Pages

Subscribe:

April 26, 2016

Coco Chanel : Wanita yang berhasil merubah Dunia Fashion



Coco Chanel, Tokoh paling berpengaruh di dunia Fashion
Kisah sukses kita kali ini akan mengangkat kisah biografi dari seorang legenda wanita bernama Coco Chanel. Seorang wanita yang sangat berbakat yang juga seorang desainer fashion kreatif yang mampu mengubah wajah dari dunia fashion saat ini. Nah, Selamat membaca biografi ini, khusus hanya di blog myuta22.

Coco Chanel (1883 – 1971) adalah seorang desainer fashion terkenal asal Perancis, pendiri sebuah kerajaan fashion di awal abad-20. Lahir dengan nama asli Gabrielle Chanel, wanita ini merupakan pendiri rumah mode yang sangat terkenal, The House of Chanel, dimana kekayaannya saat ini mencapai 15 juta USD.


“Fashion itu adalah ketika seseorang mengenakan busana yang hanya dimiliki oleh dirinya sendiri. Orang menjadi tidak fashionable manakala orang lain juga mengenakan busana yang ia pakai” begitulah kalimat yang diucapkan oleh Oscar Wilde. Namun pernyataan tersebut dipatahkan oleh Coco Chanel dipertengahan abad ke-20 yang mempopulerkan fashion dalam gaya busana “Little Black Dress (LBD)” semacam busana malam warna hitam dengan bawahan pendek atau biasa disebut Cocktail Dress. Sebegitu besarnya pengaruh gaya busana Chanel hingga semua wanita dari segala macam strata sosial tak segan-segan mengenakan busana hasil rancangannya.

Permulaan, Karir dan Cinta Pertama
Sedikit yang bisa kita ketahui dari masa kecil seorang Gabrielle Bonheur Chanel. Ia lahir pada 19 Agustus 1883, di Saumur, Perancis, di keluarga pedagang. Sang ayah bernama Albert Chanel bersama kekasihnya Eugénie Jeanne Devolle. Albert saat itu menikahi Jeanne Devolle beberapa tahun kemudian setelah Coco Chanel lahir. Saat itu mereka tak punya rumah tinggal tetap. Saat kondisi negara mulai membaik, kadang mereka menetap disebuah lahan peternakan dan tinggal disebuah gubuk tua yang ditinggalkan pemiliknya. Ibu Coco adalah seorang tukang cuci disebuah rumah sakit Yayasan yang dimiliki oleh paguyuban perempuan sementara sang ayah adalah pedagang yang menjual barang campuran dipinggir jalan pasar.

Mademoiselle Chanel yang legendaris sebenarnya malu dengan kisah masa kecilnya yang penuh haru. Ia takut jika wartawan tahu tentang status masa kecilnya yang merupakan anak yang lahir diluar nikah, juga tentang kematian ibunya yang disebabkan penyakit Bronchitis diumur 31 tahun, juga tentang ayahnya yang dengan mudahnya menyerah dan menitipkan dirinya dipenampungan saat ia masih berumur 12 tahun. Coco Chanel malah menemukan versi lain dari kisah hidupnya yang menyebutkan bahwa saat ibunya meninggal, ayahnya lalu hijrah ke Amerika dan Coco tinggal di rumah bersih dan nyaman bersama dua tantenya, yang sebenarnya itu semua adalah bohong.

Jika kamu dilahirkan tanpa sayap, maka berdiam diri akan mencegah sayap-sayap itu tumbuh. – Coco Chanel

Selama enam tahun di penampungan Aubazine, Coco sempat belajar keterampilan menjahit, sehingga akhirnya ia bisa mendapatkan pekerjaan sebagai Tukang jahit. Selama ia tidak mendapat orderan menjahit, Coco Chanel biasa bernyanyi disebuah pertunjukan kabaret “La Rotonde” yang sering dikunjungi para tentara perang. Disanalah Gabrielle menemukan nama “Coco” sebagai nama panggilannya yang ia ambil dari sebuah lagu terkenal yang biasa ia nyanyikan, “Qui Qu’a Vu Coco?”.

Saat menginjak usia 20 tahun, Coco Chanel mengambil kesimpulan bahwa yang utama dalam hidup ini adalah Uang. Hingga kemudian pada 1905, Saat seorang pemuda borjuis dan kaya raya bernama Étienne Balsan hadir dalam kehidupannya, Coco Chanel menyambutnya dengan senang hati. Baginya, Balsan adalah sosok pria sejati, senang menghambur-hamburkan uangnya demi kesenangan. Ketika ia diajak tinggal di kastil milik Balsan, Coco memanfaatkan peluang tersebut sebaik mungkin. Ia kadang seharian penuh berbaring diranjang sambil minum secangkir kopi susu dan membaca novel murahan. Sayangnya, Étienne memandang Coco hanya sebagai gadis biasa yang belum pantas untuk diberikan uang banyak.
Coco Chanel dan Étienne Balsan
Dimusim semi tahun 1908, Coco Chanel bertemu dengan salah seorang teman Kapten Balsan, bernama, Arthur Edward “Boy” Capel CBE, seorang atlet Polo asal Inggris, berambut hitam-lurus dan berkulit kusam. Arthur Capel lalu menyarankan agar Coco membuka usaha Toko Topi dan ia berjanji akan mendanai toko tersebut. Tak lama kemudian, mereka berdua menjadi rekanan bisnis serta menjalin hubungan percintaan.
Coco bersama Kapten Balsan dan Boy Capel
Tapi bagaimanapun, Coco Chanel tetap harus mengabdi pada Étienne Balsan, orang yang menolongnya saat merintis karir pertama kali. Étienne ternyata suka melibatkan Coco Chanel dalam segala hal dengan dalih agar ia bisa keluar dari Kastil miliknya. Coco lalu tinggal di apartemen yang berada di Malesherbes Boulevard, Paris, dimana ia bisa bersenang-senang dengan pacar-pacar Balsan yang lainnya. Ditempat itulah Coco mulai membuat dan menjual topi hasil karyanya. Hal menarik ialah bahwa semua mantan gadis simpanan Étienne ternyata adalah pelanggan pertama dari Mademoiselle Chanel. Mereka jugalah yang mempromosikan topi hasil karya Coco Chanel ke teman-teman mereka. Tak lama, Usaha Coco pun sukses hingga apartemen miliknya tak sanggup lagi menampung para pembeli.

Sukses pertama usaha Chanel
Pada akhir 1910, Coco Chanel akhirnya putus dengan Étienne Balsan dan memulai hidup bersama Captain “Boy” Capel. Ditahun itu pula, Coco resmi menjadi seorang modiste (produsen topi) dan membuka sebuah butik bernama Chanel Modes yang berada di 21 Rue Cambon, Paris. Tak lama kemudian, jalanan tersebut menjadi populer diseluruh dunia dan membuat nama Chanel menjadi icon fashion selama hampir setengah abad.
Coco Chanel dan Boy Capel, tahun 1912
Pada 1913, Coco Chanel membuka butiknya di Deauville yang dengan cepat menarik minat para pembeli. Coco yang telah menjadi pembuat topi yang sangat terkenal kemudian mempunyai impian untuk membuat gaun wanita hasil karyanya sendiri. Sayangnya pada saat itu ia belum mempunyai hak cipta dalam membuat gaun wanita. Jika tetap memaksa, maka ia bisa saja dihukum karena melanggar Undang-Undang persaingan usaha ilegal karena ia belum punya sertifikasi dalam memproduksi busana. Tapi akhirnya Coco menemukan sebuah solusi. Ia mulai membuat setelan Jersey untuk pabrik yang biasa digunakan pada baju dalam pria, dan dari sanalah ia bisa memperoleh modal awal untuk usahanya.

Coco Chanel selalu mendapat dukungan dari anggota keluarga dekatnya. Salah satunya adalah sang kakak, Antoinette Chanel beserta bibinya, Adrienne Chanel. Keduanya lalu direkrut untuk mendesain model dan mempromosikan busana produksi Chanel.
Bibi Adrienne (kiri) dan Coco Chanel (kanan) saat di “Chanel Modes” , di jalan 21 Rue Cambon - Paris.
Seluruh hasil rancangan Chanel, tercipta dengan sendirinya. Saat merancang, Coco tidak harus membuat fashionnya terlihat Wow!, tapi ia selalu menyederhanakan detail rancangannya. Ia tak pernah mensketsa baju rancangannya atau menjahitnya. Biasanya, Coco cuma meletakkan sebuah kain pada patung manekin kemudian memotong dan menggunting kain dengan asal-asalan saja sampai ia menemukan bentuk model yang ia inginkan.

Chanel dengan cepat dikenal sebagai seorang perancang fashion dunia dan menjadi pusat perhatian dunia. Ia lalu menciptakan model busana yang belum pernah terpikirkan oleh wanita manapun, yaitu Tracksuits. Chanel berani menampilkan busana pelaut dengan rok ketat di Resort pantai . Gaya Fashion yang dibuat oleh The House of Chanel sangatlah simple, praktis dan elegan. Meskipun  pada 1914, Perang Dunia I dimulai dan terjadi kekacauan dan berbagai wabah di Perancis, Coco masih terus semangat melanjutkan pekerjaannya. Untuk memenuhi  permintaan gaya fashion terbaru, Coco lalu hadir dengan idenya yang Fresh, yaitu Busana pertama buatan Chanel untuk Wanita berbadan kurus. Beberapa tahun setelahnya, Coco membuat sebuah Redingote (Sejenis mantel wanita) tanpa sabuk dan ornamen, serta menghilangkan bagian lekukan tubuh dan payudara agar bentuknya lebih agak ramping dan maskulin. Coco juga menciptakan baju dengan pinggang yang dikecilkan, Kaos, celana wanita dan piyama pantai.
 
Agar produk kita tetap diminati, tak ada jalan lain selain HARUS BEDA. – Coco Chanel

Meskipun The House of Chanel memproduksi celana untuk wanita, faktanya, Coco jarang sekali memakainya dengan alasan bahwa Pria lebih terlihat cocok memakai celana dibandingkan wanita. Uniknya, Coco malah senang dengan gaya rambut pria yang pendek. Alasannya, rambut pendek mudah dalam hal perawatan. Suatu waktu, Coco memotong pendek rambutnya dan dengan bangga memamerkannya. Ia beralasan kalau rambut keritingnya terbakar saat rumahnya kebakaran. Makanya, pada 1917, trend rambut wanita pendek seperti pria menjadi hal yang lazim. Sebelum Coco muncul dengan rambut pendeknya, wanita pada saat itu haruslah berambut panjang.

Pada 1919, saat kekasihnya, Arthur “Boy” Capel, meninggal dunia dalam sebuah kecelakaan mobil, Coco Chanel berkata: “Apa aku harus mati juga atau aku menyelesaikan apa yang sudah kita mulai bersama.” Seandainya kejadian tersebut tidak menimpa Chanel, mungkin saja ia takkan pernah memulai bereksperimen dengan gaun hitam. Ada yang beranggapan kalau Coco sengaja memakai gaun hitam saat berada dirumah mode agar seluruh wanita di Perancis ikut berduka atas kehilangannya. Coco dilarang melaksanakan acara berduka cita disebabkan ia dan Arthur Capel belum resmi menikah.

Lahirnya Parfum Chanel No. 5
Dimusim panas tahun 1920an, Coco Chanel membuka sebuah rumah fashion yang cukup besar di Biarritz. Tak lama berselang, ia bertemu dengan seorang imigran dan bangsawan asal Rusia bernama Dmitri Pavlovich. Keduanya lalu terlibat hubungan asmara. Meski hubungan percintaan mereka tidak lama tapi begitu berkesan. Coco belajar banyak ide baru dari sang pacar.  
Parfum Chanel No. 5
Bagaimana tidak, Coco tak bisa melupakan kisah tentang harta karun milik Tsar Muskovite atau kemewahan Jubah bergaya ecclesiastical. Tidak hanya itu, setelah pertemuannya dengan Dmitri, Coco juga menambah koleksi busananya dengan kaos bergaya kostum masyarakat Rusia dengan tambahan bordiran. Puncaknya saat ia melakukan perjalanan ke Perancis, Dmitri Pavlovich memperkenalnya dengan seorang ahli parfum Rusia bernama Ernest Beaux  saat mereka singgah di Grasse town.

Pertemuan itu sangat menguntungkan bagi keduanya. Setelah kerja keras selama setahun dan berbagai macam eksperimen, Ernest kemudian mendemonstrasikan kepada Coco, sepuluh sampel parfum yang ia bagi menjadi dua group. Pada parfum pertama, Ernest memberikan nomor 1 sampai 5 dan pada parfum kedua ia beri nomor 20 sampai 24. Coco akhirnya memilih sampel No. 5 dan saat Beaux menanyakan alasannya, Coco Chanel lalu menjawab: “Saya selalu meluncurkan produk koleksiku pada hari kelima, bulan kelima, Jadi saya rasa nomor 5 memberiku keberuntungan – Oleh karenanya, Aku menamakannya No. 5”.

Marketing Policy dari The House of Chanel menyasar pada konsumen dikalangan selebritis. Keputusan itu bukannya tidak disengaja karena deretan pengguna parfum Chanel No. 5 ternyata didominasi oleh para selebritis cantik, bahkan menjadi parfum favorit Jacqueline Kennedy. Bahkan tanpa disadari, Marilyn Monroe ikut mempromosikan parfum “Chanel” dengan tanpa bayaran sepeserpun. Awal 1950-an, pada sebuah wawancara, Marilyn sempat berujar bahwasanya saat berada diranjang, ia cuma memakai beberapa tetes parfum Chanel No. 5, dan ternyata beberapa hari kemudian pernyataan tersebut mampu melambungkan angka penjualan parfum No. 5.

Para desainer Parfum No. 5 menuangkan “cairan emas” kedalam sebuah botol kristal lalu memberinya label berbentuk kotak sederhana dimana memberikan kesan cukup aneh pada tampilan parfum. Karena biasanya botol parfum selalu tampil dengan bentuk yang agak rumit. Pada akhirnya, dunia memiliki sebuah varian parfum wanita dengan aroma yang disukai wanita, dan itulah parfum sintetis pertama yang terbuat dari 80 bahan dengan tak satupun aromanya sama dengan wangi bunga yang sudah ada. Suksespun lalu diraih oleh sang pencipta parfum tersebut dimana Chanel No. 5 menjadi parfum dengan penjualan terbanyak didunia.

Jika wanita tak memakai parfum, maka ia tak mempunyai masa depan. – Coco Chanel

The Little Black Dress
Pada awal masa 1920-an, dunia sedang ramai membahas masalah kesetaraan gender. Pada masa itu wanita berhak untuk ikut bekerja, memilih dan berhak melakukan aborsi, akan tetapi diwaktu yang bersamaan mereka harus rela kehilangan “Kecantikan” mereka. Dunia fashion waktu itu berada disituasi memprihatinkan  dimana gaun wanita mulai kehilangan keseksiannya dan kecanggihannya.

Coco Chanel paham dengan masalah itu, ia lalu berhasil mengkombinasikan detail cantik dengan inovasi revolusioner pada model busananya yang bernuansa feminin menantang. Coco lalu menciptakan gaunnya yang sangat terkenal “little black dress”.  Sekilas memang gaun tersebut terlihat sederhana, agak kampungan dan impersonal, namun siapa sangka desain gaun itulah yang membuat seorang desainer berusia 44 tahun menjadi terkenal diseluruh dunia serta sebagai simbol gaun yang elegan, mewah dan menarik.
Gaun 'Little Black Dress' karya Chanel
Model pertama dari gaun ini dibuat dengan menghilangkan bahan  fluid crepe marocain (Kain yang terbuat dari serat),  memotong habis bagian lutut kebawah, serta menghilangkan bagian lengan hingga pergelangan tangan. Pengerjaannya yang akurat dan cara potong kain yang revolusioner membedakan desain Coco dengan busana lainnya yang hampir mirip. Coco Chanel percaya alasan ia menghilangkan bagian dibawah lutut karena setiap wanita bisa menunjukkan keindahan dari bagian tubuh tersebut. Cocktail dress, tipe busana Coco yang harganya lebih mahal memiliki takikan model V dan gaun malamnya memiliki garis leher yang agak dalam dibelakangnya. Dianjurkan untuk mengenakan kalung mutiara atau perhiasan berwarna, boas, jaket kecil dan topi kecil yang serasi dengan busana model tersebut.

Little Black Dress, dengan cepat menjadi busana favorit dan menjadi indikator strata sosial seseorang. Busana ini juga sudah banyak ditiru, di rancang dan dijahit ulang. Beberapa perusahaan dan rumah fashion yang ada diseluruh dunia, masih tetap memproduksi gaun ini. Ketenaran gaun ini sangat mengagumkan. Model gaun jenis ini masih tetap ada hingga sekarang. Jadi boleh dibilang kalau Little Black Dress adalah busana yang tak pernah ketinggalan zaman.

Seorang wanita harus punya dua hal ini: Glamor dan menakjubkan. - Coco Chanel

Dalam kisah biografi Coco Chanel, kita tahu kalau pada saat ia berumur dua puluhan, ia sempat terlibat dalam proses desain perhiasan. Memang ide tentang menggabungkan keindahan batu kristal dengan batu alam menjadi sebuah perhiasan bukan Cuma Coco yang mengetahuinya. Akan tetapi, Coco-lah yang pertama kali mengembangkan ide itu. Coco aktif dalam glamornya dunia para bangsawan di Paris. Ia suka ke pertunjukan balet, bertemu dengan seniman Pablo Picasso, penari balet terkenal Sergei Diaghilev, Komposer musik Igor Stravinsky, penyair Pierre Reverdy dan pemain drama Jean Cocteau. Banyak dari mereka tertarik ingin bertemu dengan seorang desainer ternama seperti Coco cuma untuk sekedar ingin berkenalan saja. Kebanyakan mereka terkejut, ternyata Coco orang yang cerdas, jenaka dan seorang pemikir. Bahkan Picasso pernah menyebutnya sebagai wanita paling bijaksana di dunia.

Tak hanya prestasi Coco yang menarik perhatian kaum pria tapi juga pribadinya yang luar biasa, karakter yang kuat, dan sikap yang sulit ditebak. Coco sangatlah menggoda, cukup kritis, lugas, dan terkadang sinis. Ia seorang yang fokus, percaya diri, dan seorang wanita sukses dan bahagia.

Kisah cinta dengan Hugh Grosvenor
Suatu ketika, Hugh Richard Arthur Grosvenor, Duke kedua dari Westminster, GCVO, DSO (dikenal dengan nama “Bendor”) hadir dikehidupan Coco Chanel. Ia seorang tuan tanah asal Inggris dan salah satu orang terkaya di dunia. Kisah cinta mereka mampu bertahan selama 14 tahun, dan kisah cinta yang cukup lama itu ternyata membawa Coco ke sebuah lingkungan pergaulan baru -  Para Aristokrat Inggris.
Coco Chanel dan Hugh Grosvenor, the Duke of Westminster, saat berada dipacuan kuda Grand National.
Dari tahun 1926 hingga 1930, Duke of Westminster merupakan tamu kehormatan baginya. Coco yakin kalau kisah cintanya dengan sang bangsawan akan sampai kejenjang pernikahan. Coco menemukan akhir dari petualangan cintanya disetiap rumah yang dikunjunginya bersama The Duke. Mereka sering keluar negeri dan liburan dengan Yacht milik The Duke. Biasanya, Hugh Grosvenor mengundang sekitar 60 orang tamu diakhir pekan untuk datang ke kediamannya. Diantara para tamu tersebut, termasuk Winston Churchill bersama istri, serta teman dekat The Duke. Mereka mengadakan makan malam ditemani alunan Live-Music dan kadang the Duke mengundang rombongan orkestra dari London.

“Sir Winston Churchill tak mampu menyembunyikan rasa antusiasmenya, Ia sangat kagum dengan Gabrielle “Coco” Chanel dan menganggapnya sebagai sosok wanita yang sangat cerdas, baik dan tegar, kepada siapa saja yang ia temui.”
Randolph Churchill (kiri), Gabrielle “Coco” Chanel (tengah) and Winston Churchill (kanan).
Hampir semua politisi dan pemimpin dunia, menaruh perhatian pada kepribadian Coco Chanel, seperti kemampuannya mengambil keputusan, tekad yang kuat, dan pro terhadap kemerdekaan, dan itu yang membawanya ke kancah sukses Internasional.

Andai saja Coco mampu memberikan keturunan pada The Duke, mungkin saja ia bisa menjadi istri sang bangsawan. Karena pada 1928, The Duke sangat ingin menikahi Coco. Saat itu, Coco telah berumur 46 tahun saat ia mulai memeriksakan dirinya ke dokter, tapi sayangnya sudah terlambat, ia sudah tidak bisa memperoleh keturunan lagi. The Duke of Westminster juga tak kalah terpukulnya mendengar diagnosa tersebut, tapi keadaan tersebut harus memaksa sang Duke untuk menikah dengan wanita lain.

Coco chanel kemudian memutuskan untuk kembali bekerja. Kesuksesan terus bersamanya hingga kepuncak ketenaran, dan meskipun usianya sudah 50 tahun lebih, pesonanya masih mampu memikat banyak pria.

Vakum dari dunia Fashion selama sepuluh tahun
Pada 1939, meskipun Coco sudah sangat sukses dengan usaha Fashion-nya, Ia terpaksa harus menutup seluruh toko dan rumah mode-nya selama Perang Dunia II. Banyak perancang busana meninggalkan kota, tapi Coco bersikeras untuk tetap tinggal di Paris. Pada September 1944, atas inisiatif dari Komite Moralitas masyarakat, Coco ditangkap dan ditahan. Alasannya karena Gabrielle “Coco” Chanel terlibat percintaan dengan seorang SS-Brigadeführer Jerman bernama Walther Friedrich Schellenberg, beruntung beberapa jam kemudian ia dibebaskan. Akhirnya Coco memutuskan untuk hijrah ke Switzerland, dimana ia menghabiskan masa 10 tahun disana.
Coco dikabarkan terlibat cinta dengan Walther Friedrich Schellenberg, SS-Brigadeführer, Jerman, saat PD II
Setelah Perang Dunia II berakhir, Para perancang busana bermunculan bak jamur yang tumbuh pasca Perang di Perancis. Salah satunya, seorang desainer muda bernama Christian Dior yang mengomentari desain karya Coco Chanel: “Cuma dengan sebuah sweater hitam serta sepuluh deret permata, ia mampu merevolusi fashion.”

Kembali ke dunia Fashion
Setelah masa perang berakhir, Christian Dior merancang gaun wanita penuh dengan nuansa bunga. Gaun rancangannya diberi crinoline, pengencangan pada bagian pinggang, dan memberi banyak lipatan dibagian paha. Coco Chanel merasa lucu dengan desain tersebut yang agak ‘hyper-femininity’: “Betapa menggelikannya penampilan wanita jika memakai busana itu, mereka mengenakan gaun yang dirancang oleh orang yang tidak memahami wanita, bukan seorang wanita, bahkan tak pernah bermimpi tentang wanita.”
Logo produk Coco Chanel
Dan ketika Coco Chanel kembali dari Switzerland ke Paris, generasi fashionista baru pun bermunculan, generasi yang hanya mengenal nama “Chanel” sebagai sebuah merek parfum. Coco kemudian menyewa sebuah apartemen kecil dengan dua kamar, di Hotel Rits, Paris, yang memang menjadi hotel favoritnya.

Coco lalu ikut terlibat kembali dalam industri fashion dan ketika Marlene Dietrich menanyakan alasan Coco kembali ke dunia fashion, ia pun menjawab karena ia sudah bosan menganggur.
Coco Chanel
Reaksi awal dari para pakar dan media akan koleksi terbaru karya Coco Chanel sangat mengejutkan – Coco tidak memberikan sesuatu yang baru dari desain yang ia buat!. Sayangnya, para kritikus tidak bisa memahami kalau memang seperti itulah rahasia dari Coco Chanel: tak ada yang baru, hanya karya elegan yang abadi sepanjang masa. Coco lalu berusaha keras selama setahun. Koleksi busananya yang gagal di Paris, sedikit ia revisi dan kemudian ia pamerkan di luar negeri. Beruntung, masyarakat Amerika menyambut baik hasil karya Coco Chanel, dimana Gaun Little Black Dress meraih sukses di Amerika Serikat. Merupakan suatu kebanggaan bagi wanita fashionable saat itu bisa mengenakan busana rancangan Coco, yang sudah sukses menjadi pemilik rumah mode terbesar di industri fashion seluruh dunia.  

Selang beberapa tahun kemudian, Coco menciptakan gaun the Pink Chanel. Pada 22 Nopember 1963, saat presiden John F. Kennedy ditembak mati secara misterius, waktu itu sang istri sedang mengenakan gaun Wol double-breasted, strawberry pink dan kerah model pelaut karya Chanel. Sehingga tahun 1960-an, the Pink Chanel menjadi busana simbol kematian Presiden Amerika Serikat dan menjadi icon fashion saat itu. Secara terang-terangan, model busana tersebut ditiru dan diproduksi oleh rumah mode lain mulai dari model kancing emasnya hingga ke susunan jahitannya. Tapi nyatanya, nama Coco Chanel lebih dari sekedar merek sebuah gaun.
Gaun The Pink Chanel yang dikenakan istri mendiang Presiden John F. Kennedy
Coco Chanel pernah mengatakan: “Fashion boleh saja memudar, tapi gaya busana masih akan tetap sama”

Dunia mengenal Coco sebagai satu-satunya trendsetter busana elegan. Konsep gaya busana Chanel telah terpatri di industri fashion. Busana Chanel menganut konsep bahwa sebuah gaun haruslah fungsional dan nyaman. Jika gaun Chanel memiliki kancing, maka kancing itu haruslah bisa terkancing. Gaun Chanel biasanya dipadu padankan dengan sepatu dengan tali bertumit rendah. Chanel juga merancang rok dibawah lutut yang dilengkapi kantong untuk tempat menyimpan kotak rokok. Faktanya, ide membawa tas dengan meletakkannya diatas pundak, merupakan ide dari Mademoiselle Coco.

Hingga usia tua, Coco Chanel masih tetap berkarya. Ide gaya busana terbaru muncul bahkan saat ia tidur. Rahasia kesuksesan merk Coco Chanel lahir sejak awal ia berdiri. Dimana House of Chanel telah menjual banyak karya seni busana tidak hanya untuk perempuan saja.
Coco Chanel tengah berdiri di apartemennya di Hotel Ritz, Paris
Coco Chanel tidak ingin meninggal dunia disaat ia sedang bekerja. Oleh karenya, pada 10 Januari 1971, Ia meninggal dengan tenang di kamar hotel Ritz dengan pemandangan The House of Chanel yang bisa dilihat lewat jendela kamarnya. Hingga tahun 2014, revenue yang dihasilkan oleh Chanel mencapai 7,43 miliar USD. Uniknya, saat Coco Chanel meninggal dunia, dilemari bajunya cuma ada tiga stel pakaian dimana semuanya merupakan pakaian paling bagus pilihan Gabrielle “Coco” Chanel.
Coco Chanel di usia Senja
Nah, itulah kisah biografi dari seorang perancang busana ternama yang telah mengubah dunia fashion hingga saat ini. COCO CHANEL. Semoga kisah diatas bisa menginspirasi dan berguna untuk kita semua. (MY)