Pages

Subscribe:

June 7, 2017

Soichiro Honda: Kisah sukses produsen mobil terbesar di Jepang



Soichiro Honda, Pendiri Honda Motor Company
Pada artikel kali ini, kita mengangkat kisah sukses legenda Jepang, bernama Soichiro Honda. Seseorang yang berhasil mengubah tradisi tentang bagaimana cara menjalankan bisnis yang baik, tidak hanya di negaranya tapi juga di seluruh belahan dunia. Pada artikel ini kita juga akan tahu tentang penemuan yang ia hasilkan serta proses gagal dan terus mencoba hingga ia bisa sukses sampai saat ini.

Soichiro Honda (本田 宗一郎, 17 November 1906 – 5 Agustus 1991) adalah seorang entrepreneur dan penemu handal dari Jepang. Ia adalah orang yang ikut terlibat dalam pengembangan industri pembuatan moped, sepeda motor dan mobil didunia. Dialah pendiri perusahaan Honda Motor Co., Inc. serta perusahaan automobile yang ada di Amerika dan Jepang. Soichiro Honda juga merupakan penemu dari banyak model motor dan mobil terkenal didunia, seperti: Super Cub, Civic, Accord, Prelude dan sebagainya. Dialah pengusaha multi-billion dollar paling sukses di Jepang. 

Soichiro Honda dengan motor buatannya
Siapa sih dari kita yang belum pernah mendengar, melihat atau bahkan menggunakan produk bermerk HONDA?. Begitulah realitanya, karena lebih dari 140 negara didunia pernah membeli produk-produk Honda, seperti: motor, mobil, perahu motor, mini-tractor, mesin genset, mesin pembajak sawah, alat-alat pertukangan, serta mesin lainnya yang berbahan bakar bensin dan sejenisnya.

Kembali ketahun 1956, saat perusahaan Honda mensosialisasikan tiga budaya perusahaan yang mesti diketahui oleh seluruh karyawannya, yang mereka sebut “Tiga Kesenangan”. Pertama yaitu, ‘Senang memproduksi’. Poin ini diperuntukkan khusus bagi para insinyur/ ahli mesin, dimana kesenangan ini akan dirasakan oleh para ahli mesin jika produk yang mereka hasilkan memiliki kualitas yang baik serta diterima oleh masyarakat. Kesenangan kedua adalah ketika para sales merasa senang saat pembeli membeli produk Honda. Kesenangan ketiga adalah kepuasan pembeli dimana mereka sangat gembira setelah membeli produk Honda.

HONDA adalah contoh perusahaan yang unik, perusahaan yang sukses memasarkan produk mereka di lima benua, sukses menjadi icon salah satu ajang balap motor bergengsi didunia, menjadi perusahaan yang ikut berinvestasi dalam pengembangan berbagai macam produk High-Tech serta ikut terlbat dalam inovasi produk pabrikan yang ramah lingkungan. Para ahli mesin di Honda memiliki kinerja yang setara dengan Sales Manager profesional yang ada diseluruh dunia. Dimana selama bertahun-tahun, karyawan yang bekerja di Honda, ikut terlibat dalam mencapai kesuksesan perusahaan hari ini dan dimasa yang akan datang.

Soichiro Honda, adalah pendiri dari Honda Company, ia dilahirkan pada 17 November 1906 di Hamamatsu, Shizuoka-Jepang. Mika, sang ibu, adalah seorang penenun kain, dimana mesin tenunnya ia rancang sendiri agar bisa mengerjakan bermacam pola yang kompleks. Ayahnya bernama Gihei, adalah seorang tukang besi yang memiliki usaha reparasi sepeda. Pada masa itu, alat transportasi sepeda sangatlah populer dikota-kota besar. Ayahnya sering membeli sepeda rusak dengan harga murah di Tokyo, untuk kemudian diperbaiki dan menjualnya kembali ke pembeli. Soichiro sering membantu ayahnya sejak masih kecil dimana onderdil sepeda ia anggap sebagai mainan favoritnya.

Karena sering membantu ayahnya di bengkel, Soichiro menjadi sangat terampil dengan ilmu ‘perbengkelan’. Tidak jarang ia selalu kotor terkena jelaga di bengkel. Setiap memasuki masa kuartal disekolah, seluruh murid akan menerima rapor dan orangtua murid akan membubuhkan cap (stempel) keluarga di rapor tersebut. Soichiro bukanlah anak yang paling pintar namun ia tidak ingin mengecewakan orangtuanya. Ia pun kemudian membuat stempel keluarga dengan menggunakan ban bekas dan men-cap sendiri buku rapornya. Celakanya, Soichiro tidak sadar kalau stempel itu mestinya berupa simbol terbalik. Ia bahkan membuatkan stempel palsu untuk teman dikelasnya. Karena nama keluarganya adalah 本田 dan akan terlihat simetris jika ditulis secara vertikal, maka tidak ada masalah dengan stempel keluarganya, akan tetapi beberapa temannya yang lain memiliki nama keluarga yang tidak simetris. Saat guru mengetahui hal itu, Soichiro malah tersenyum dan menjawab kalau beberapa stempel itu tidak ia cetak terbalik. Sang ayah lalu menghukumnya dengan tidak memberikan makan siang dan menyuruh Soichiro berlutut seharian dipojok kamar. Ia melakukan itu bukan karena anaknya memalsukan stempel melainkan karena Soichiro tidak paham hubungan antara pola segel dan stempel
Bengkel ART Shokai di tahun 1920-an
Pada 1922, usai menyelesaikan pendidikannya selama delapan tahun, Soichiro melihat lowongan kerja dikoran yang isinya: Dibutuhkan seorang asisten untuk bekerja di bengkel mobil, Art Shokai di Tokyo. Soichiro kemudian berangkat menuju Tokyo, dan diterima bekerja disana. Sayangnya, pekerjaan yang tersisa bagi karyawan paling muda cuma sebagai cleaning service dan petugas yang menyiapkan makanan. Meski begitu, sang pemilik bengkel mobil mengizinkan Soichiro untuk ikut membantu dibengkel yang lain. Disana ia bertugas merakit mobil setiap malam.  Saat bencana gempa bumi melanda Jepang di tahun 1923, Soichiro telah berhasil membuat tiga mobil dari garasi pabrik yang terbakar meskipun ia tak pernah sekalipun mengujicoba mobil tersebut. Honda kemudian diangkat menjadi asisten dibengkel Art Shokai, dimana ia membantu sang pemilik bengkel, yaitu Sakakibara bersaudara yang saat itu tengah mengerjakan mobil balap Curtiss. Soichiro saat itu bertugas sebagai mekanik kemudi dimana tim mereka berhasil menjadi juara satu di  kejuaraan Japan Motor Car yang kelima, pada 23 November 1924.
Honda (Kanan) dan rekannya berpose di depan mobil Curtiss
Setelahnya, Bengkel Art Shokai sukses menjuarai berbagai ajang mobil balap dan menjadi salah satu bengkel terkenal di Tokyo dan dalam jangka waktu lima tahun, Yuzo Sakakibara sukses mengembangkan usahanya dengan membuka beberapa cabang yang ada ditiap propinsi. Nah, salah satu bengkel cabang yang berada di kota Hamamatsu kemudian dipimpin oleh Soichiro yang saat itu berusia 21 tahun. Sejak bencana gempa bumi yang melanda Tokyo, Honda memutuskan untuk membuat suku cadang kendaraan yang tahan lama. Ia lalu mencoba mengganti jari-jari ban mobil yang awalnya terbuat dari kayu dengan material logam dan behasil mematenkan hasil penemuannya itu. Art Shokai akhirnya berhasil membukukan keuntungan sangat besar, namun itu tidaklah cukup bagi Honda. Ia kemudian memproduksi piston rings, dan menghabiskan seluruh tabungannya untuk riset yang ia kerjakan. Sayangnya, tak satupun direktur Art Shokai yang mendukung usahanya.

Soichiro saat itu tinggal dan menetap di bengkel guna mengembangkan piston rings buatannya. Namun  usahanya itu belum membuahkan hasil meskipun ia sudah menggadaikan perhiasan istrinya guna mendanai risetnya itu. Setelah Soichiro sadar kalau ia tidak berhasil mengolah logam menjadi piston rings yang inovatif, pola pikirnya terhadap pendidikan pun berubah. Sejak saat itu, ia berpendapat bahwa pendidikan itu percuma. Honda berujar “Jika teori bisa menghasilkan kreatifitas, harusnya semua guru bisa menjadi seorang penemu.” 

Setelah itu, Honda memutuskan hanya mempelajari ilmu yang memang diperlukan dan melanjutkan studinya di sekolah teknologi Hamamatsu dan semua waktu luangnya ia habiskan untuk merancang mobil balap. Setelah mengembangkan metode pendinginan mesin yang ia ciptakan, Honda akhirnya berhasil mengatasi masalah utama yang sering dialami mobil sport pada masa itu. Mesin balap buatannya tidak meledak saat sedang balapan akibat overheat. Soichiro lalu ikut ambil bagian dalam beberapa kompetisi bergengsi guna memperkenalkan hasil karyanya.

Pada 1936, Honda ikut serta dalam Japanese high-speed rally di sungai Tama, pinggiran kota Tokyo dimana ia mengalami kecelakaan yang hampir merenggut jiwanya. Honda menabrak mobil didepannya yang mengerem tiba-tiba pada kecepatan 120 Km/jam saat mendekati garis Finish. Mobil berputar tiga kali diudara sebelum Honda terlempar keluar dari mobilnya. Mobilnya hancur dan Honda mengalami luka parah. Lengan kirinya cedera, tulang pundaknya bergeser dan wajahnya hancur sehingga Honda mesti dirawat dirumah sakit selama tiga bulan. Saat itu ia sadar bahwa karirnya di dunia balap telah berakhir selamanya.

Saat berada di Rumah Sakit, Soichiro menerima kabar buruk. Sekitar 30,000 piston ring yang ia produksi dan ia kirim ke perusahaan Toyota untuk diujicoba, ternyata hanya 50 buah yang diterima oleh perusahaan dan cuma tiga buah yang lulus test Quality control. Ditambah lagi, Honda dikeluarkan dari kampusnya karena ia menolak ikut ujian. Soichiro berpendapat, ia cuma butuh ilmunya, bukan gelar kesarjanaan.

Kebanyakan orang kemungkinan akan menyerah jika berada dalam kondisi seperti itu, tapi tidak bagi Honda. Setelah sembuh dari luka-lukanya, Honda kemudian membuka usahanya sendiri di Hamamatsu. Pada 1937, Honda mendirikan perusahaan bernama ‘Tokai Seiki’ dan mulai memproduksi piston ring, dimana teknologi untuk memproduksinya telah ia temukan. Sejak saat itu, keadaanpun mulai membaik.

Selama masa perang Sino di Jepang dan berlanjut dengan Perang Dunia II, perusahaan Honda telah menyuplai sekitar 40% piston ring untuk perusahaan Toyota serta memproduksi suku cadang untuk perusahaan pabrik kapal dan pesawat udara. Sayangnya, bersamaan dengan kekalahan Jepang di Perang Dunia II, karir perusahaan ‘Tokai Seiki’ juga ikut berakhir. Pada 1945, Hamamatsu dibombardir oleh pesawat tempur Amerika. Honda lalu menyadari kalau Jepang akan memasuki masa-masa sulit sehingga ia memutuskan untuk tidak membangun kembali pabriknya dan menjual usahanya itu kepada Toyota seharga 450,000 Yen. Sebanyak 10,000 Yen dihabiskkan Honda untuk membeli tanki penyimpanan Alkohol yang ia tempatkan dihalaman rumahnya. Ia memutuskan untuk istirahat sejenak selama satu tahun dan memang benar karena Honda malah mabuk-mabukan dengan whisky buatannya, dengan mengajak serta teman-temannya yang lain.

Pada 1946, Honda membuka ‘pabrik’ sendiri dengan nama yang cukup keren - Honda Technology Research Institute dan mulai memproduksi moped paling mutakhir. Honda memasang mesin generator dari radio panggil militer ke sepeda buatannya menggunakan botol air panas dari bahan karet sebagai tanki bahan bakar yang diisi minyak cemara. Beruntung pada masa itu ada banyak minyak cemara yang dijual kota-kota pinggiran di Jepang. Saat itu, Honda berhasil menjual habis 1,500 moped buatannya yang kemudian ia namakan ‘’choo-choo”. Ia lalu mengganti mesin Mopednya dengan Mesin 2-Tak ciptaannya dan melahirkan moped type Honda-A pertama yang dikembangkan tahun 1947. Dan setelah dua tahun kemudian, ‘Institut’ yang ia dirikan kemudian berubah nama menjadi perusahaan Honda Motor Company.
Moped type Honda-A
Pada 1949, untuk pertama kalinya, Soichiro memproduksi sepeda motor dengan mesin 2-tak yang ia beri nama ‘The Dream’ dan dua tahun setelahnya, ia mampu membuat sepeda motor bermesin 4-Tak. Puncaknya terjadi pada 1958, saat sepeda motor model “Super Cub” buatannya dipasarkan di Amerika. Honda langsung menjadi pabrikan sepeda motor asal Jepang terbesar, jauh meninggalkan tak hanya 50 perusahaan pesaing dari Jepang tapi juga 200 pabrikan kompetitor dari negara lain.
Motor bermesin 2 Tak, Type The Dream-D
Segera setelah Honda memulai produksi sepeda motornya, beberapa perusahaan asing tertarik dengan produk keluaran Honda. Para perwakilan perusahaan asing tersebut kemudian diundang ke Jepang. Nah, ternyata ada satu cerita menarik dari salah satu mitra perusahaan asing tersebut yang kisahnya selalu ada dalam Biografi Honda Soichiro.
Motor bermesin 4-Tak, Super Cub
Pernah suatu hari, saat Honda menjamu tamunya dengan minuman Sake. Seorang tamu kemudian merasa tidak enak badan dan beranjak menuju toilet. Si tamu tanpa sengaja lalu menjatuhkan gigi palsunya kedalam lubang WC. Honda yang melihat kejadian itu, tanpa ragu-ragu menuju ke Bak Septic Tank diluar gedung, mencari gigi palsu tersebut dan setelah ia temukan langsung ia kembali ke kamar mandi. Tidak berapa lama kemudian, Honda keluar toilet sambil menari-nari lucu dengan gigi palsu dimulutnya. Honda saat itu mampu mencairkan suasana tegang dan kontrak kerja waktu itupun berhasil.

Mengingat kejadian itu, Soichiro sempat berujar: “Seseorang yang menjabat sebagai Kepala Perusahaan, harusnya selalu siap melakukan hal seperti itu meskipun terlihat konyol bagi bawahan kita. Tak perlu setiap saat dilakukan, yang penting mampu menjadi teladan bagi tim kerja yang ia pimpin”.

Perusahaan yang berkembang pesat membutuhkan pendekatan manajemen yang baru. Perbaikan manajemen yang dilakukan oleh Honda sangatlah revolusioner. Tiap Departemen punya deskripsi yang jelas dan bertanggung jawab terhadap pengembangan ilmiah dan teknis terhadap unit yang terkait langsung dengan proses produksi. Honda Research Center punya status otonom dan kondisi itu terbangun lewat manajemen pyramid. Promosi karir terhadap teknisi desain tidak bergantung pada ketersediaan posisi kerja yang kosong melainkan pada usaha masing-masing karyawan. Soichiro selalu menentang konsep manajemen hirarki. Ia mengatakan “pada umumnya, orang akan bekerja lebih keras dan lebih inovatif jika mereka tidak ditekan. Hal itu jelas berbeda dengan kondisi saat ini, dimana karyawan dipaksa untuk mengerjakan sesuatu”. Konsep Honda memang didesain untuk melahirkan orang jenius baru yang suatu hari nanti bisa menggantikan posisinya sebagai presiden perusahaan.

Entah kebetulan atau tidak, tapi fakta bahwa Sochiro tak ingin mewariskan perusahaan kepada anak-anaknya punya peranan penting bagi perusahaan dalam mendapatkan pinjaman jangka panjang dari Bank. Alasannya karena investor merasa lebih yakin jika perusahaan dipimpin oleh orang yang qualified dan profesional. Inti dari pendekatan baru di lini manajemen dan produksi sudah diterapkan Honda sejak Januari 1956 yang dikenal sebagai “Prinsip dasar perusahaan”.  Penerapan konsep itu lalu tertuang dalam empat prinsip dasar perusahaan, yaitu: Menciptakan pangsa pasar baru, Dukungan dari seluruh karyawan dalam manajemen, Internasionalisasi produksi, solusi terhadap masalah teknis dan sebagainya tanpa harus melihat kebelakang baik itu dari sisi keteladanan, tradisi, dan pandangan umum lainnya.

Bisnis sepeda motor Honda berkembang sangat cepat. Pada 1961, perusahaan berhasil memproduksi 100,000 sepeda motor per bulan dan pada 1968 berhasil mencetak satu juta sepeda motor per bulannya. Dipertengahan  80-an, perusahaan Soichiro berhasil menguasai 60% pasar dunia dan pada tahun 90-an, produksi sepeda motor Honda berhasil mencapai tiga juta unit pertahun.

Menjadi nomor satu dibisnis sepeda motor, membuat Honda merasa sudah saatnya ia melakukan ekspansi usaha yang lebih besar lagi, yaitu: memproduksi Mobil. Saat masih kecil ia begitu terpesona saat pertama kali melihat mobil. Ia sempat menuliskan perasaannya saat itu dibiografinya: “melupakan semua yang terjadi di dunia saat itu, aku berlari mengejar sebuah mobil...aku merasa ikut bergerak...padahal cuma mobil itu yang bergerak. Meskipun saat itu aku masih kecil, aku kemudian punya ide bahwa suatu hari nanti aku akan merakit mobilku sendiri.”

Demi menguasai pasar otomotif dunia, Honda kemudian mencoba peruntungan dalam ajang lomba balap mobil yang ia sukai. Debutnya pertama kali dimulai tahun 1962. Saat pemerintah Jepang berusaha meyakinkan kalau usahanya itu akan gagal karena negara saat itu sudah tidak membutuhkan pabrikan mobil lain. Enterpreuner sukses itu malah tidak menghiraukan pendapat mereka, dan hasilnya pada 1970 Soichiro Honda menjadi juara di ajang kompetisi industri otomotif bergengsi.

Sukses pertama Soichiro Honda, yaitu saat ia mengatasi masalah gas buang kendaraan. Tak satupun pabrikan mobil didunia saat itu yang bisa mengatasi langsung masalah tersebut dan Honda mengatasinya dengan membuat sebuah Catalytic converter. Saat itu hanya Honda yang pertama kali bisa merancang mesin dengan tingkat polusi rendah. Perangkat ramah lingkungan itu kemudian ia benamkan dimobil Honda Civic yang di luncurkan pada 1975 dan langsung menjadi sangat populer saat itu.
mobil Honda Civic, tahun 1975
Dengan mengabaikan pendapat kuno yang mengatakan kalau pekerja Amerika tidak akan mampu merakit mobil Jepang berkualitas tinggi, maka dipertengahan tahun 70-an, Honda mendirikan pabriknya di Marysville, Ohio. Sebuah pabrik yang nantinya memproduksi mobil dengan kualitas standar mobil Jepang. Honda Accord yang dibuat dipabrik itu, menjadi mobil dengan angka penjualan terbanyak di akhir 80-an, dan berkat mobil itu pula, Soichiro menjadi direktur asal Jepang pertama yang namanya tercatat di Hall of Fame, bidang industri otomobil Amerika.

Diawal 80-an, Honda Motor Co., Inc. Menjadi pabrikan mobil terbesar ketiga di Jepang dan diakhir 80-an menjadi perusahaan terbesar ketiga didunia.
Pemain Sepak bola legendaris, Pele, berfoto bersama Soichiro Honda, saat konferensi pers di Tokyo, 20 Januari 1976
Dari memberikan solusi terbaik hingga menyelesaikan masalah mesin mobil yang kompleks, Honda selalu memberikan kemudahan. Mobil keluarannya menyasar kesemua segmen pasar, dari pria, wanita, remaja, pokoknya semuanya ada. Kebanyakan produknya didesain untuk pasar kelas menengah. Kekuatan enterpreuner Honda tidak hanya piawai dalam memberikan solusi teknis, keindahan desain, tapi juga intuisinya terhadap pasar yang memang menjadi bakat beliau sejak lahir.

Menurut Honda, rahasia kesuksesannya adalah karena ia selalu berpedoman pada metode empiris “trials and errors” atau mencoba dan gagal. Ia percaya kalau “Seorang pekerja harus punya tujuan yang luar biasa dan selalu siap untuk jadi pemenang”.  

Menurut Soichiro, kualitas sebenarnya dari seorang businessman, adalah kemampuannya dalam mengambil resiko. Ia tidak pernah mengakui kekalahannya dan rela menanggung resiko apapun termasuk ide dan keyakinannya, demi untuk mencapai tujuan.

Diantara semua karyawannya, ia dikenal dengan nama “Mr. Thunderstorm”. Ia diberi julukan itu karena emosinya yang kadang  meledak. Banyak yang suka dengan Honda tapi tetap saja ia ditakuti saat sedang marah. Honda adalah contoh pribadi yang tekun, baik, sopan, dan punya kemampuan untuk menerima segala kesalahan sebagai aset berharga untuk karyawan dan keluarganya, khususnya untuk istrinya Sachi dan anak-anaknya ( dua putra dan dua putri).

Disaat mobil Honda dengan cepat menjadi pemimpin dipasar mobil dunia, ia malah tetap menjadi anak tiri bagi industri otomotif di Jepang. Alasannya, karena ia tidak setuju dengan dunia bisnis di Jepang. Pandangan Soichiro dianggap sebagai penolakan terhadap pandangan para pengusaha di Jepang yang sudah menjadi pilar utama ekonomi disana sejak dulu. Bentuk protes Soichiro terjadi pada awal 70-an, saat Jepang terkena imbas krisis minyak dan semua pabrik sepakat mengurangi produksi dan menaikkan harga. Hanya Soichiro yang menolak kesepakatan tersebut dan berusaha mematahkan konsep itu dengan meningkatkan produksi mobil dan  menurunkan harga. Dan ternyata Honda benar. Penjualan mobil Nissan dan Toyota turun hingga 40% sementara Honda naik hingga 76%.  

Selama karirnya, Soichiro Honda selalu melawan tradisi bisnis yang berlaku di Jepang. Sebagai contoh, Ia menolak memperkerjakan orang-orang profesional berpendidikan tinggi diperusahaannya, karena ia percaya pola pikir seperti itu akan menghalangi munculnya ide-ide baru untuk pengembangan usaha. Ia juga menolak segala bentuk pengaruh dari tradisi bisnis Jepang di perusahaannya. Meski begitu, Honda tetap mengakui kesalahannya. Ia berujar: “Jika kita melihat kebelakang, Rasa-rasanya saya telah melakukan banyak kesalahan, kekeliruan, dan kelalaian fatal. Tapi saya bangga dengan semua pencapaian itu. Meski saya melakukan banyak kesalahan, tapi saya tidak pernah melakukan kesalahan dan kegagalan yang sama”.

Honda telah bekerja selama 65 tahun diperusahaan dan secara langsung mengujicoba semua mobil baru yang akan di launching tanpa melibatkan anggota keluarganya.

Pendapat Honda terkait Leadership: “Sehebat apapun seorang pendiri perusahaan; tak ada jaminan kalau anak-anaknya nanti akan sama seperti dia. Manajemen perusahaan sebaiknya diserahkan pada orang yang betul-betul punya kualitas seorang Leader.”

Pada 1973, Honda Motor Co., Inc. Merayakan hari jadinya yang ke-25. Dalam rapat dewan direksi, menyambut ulang tahun perusahaan, Soichiro Honda mengumumkan kalau ia akan pensiun. Direktur baru, seperti yang diperkirakan, dipilih diantara para karyawan terbaik.

Tidak banyak bicara, Sang bapak perusahaan itu berpesan bahwa perusahaan akan tumbuh dan berkembang ketika mantan kepala perusahaan jarang muncul dikantor. Sehingga sejak saat itu, Ia tidak pernah lagi terlihat berada diperusahaan.

Berhubung energi Honda masih ada untuk terus bekerja, Ia kemudian diangkat menjadi wakil Direktur Tokyo Chamber of Commerce  serta Asosiasi Industri Otomotif Jepang. Ia juga mendirikan dua NGO, yaitu: International Association of Traffic and Safety Sciences dan Honda Foundation. Ia juga mempelajari tentang pengaruh Ilmu dan teknologi terhadap lingkungan dan pengembangan teknologi ramah lingkungan. Ia juga sering diundang sebagai pembicara di berbagai konferensi Internasional.

Sang pengusaha legendaris akhirnya tutup usia pada 5 Agustus 1991. Diakhir hidupnya, Honda telah banyak mendapatkan penghargaan, seperti 470 penemuan dan 150 hak paten, Penghargaan Doktoral oleh Michigan Technical University dan Ohio State University, penghargaan tertinggi di Jepang – Pita Biru Jepang – dan banyak lagi penghargaan lainnya. Memulai bisnisnya dengan modal US$ 3,200, Honda mampu membangun perusahaan otomotif terbesar dengan pendapatan tahunan lebih dari US$ 30 Milyar.
Dua pekerja sedang merakit motor Honda Vario, di Pabrik Honda Indonesia
Soichiro Honda pernah berkata: “Banyak orang bermimpi akan sukses. Saya percaya sukses bisa dicapai hanya dengan kegagalan berulangkali dan evaluasi diri. Sukses hanya satu persen dari kerja anda, sisanya – Keberanian menghadapi berbagai rintangan. Jika anda tidak takut akan rintangan, Sukses akan dengan sendirinya menghampirimu”. Kesuksesan dari Honda Motor Co., Inc. Saat ini, telah membuktikan pendapat sang pendiri perusahaan.

Nah, gaes. Itulah salah satu kisah sukses kita kali ini. Soichiro Honda. Semoga kisah hidup beliau bisa menjadi inspirasi untuk kita semua. (MY)