tanda tanya.

Berikut Daftar Film Harry Potter yang pernah dirilis:
  1. Harry Potter and the Philosopher’s Stone (rilis pada: 16 November 2001; Sutradara: Chris Columbus);
  2. Harry Potter and the Chamber of Secrets (rilis pada: 15 November 2002; Sutradara: Chris Columbus);
  3. Harry Potter and the Prisoner of Azkaban  (rilis pada: 04 Juni 2004; Sutradara: Alfonso Cuarón);
  4. Harry Potter and the Goblet of Fire (rilis pada: 18 November 2005; Sutradara: Mike Newell);
  5. Harry Potter and the Order of the Phoenix (rilis pada: 11 Juli 2007; Sutradara: David Yates);
  6. Harry Potter and the Half-Blood Prince (rilis pada 15 Juli 2009; Sutradara: David Yates);
  7. Harry Potter and the Deathly Hallows (Part 1 rilis pada: 19 November 2010; Part 2 rilis pada: 05 Juli 2011; Sutradara: David Yates).

Pottermore
Saat ini, masyarakat dunia lagi trend dengan kebiasaan yang kurang bagus: Malas membaca buku!, dan Joanne sadar kalau pengembangan kreativitasnya haruslah lewat media online. Oleh karena itu, pada 23 Juni 2011, Rowling mengumumkan bahwa segala hal yang berkaitan dengan Harry Potter sudah tersedia di Pottermore.com.
J.K. Rowling saat berada dikantor Pottermore
Pottermore adalah tempat dimana para fans bisa saling berbagi, berpartisipasi dan mengetahui kisah dibalik tokoh Harry Potter, serta sebagai toko eksklusif dimana kita bisa membeli buku audio digital dan e-books dari novel Harry Potter.

J.K. Rowling bekerjasama dengan Sony, mengembangkan website tersebut. Pottermore fokus pada hal-hal yang kurang diketahui oleh para fans Harry Potter yang ditampilkan dengan konsep interaktif. Situs yang resmi dibuka pada 14 April 2012 ini juga berisi ide-ide Rowling dan beberapa kisah yang belum pernah dipublikasikan sebelumnya.


The Casual Vacancy dan buku fiksi lainnya.
Pada Juli 2011, Rowling bersama dengan agen penerbitnya, Christopher Little, memutuskan pindah ke agensi baru yang didirikan oleh salah satu karyawannya, Neil Blair. Pada 23 Februari 2012, the Blair Partnership, lewat websitenya mengumumkan kalau J.K. Rowling akan menerbitkan sebuah buku baru bertema dewasa dan pastinya akan sangat berbeda dengan buku Harry Potter. Pada April 2012, Brown and Company, perusahaan penerbit ternama di Amerika, mengumumkan kalau judul buku tersebut adalah: The Casual Vacancy dan buku tersebut dirilis pada 27 September 2012. Guna mempromosikan bukunya itu, Rowling melakukan beberapa wawancara juga mengunjungi beberapa event seperti: Festival Literatur Cheltenham, London Southbank Center, The Charlie Rose Show, dan the Lennoxlove Book Festival. The Casual Vacancy berhasil terjual lebih dari 1 juta copy diseluruh dunia dalam 3 minggu sejak pertama kali buku itu dirilis. Pada 3 Desember 2012, The Casual Vacancy resmi diangkat ke layar TV lewat miniseri di stasiun TV BBC dan HBO dan mulai tayang pada 15 Februari 2014.
J.K. Rowling bersama dengan bukunya The Casual Vacancy, yang bertema dewasa
Tak bisa dipungkiri kalau Novel Harry Potter telah memberikan Rowling banyak penghargaan sekaligus sukses yang luar biasa. Pada 2001, Yang Mulia tertinggi Pangeran Wales menganugrahkan Rowling gelar Order of the British Empire (OBE) atas kontribusinya yang luar biasa dalam karya tulis anak. Meski begitu, Joanne tak hanya memanjakan anak-anak dengan buku karangannya. Pada April 2013, ia mengaku telah membuat buku crime fiction, berjudul The Cuckoo’s Calling yang diterbitkan dengan menggunakan nama tokoh utamanya, Robert Galbraith. Menurutnya, ia cukup senang menjadi penulis cerita fiksi. Dengan itu, ia merasa bisa lebih menggali pengalamannya dalam menulis dan membuatnya bisa mengetahui harapan pembaca berdasarkan kualitas tulisan yang ia buat. Disamping itu, dengan tidak mencantumkan nama aslinya pada cover buku, Rowling bisa mendapatkan umpan balik yang objektif terhadap bukunya.

The Cuckoo’s Calling, merupakan debut pertama novel Roberth Galbraith, dimana ia digambarkan sebagai seorang mantan penyidik polisi militer kerajaan yang berhenti pada 2003 dan memutuskan untuk bekerja sebagai tenaga pengamanan masyarakat. Novel tersebut sebenarnya sebuah novel detektif dimana seorang detektif Cormoran Strike berusaha memecahkan kasus bunuh diri dari seorang Supermodel. Novelnya sendiri berlatar belakang kota London, karena menurut sang pengarang, ia terinspirasi oleh kisah detektif klasik bernama Phyllis Dorothy James dan Ruth Rendell. Untuk diketahui bahwa novel tersebut mendapat respon positif dari para penulis yang jago dengan genre seperti itu dan saat ini beberapa perusahaan film berlomba-lomba ingin mengangkat kisah novel tersebut kelayar lebar.

Kehidupan pribadi dan keluarga
Pada 26 Desember 2001, Rowling menikah dengan Dr. Neil Scott Murray (lahir 30 Juni 1971) yang merupakan seorang dokter anestesi asal Skotlandia. Pesta pernikahan digelar secara private dikediaman Rowling, di Killiechassie House, dekat Aberfeldy, di kota Perthshire. Putra pertama mereka bernama David Gordon Rowling Murray, lahir pada 24 Maret 2003. Joanne bahkan sempat vakum menulis Harry Potter and the Half-Blood Prince demi menjaga David.
Rowling bersama suaminya Dr. Neil Murray di ajang Galaxy British Book Awards, 9 April 2008,London, Inggris.
Rowling juga berteman dengan Sarah Brown, istri dari mantan Perdana Mentri, Gordon Brown. Mereka awalnya bertemu disebuah acara penggalangan amal. Pertemanan mereka semakin erat saat Rowling menjadi orang pertama yang menjenguk Sarah di Rumah sakit saat melahirkan putranya, Fraser, di 2003. Berikutnya, anak terakhir Joanne, bernama Mackenzie Jean Rowling Murray, lahir pada 23 Januari 2005, dan Rowling mempersembahkan novel Harry Potter and the Half-Blood Prince khusus untuk putrinya tersebut.

Meskipun telah menikah lagi, Joanne masih saja khawatir jika suami pertamanya, Jorge Arantes, kerap mengganggu kehidupannya yang sekarang. Pernah suatu waktu, saat selesai menjalani pengobatan, Arantes berkomentar dalam sebuah wawancara kalau ia mengusir sang istri karena ia tak mau diatur ditambah lagi dengan suara tangisan sang bayi. Beruntung wawancara tersebut tidak sampai menjadi berita utama media.

Setelah kejadian itu, Arantes lalu minta maaf atas ucapannya tersebut. Dalam sebuah wawancara dengan Media Inggris, ia menyatakan permintaan maaf yang tulus kepada Joanne. Dipagi harinya, Rowling bisa bernafas lega saat membaca berita wawancara dari mantan suaminya itu dan untuk pertama kalinya Joanne akhirnya bisa membeli sebuah cincin dengan Aquamarine yang sesuai dengan warna matanya yang akan selalu mengingatkan bahwa tak akan ada lagi orang yang bisa menyakitinya.

Segalanya mungkin, selama kita masih hidup. – J.K. Rowling
Diwaktu senggangnya, Rowling senang membawa anaknya jalan-jalan. Sebagai sosok yang kreatif, ia senang menggambar dan mendengarkan musik. Tapi yang paling disukai Rowling ialah Memasak. Rowling seorang penyuka warna Pink dan makanan favoritnya adalah Sushi, dan cukup suka dengan menu Babat. Uniknya Rowling suka dengan suara deburan ombak dilaut dan suara dengkuran suaminya. Ia memang suka mendengarkan suara dengkuran suaminya saat akan tidur. Oh iya, Olahraga Favorit Rowling ternyata Quidditch, lho!. Dan yang paling ia sukai dari diri seseorang adalah Keberanian!.

Joanne  terkadang masih sering bersikap sentimental, bahkan uang tak bisa menghilangkan sifat tersebut. Joanne adalah orang yang pasti menangis terlebih dahulu sebelum menulis kisah kematian tokoh dalam novelnya.

Joanne Rowling adalah sosok wanita anggun yang telah melalui proses panjang untuk mencapai kesuksesan. Banyak hambatan yang ia lalui namun itu semua tak bisa mengalahkan semangat dan kemauan yang dimilikinya. Kisah J.K. Rowling adalah sebuah contoh betapa pentingnya kita untuk terus berusaha karena setiap peristiwa yang kita alami bisa jadi merupakan langkah awal kita menuju kesuksesan. Nah, Semoga kisah sukses dari J.K. Rowling bersama kisah Harry Potter, diatas bisa menginspirasi kita semua untuk ikut meraih jalan kesuksesan. Amin Ya rabb.. (MY).