There is Always A Hope even in War |
Sebagaimana kita ketahui bahwa pada zaman perang
tak ada lagi yang namanya kemanusiaan. Semuanya diwarnai dengan hal yang
mengerikan, penuh dengan kekerasan dan kekejaman. Dimana-mana manusia saling
membunuh, menyiksa, dan memperbudak satu sama lain pada setiap wilayah di
dunia. Bahkan di zaman perang, kita bisa menyaksikan aksi sekelompok orang yang
menyiksa dengan sadis kelompok lawannya tanpa ampun.
Namun dibalik itu semua, selalu ada harapan. Bahkan
dimasa kelam dengan aksi manusia yang sangat brutal sekalipun, masih ada
segelintir orang yang berani bangkit dari lingkungan yang kejam dan mencoba
untuk berbuat sesuatu demi kemanusiaan.
Berikut sembilan kisah tentang mereka yang pada
dasarnya adalah orang yang jahat, namun dibalik karakter jahat yang orang lihat
pada mereka, mereka ternyata masih memiliki jiwa kemanusian yang sangat mulia.
Pemilik
budak yang membebaskan budaknya
Sejatinya, orang yang memiliki budak pastilah orang
jahat yang kejam dan sangat berkuasa, namun kadang ada juga yang sadar bahwa
apa yang mereka lakukan itu salah. Salah satunya adalah seorang pemilik
perkebunan bernama Robert Carter III.
Pada 1770-an, Carter secara tiba-tiba memutuskan untuk membebaskan semua budak
yang ia miliki. Meskipun ia mendapat tekanan dari menantunya yang pro
perbudakan serta pemilik perkebunan lainnya, ia tetap membebaskan 15 budak tiap
tahunnya yang berakibat buruk pula pada budak-budak yang harus menunggu sebelum
dibebaskan. Beberapa waktu kemudian, tersiar kabar kalau Carter mudah jatuh
sakit jika ia menyimpan budak-budaknya, namun ia memastikan kalau menantunya
itu tidak bisa merubah surat wasiat pembebasan budak yang ia buat bahkan
setelah ia mati. Pada abad-19, pemilik budak dan para pedagang lainnya mengalami
hal yang sama yang dialami Carter sehingga merekapun ramai-ramai ikut
membebaskan budak-budak mereka.
Warga Serbia yang melindungi tetangga mereka
yang Muslim
Pada masa Perang Balkan di pertengahan tahun 90-an,
sebuah kota yang damai bernama Srebrenica,
tiba-tiba dikepung oleh pasukan Serbia-Bosnia. Mereka lalu mengeksekusi sekitar
7.000 warga Muslim disana serta menguliti mereka yang mencoba melarikan diri. Kondisi
saat itu sangat tragis, namun meski
begitu, ada beberapa tentara Serbia yang menolak perintah dan mencoba
menyelamatkan warga sekitar. Aksi tentara Serbia itu salah satunya ialah dengan
menyembunyikan dua pria warga Serbia kedalam rombongan kaum wanita. Beberapa
tahun setelah konflik terjadi, mulailah bermunculan kisah kemanusiaan semacam
itu, dimana tentara Serbia menyelamatkan tetangga mereka dari aksi pembantaian
dengan cara forging papers,
menyembunyikan korban, bahkan sampai mengorbankan nyawa mereka.
Sipir Penjara Nazi asal Hungaria menyelamatkan
tahanan yang dijaganya
Zoltan
Kubinyi bertanggungjawab menjaga Camp pekerja yang otomatis membuatnya
mesti berlaku kejam. Namun setelah tujuh hari bertugas di Camp tersebut, ia
malah menolak untuk menyiksa para tahanan. Dia bahkan memberi jatah makanan
tambahan kepada para tahanan dan mengizinkan mereka merayakan hari libur. Suatu
hari, turun perintah untuk membawa seluruh tahanan menuju ke Camp ‘Kematian’,
namun Zoltan menolak melakukannya, ia malah membawa rombongan tahanan yang
semuanya laki-laki, menuju Hungaria. Ia juga membantu para tahanan meloloskan
diri dengan cara membuat mabuk tentara Nazi yang berjaga dan kabur saat semua
penjaga tak sadarkan diri. Ia kemudian memimpin seluruh tahanan itu menuju
sebuah kota di Rusia yang dirasa aman bagi mereka. Sayangnya Zoltan kemudian
ditangkap setelah masa perang dan meninggal dunia di Siberia.
Sekelompok tentara membersihkan sisa ranjau di Columbia
Kolombia sudah lebih dari 50 tahun mengalami perang
saudara yang melibatkan pemerintah, kelompok militer sayap-kanan, dan para
milisi pemberontak FARC. Akibatnya berbagai tindak kekerasan, pengrusakan, dan
penderitaan harus dialami oleh warga disana, dan akhir dari peperangan yang
terjadi disana menjadikan negara tersebut dipenuhi ladang ranjau yang sangat
berbahaya. Ranjau yang tertanam dan tersebar diberbagai wilayah sering menimbulkan
korban jiwa dan kehancuran meskipun perang telah usai. Saat ini, sekelompok
kecil mantan pasukan militer berusaha membersihkan ranjau-ranjau tersebut dan
hal itu telah membawa perubahan positif karena bahkan pasukan FARC yang masih
aktif turut serta membantu membersihkan ranjau. Meskipun konflik disana masih
belum ada tanda-tanda akan berakhir, tapi usaha para mantan tentara itu mampu
memberikan secercah harapan.
Warga Afrika anti-apartheid
Frederik (Sebelah Kiri) |
Suku Hutu yang melindungi tetangganya dari
pembantaian
Sula Karuhimbi |
Pada 1994, selama jangka waktu 3 bulan, terjadi
pertikaian antara kelompok Suku Hutu dan Tutsi, di Rwanda. Peristiwa itu
menyebabkan terjadinya pembantaian besar-besaran terhadap rakyat Suku Tutsi.
Kelompok Ekstremis sedikitnya telah membunuh 800.000 orang dari kelompok Tutsi
dan Hutu moderat. Tapi tidak semua orang kelompok Hutu mendukung tindakan
pembantaian tersebut. Banyak diantara mereka malah menolong tetangga mereka
yang merupakan suku Tutsi (Contohnya, Paul
Rusesabagina yang menampung para korban dihotelnya). Salah seorang wanita
bernama Sula Karuhimbi, diketahui
menampung 20 pengungsi didalam rumahnya. Saat tentara Hutu mencari para
pengungsi itu, Sula berbohong dengan mengaku sebagai seorang penyihir yang akan
mengutuk keluarga tentara Hutu yang datang. Tidak disangka, cara itu berhasil.
Saat peristiwa itu terjadi, beberapa orang mengungsi hingga ke perbatasan
Zaire, namun beberapa ada yang tewas dalam usaha mereka meloloskan diri.
Tentara Nazi yang menyelamatkan ribuan jiwa
Meskipun ia seorang pendukung Hitler dan eugenic, salah seorang pasukan Nazi
bernama John Rabe tiba-tiba tergugah
hatinya kala pasukan kekaisaran Jepang mendarat di Nanking, Cina, dan
menjadikan Nanking sasaran kebrutalan dari pasukan Jepang. John kemudian
mengumpulkan warga ekspatriat dari Jerman dan Amerika yang berada di Nanking
dan membentuk “International Zone” yang kemudian bertugas melindungi sekitar
250.000 rakyat Cina yang berada didalam zona mereka. John Rabe juga
menyembunyikan 650 warga Cina di Kebunnya sambil terus menjalankan program
International Zone selama empat bulan. Walaupun pada akhirnya ia ditangkap
sebagai pendukung tentara Nazi setelah masa perang, John Rabe tetap dikenang
sebagai pahlawan bagi rakyat Cina.
Pemilik pabrik yang menolong warga miskin
Inggris.
Robert Owen, berhasil menciptakan sistem kerja yang nyaman bagi karyawannya |
Umumnya, di abad-19, pemilik pabrik yang ada di
Inggris, biasanya tidak terlalu mempedulikan kesejahteraan karyawannya, dan
sedihnya lagi, hal itu biasa terjadi. Namun ternyata ada seseorang pemilik
pabrik penghasil kapas bernama Robert
Owen, yang berhasil menciptakan lingkungan kerja yang nyaman bagi karyawan
yang dipekerjakannya. Selain menyediakan perawatan kesehatan gratis bagi
karyawan, ia juga menyediakan sekolah gratis untuk anak-anak karyawannya. Tidak
hanya itu, ia juga menyediakan rumah bersubsidi yang menjadikan karyawannya
tidak lagi tinggal di perumahan kumuh seperti yang terjadi pada karyawan pabrik
disekitarnya. Ia juga menjual barang kebutuhan kepada karyawannya dengan harga
murah dimana pabrik lainnya malah menjual mahal dan menjadikan pekerja mereka
hidup miskin selamanya. Meskipun Owen seorang kapitalis, tapi ia berhasil
meningkatkan taraf hidup ratusan karyawan pabriknya.
Kelompok Anti-Fasis di Sudetenland
Oskar Schindler |
Beberapa warga Jerman bermukim di Sudetenland, sebuah wilayah bekas negara
Cekoslovakia yang warganya dikenal
sangat pro dengan pasukan Nazi. Meski begitu, beberapa warganya ternyata sangat
membenci gerakan Fasisime dan
menyuarakan aspirasi mereka lewat berbagai propaganda Anti-Nazi. Salah satunya
adalah seorang warga Sudetenland asal Jerman yang juga mantan tentara Nazi
bernama Oskar Schindler, yang rela
melawan pasukan Nazi demi menyelamatkan nyawa orang-orang yahudi.
Dari sembilan kisah diatas, bisa kita tarik
kesimpulan bahwa meskipun diwilayah dimana orang-orang saling melukai tanpa ada
belas kasihan, disitu masih ada mereka, orang-orang yang bahkan kita sepelekan,
yang masih memiliki hati nurani untuk membantu sesama yang membutuhkan. (MY)