J.K. Rowling dan Novel Harry Potter karangannya. |
Saat ini siapa yang tidak kenal dengan sosok J.K. Rowling?. Seorang novelis asal
Inggris yang tekenal lewat serial novel terlarisnya, Harry Potter. Buku Harry
Potter, sendiri sudah diterjemahkan kedalam 73 bahasa dan telah terjual
sebanyak 450 juta Copy. Novel
tersebut juga berhasil menjadi buku serial dengan penjualan terbaik sepanjang
masa. Belum lagi lewat beberapa film sukses yang diadaptasi dari novel dengan
judul yang sama yang berhasil menempati peringkat kedua film dengan pendapatan
terbesar sepanjang masa. J.K. Rowling, sendiri dikenal sebagai sosok yang tekun,
punya jiwa kepemimpinan, dengan teknik komunikasi yang efektif.
Permulaan
Joanne “Jo”
Rowling, OBE FRSL, atau lebih dikenal dengan nama J.K. Rowling, lahir pada 31 Juni 1965, disebuah kota kecil di Yate, Gloucestershire, Inggris. Nama
J.K. diawal namanya diperoleh dari namanya sendiri, Joanne dan nama neneknya, Kathleen.
Jadi Rowling, tidak memiliki nama tengah seperti yang banyak orang kira.
Ayahnya bernama Peter James Rowling
adalah seorang Insinyur di Perusahaan legendaris di Inggris, Rolls-Royce, sementara ibunya, Anne Rowling (née Volant), adalah seorang teknisi sains berdarah
Perancis-Skotlandia. Kedua orang tua Joanne asli warga Inggris, keduanya
bertemu di dalam kereta api saat sedang bepergian dari Stasiun King’s Cross menuju Arbroath di Skotlandia. Saat itu keduanya masih berumur 18 tahun.
Sang ayah bergabung dengan Angkatan Laut Kerajaan sedangkan sang Ibu baru saja
selesai bertugas di Dinas Kelautan Kerajaan. Saat itu, Anne kedinginan lalu
Peter menawarkan jasnya. Setahun kemudian, keduanya menikah dan berhenti dari Kedinasan
Angkatan Laut. Mereka kemudian pindah ke pinggiran kota Bristol, dibagian barat Inggris.
Pada 1969, empat tahun setelah Joanne lahir, Mereka
memutuskan untuk pindah ke desa terdekat, di Winterbourne. Saat itu, Joanne adalah gadis kecil gempal dan
memakai kacamata. Ia selalu berimajinasi dan senang sekali menarasikan
kisah-kisah dongeng yang dibacanya. Joanne pertama kali menulis cerita pada
saat berumur enam tahun, tentang dongeng seekor kelinci yang sedang menderita
sakit campak. Teman-teman si Kelinci selalu mengunjunginya termasuk seekor
lebah raksasa, bernama Miss Bee. Adik
perempuan Joanne-lah yang menjadi pendengar pertama saat itu.
Masa kecil sang novelis boleh dibilang tidaklah
sulit. Malah sebaliknya kehidupan Joanne sangat bahagia bersama dengan
orangtua, adik tercinta, serta sang nenek yang selalu menyayanginya. Joanne
juga senang saat bersekolah di St.
Michael Primary School dan menyukai keterampilan kerajinan tanah liat,
melukis dan ilmu sejarah. Meski begitu, orang tuanya ingin sekali memiliki
rumah di Inggris, dan ketika Joanne berumur sembilan tahun, Keluarganya memutuskan
pindah ke desa Tutshill, di kota
hutan, Dean.
Berkat sang ibu, Joanne jadi selalu bisa membaca
berbagai macam buku cerita. Ibunya ingin putrinya mendapatkan pendidikan terbaik.
Anne senang membacakan buku untuk anak-anaknya hingga saat berumur lima tahun,
Joanne kecil mampu menceritakan ulang semua buku yang pernah ia baca dengan
sempurna. Joanne kemudian bersekolah di St.
Michael’s Primary School. Sekolah yang telah berumur 200 tahun ini
didirikan oleh seorang abolisionist, William Wilberforce serta seorang
praktisi pendidikan bernama Hannah.
Disekolah itu, Joanne menyadari kalau ia lebih menyukai pelajaran Bahasa
Inggris dan membaca.
Disekolah itu pula, Joanne sempat mengalami masalah,
khususnya dengan guru matematika bernama Mrs.
Morgan. Pada area sebelah kiri dalam kelas, sang ibu guru menempelkan
tulisan “Khusus anak-anak Pintar”, dan Mrs. Morgan selalu menempatkan Joanne
duduk di sisi kanan kelas. Joanne sangat frustasi karena ia merasa kalau
dirinya cukup pintar dikelas. Oleh karena itulah, Rowling mengakui kalau
karakter Severus Snape di novel Harry Potter terinspirasi oleh Mrs.
Morgan.
Beruntung, Rowling punya banyak guru yang
senantiasa mendorongnya untuk rajin menulis. Guru-guru tersebut sering
membacakan karya tulis Joanne didepan kelas dimana hal itu membuat Joanne
merasa sangat spesial. Guru baik seperti itu memang ada dan Rowling mengingat
mereka hingga saat ini.
“Perasaan bangga saat tulisan kita dibacakan oleh
guru dihadapan murid lainnya adalah suatu hal yang tak terlupakan. Kita tak
bakalan lupa pada guru yang memberi kita semangat sambil berkata bahwa “Ya,
kamu pasti bisa” Ujar Joanne.
Joanne dulunya adalah anak yang pemalu. Teman
sekolahnya mengingat Joanne sebagai sosok yang jarang bersosialisasi dan tertutup. Ia juga senang berfantasi dan gemar
menulis sesuatu di buku tulisnya.
Diusia 15 tahun, keluarga Joanne pindah rumah lagi.
Rowling sangat rindu dengan teman-teman dirumah sebelumnya. Sayangnya kesedihan
Joanne belumlah berakhir. Pada saat yang sama, nenek kesayangannya meninggal
dunia, hubungan dengan sang Ayah tidak terlalu baik ditambah lagi sang ibu yang
menderita penyakit yang cukup parah yaitu Multiple
Sclerosis. Pengobatan yang dijalani sang ibu tak membawa hasil positif
malah semakin parah dari tahun ketahun. Bagi gadis muda seperti Joanne, Ibu
yang sakit parah menjadi cobaan terberat dalam hidupnya.
Setelah menyelesaikan pendidikannya di Wyedean
School pada 1983, Joanne Rowling memutuskan untuk melanjutkan studinya
di Oxford University. Meski Ia
berhasil lulus ujian masuknya tapi sayang Rowling tidak diterima di Universitas
yang menjadi kampus paling terkenal di
Inggris saat itu. Hingga akhirnya, Rowling masuk ke Universitas Exeter yang berada di Exeter, sebelah Barat Daya Inggris dan
mengambil Fakultas Philology dimana
ia mesti belajar Bahasa Perancis dengan tekun. Sebenarnya ide agar Rowling
belajar Bahasa Perancis datang dari kedua orangtuanya yang menginginkan ia
nantinya bisa memiliki karir menjadi Sekretaris Bahasa. Martin Sorrel, seorang profesor di Exeter, mengingat Rowling
sebagai seorang mahasiswi berbakat yang sering mengenakan jaket denim dan
berambut hitam, dimana dari segi akademis, penampilan seperti itu menunjukkan
karakter orang yang mampu mengerjakan apa saja yang memang diperlukan. Joanne
mengingat waktu itu ia malas bekerja dan lebih memilih membaca buku karangan Dickens dan Tolkien sembari mendengarkan lagu-lagu ‘The Smiths’. Pada 1986,
usai menjalani magang selama setahun di Paris, Rowling akhirnya lulus dari
Universitas Exeter dengan gelar Sarjana Fakultas Seni Perancis dan Klasik. Ia
lalu pindah kembali ke London dan sempat menjalani beberapa pekerjaan. Salah
satunya, saat ia menjadi seorang peneliti dan sekretaris bahasa untuk lembaga
Amnesty International, namun sayangnya ia merasa tidak betah bekerja disana.
Awal lahirnya ‘Harry Potter’
Pada musim
panas 1990, Pacar Rowling memutuskan pindah ke Manchester. Ia lalu menghabiskan waktu liburnya dengan ‘berburu’ flat
(apartemen) bersama sang pacar. Saat perjalanan kembali ke London dengan kereta
api, tiba-tiba ide mengenai kisah Harry
Potter pun muncul. Joanne tidak tahu mengapa dan apa penyebab ide itu
muncul dikepalanya, yang pasti saat itu ia seperti bisa melihat keseluruhan
cerita dari buku yang akan ia buat termasuk adanya Sekolah penyihir, ide
tentang seorang anak yang tidak tahu kalau ia ternyata seorang penyihir sebelum
ia diundang ke Sekolah penyihir.
Sesampainya
dirumah, Joanne segera duduk dimeja dan mulai menulis kisahnya. Suatu hari,
Apartemen tempat ia tinggal, dirampok!. Para pencuri berhasil membawa lari
beberapa barang peninggalan ibunya, tapi beruntung, mereka tidak mengambil
kotak sepatu yang berisi lembaran sketsa dan catatan mengenai kisah Harry Potter. Joanne sadar kalau itulah
satu-satunya harta yang paling berharga baginya.
Kisah Harry
Potter, akhirnya diluncurkan enam bulan setelah kematian sang ibu. Anne
Rowling, ibu Joanne, meninggal pada 30 Desember 1990 pada umur 45 tahun. Joanne
sempat menengok ibunya enam hari sebelum sang ibu wafat, tapi ia tidak tahu
kalau sakit ibunya sudah sangat parah. Saat Joanne berkunjung, Ibunya memang
sudah terlihat kurang sehat, tapi tak ada yang mengira kalau usia sang ibu sudah tak lama lagi. Rowling
tak bisa lupa saat-saat terberat dalam hidupnya. Kematian sang ibu membuat
Joanne menjadi depresi.
Menikah,
Cerai, dan Pulang Kampung
Sembilan
bulan pasca kematian ibunya, untuk
menghilangkan rasa dukanya yang dalam, Joanne memutuskan untuk meninggalkan
Inggris dan memulai hidup baru di Portugal. Ia mulai mengajar bahasa inggris
sebagai pelajaran bahasa asing disana. Setelah menetap selama delapan belas
bulan di Porto, ia lalu bertemu
dengan Jurnalis televisi asal Portugis bernama Jorge Arantes dan pada 16
Oktober 1992, mereka pun menikah.
Porto, Portugal: Disinilah Joanne bertemu dengan suami pertamanya, Jorge Arantes |
Tak lama kemudian, Jorge harus berangkat
mengikuti pelatihan dan mesti meninggalkan Joanne selama beberapa bulan. Selama
sang Suami pergi, Joanne berhasil menyelesaikan tiga Bab pertama buku Harry Potter and the Philosopher’s Stone. Jorge
Arentes pun akhirnya sudah selesai menjalani pelatihan dan kembali kerumah,
namun sayangnya ia sulit mendapat pekerjaan dan Joanne harus bekerja meski masa
kelahiran putri mereka sudah dekat. Akhirnya, Jessica Isabel Rowling Arantes,
lahir pada 27 Juli 1993 di Portugal. Sayangnya, Setelah beberapa bulan pasca
kelahiran putri pertama mereka, sang suami malah sering memukul Joanne dan
mengusirnya dari rumah. Pada Desember 1993, Rowling dan putrinya menetap
dirumah adik perempuannya di Edinburgh.
Dianne Rowling merupakan satu-satunya orang yang bisa menjadi teman
curhat dan bisa ia andalkan.
Akhir tahun
1993, Rowling berada dalam masa keterpurukan, ia merasa kalau dirinya telah
gagal. Bagaimana tidak, Rumah tangga yang ia bangun sangatlah singkat ditambah
lagi saat itu ia seorang pengangguran. Ia menjadi seorang ibu miskin yang hidup
sendiri bersama dengan seorang putri meskipun ia belum menjadi gelandangan.
Walaupun Rowling menganggap saat itu merupakan tahun penuh masalah, ia tetap
bahagia karena ia bisa pulang kembali ke kampung halamannya bersama putrinya,
Jessica, yang sebelumnya tinggal di Portugal.
Selama masa
itu, Oleh dokter, Rowling didiagnosa menderita depresi klinis dan memiliki kecendrungan
untuk bunuh diri. Kondisi itulah yang kemudian menginspirasinya menciptakan tokoh
Dementors, sesosok makhluk kegelapan
yang memakan kebahagiaan yang dimiliki manusia. Tokoh ini kita tahu muncul pada
novel Harry Potter and the Prisoners of
Azkaban, yang menjadi novel ketiga dari seri Harry Potter.
Beberapa bulan kemudian, Joanne lalu menyewa sebuah
apartemen kecil di Edinburgh. Menjadi seorang Single Mother, pastilah sangat sulit apalagi jika hidup dengan uang
yang pas-pasan. Joanne Rowling menerima 70 pound seminggu yang ia gunakan untuk
membeli makanan murah dan beberapa pakaian untuk Jessica. Rowling mengaku merasa
malu atas keadaannya saat itu.
Agar ia tidak suntuk menganggur dirumah, setiap
hari Joanne mengajak putrinya berjalan-jalan berkeliling kota juga agar Jessica
cepat tertidur. Setelah itu, Joanne biasanya nongkrong minum kopi di Nicolson’s Cafe, milik kakak iparnya, Roger Moore, atau kadang ia pergi ke the Elephant House, dimana Joanne bisa
melanjutkan menulis novelnya, Harry
Potter and the Philosopher’s Stone. Beberapa orang mengatakan, bahwasanya
alasan Rowling menulis bukunya di Cafe setempat yaitu karena kondisi
apartemennya yang dingin, tapi kemudian gosip itu dibantah oleh Rowling.
Pada masa itu, ketidakberuntungan dan penderitaan
seperti tiada akhir. Segala macam masalah yang menimpa dirasakannya sangat berat.
Joanne tak bisa lupa saat itu kerjanya cuma duduk menulis dimeja seharian.
Bagaimanapun, semua kegagalan itu membantunya menjadi lebih kuat karena jika
tidak ada masalah, Rowling takkan pernah tahu bagaimana caranya untuk menjadi
sukses.
Usaha
pertama menerbitkan novel Harry
Potter and the Philosopher’s Stone
Pada 1995, setelah menulis selama lima tahun,
Joanne Rowling akhirnya menyelesaikan novel Harry
Potter and the Philosopher’s Stone.
Hebatnya, ia sudah tahu akhir dari seluruh cerita Harry Potter sejak ia menulis buku pertamanya itu. Faktanya: Joanne
merevisi Bab pertama buku Harry Potter
and the Philosopher’s Stone sebanyak lima belas kali!.
Dari Biografi, J.K. Rowling diketahui kalau ia
menyimpan semua catatan mengenai ‘dunia Harry
Potter’nya dalam kardus yang ditaruh dibawah tempat tidur (untuk menjawab
beragam pendapat yang menyebut kalau catatan itu disimpan oleh asistennya, dalam
buku catatan, atau dalam lembaran kertas). Dalam catatan tersebut terdapat
daftar nama seluruh siswa di sekolah sihir termasuk keterampilan dan
tingkatannya, juga ada tulisan latin dan beberapa gambar ilustrasi. Untuk
memudahkan ilustrasi yang nantinya diperlukan, Rowling juga menggambarkan tak
hanya karakter utama tapi juga bentuk-bentuk transformasi sihir.
Setelah menyelesaikan Bab terakhir, Joanne lalu
memberitahu sang kakak yang kemudian tertawa mendengar cerita Novel Rowling.
Dianne menyukai Harry Potter, dan itu
menginspirasi Joanne. Bagaimanapun, menulis sebuah buku masih setengah dari
perjuangan, karena buku harus diterbitkan lagi. Rowling lalu mencetak beberapa
Bab menggunakan mesin ketik tua,
menjilidnya, lalu menyebarkannya ke beberapa agen buku.
Setelah Joanne mengirim naskahnya kebeberapa agen,
ia lalu menunggu berita konfirmasi. Ada beberapa balasan yang masuk, yang
isinya “Ceritanya sangat berat untuk anak-anak”, “Ceritanya terlalu panjang”,
“Anak-anak takkan tertarik”. Pada saat itu, Joanne merasa kecewa dan semuanya
sia-sia. Beruntung, sang kakak selalu memberinya semangat dengan mengatakan
kalau “Keluarga Rowling tak pernah menyerah!”. Terakhir mereka mengirim
beberapa Bab kepada Christopher Little,
seorang agen buku ternama.
Sayangnya, Little juga tak tertarik dengan cerita
anak-anak, dan malah menyimpan naskah itu diruang arsip. Suatu hari seorang
karyawan muda yang bekerja dikantor agensi itu penasaran dengan naskah yang
tersimpan dirak ruang arsip. Ia lalu membaca beberapa bab dari naskah Harry Potter. Karena ia sangat menyukai
cerita Harry Potter, maka ia
memutuskan menyerahkan kembali naskah tersebut ke Kepala Agensi. Setelah
membaca kembali naskah Harry Potter,
Little akhirnya berencana memasarkan buku itu. Perusahaannya yang bernama Christopher Little Literary Agents,
sepakat mencarikan Rowling perusahaan penerbit buku. Naskah itu lalu disebarkan
ke dua belas perusahaan penerbit. Dan semuanya menolak naskah Harry Potter.
“Adalah pilihan kita...apakah ingin
memperlihatkan diri kita yang sebenarnya atau bersikap melebihi kemampuan yang kita
miliki.” – J.K. Rowling
Pada Agustus 1996, saat Joanne sudah mulai putus asa,
Naskahnya akhirnya diterima dan sebagai imbalannya, ia memperoleh £1,500 atau
$2,300 dari Barry Cunningham, salah
satu editor Bloomsbury, Sebuah Balai
Penerbit di London. Christopher Little menghubungi Rowling memberitahukan kalau
Balai penerbit, Bloomsbury tertarik dengan bukunya. Joanne tak menyangka hal
itu. Saking senangnya, ia sampai berteriak dan melompat kegirangan. Jessica,
yang saat itu lagi minum teh, sampai terkejut dibuatnya.
Alice Newton,
putri pimpinan Bloomsbury yang berusia delapan belas tahun, membujuk ayahnya, Nigel Newton, agar segera menerbitkan
buku Rowling. Awalnya Newton menyuruh anaknya membaca Bab satu buku tersebut
tapi Alice malah ingin lanjut membaca Bab berikutnya. Meski Blooomsbury setuju
menerbitkan bukunya, tapi Cunningham menyarankan agar Rowling juga mencari
pekerjaan tetap mengingat buku cerita anak-anak dirasa kurang laku dipasaran.
Akhirnya, Rowling mendapat pekerjaan sebagai guru bahasa Perancis. Pada 1997,
Rowling menerima £8,000 atau $12,500 dari Konsulat Kesenian Skotlandia, agar ia
melanjutkan bukunya tersebut.
Peluncuran
Buku pertama yang sukses
Pada Juni 1997, Bloomsbury menerbitkan novel Harry Potter and the Philosopher’s Stone dengan cetakan pertama sebanyak 1,000
buku dimana 500 buku didistribusikan kesejumlah perpustakaan. Saat ini buku
tersebut sudah seharga antara £16,000 ($25,000) hingga £25,000 ($39,000).
Dihari presentasi bukunya Joanne harus membacakan ringkasan jalan cerita Harry Potter kepada para pengunjung
toko. Saat itu Cuma beberapa orang saja yang datang mendengarkan presentasinya.
Meski Cuma sedikit, Joanne sangat gembira sudah ada yang datang.
Ketika buku tersebut sudah beredar di masyarakat,
sukses baru saja dimulai. Lima bulan kemudian, buku Joanne mendapat penghargaan
pertamanya, yaitu Nestlé Smarties Book
Prize. Pada bulan Februari, diluar dugaan, Novel tersebut memenangkan British Book Award for Children’s Book of
the Year disusul penghargaan The
Children’s Book Award. Di awal tahun 1998, Scholastic mendistribusikan novel Harry Potter and the Philosopher’s Stone ke Amerika dengan judul Harry Potter and the Sorcerer’s Stone. Rowling menyesalkan adanya perubahan
judul tersebut dan berusaha mengajukan gugatan yang kemudian ia menangkan.
Setelah menerima uang dari penjualan bukunya oleh
Scholastic, hal pertama yang dibeli Rowling ialah sebuah Flat (Apartemen) baru
di 19 Hazelbank Terrace yang berada
di wilayah berkelas di Edinburgh dan ia pindah kesana bersama putrinya. Mereka
juga membeli seekor kelinci, Kucing, dan guinea
pig, karena Jessica butuh hewan peliharaan yang umurnya panjang.
Buku pertama
yang diangkat ke Layar lebar
Sihir, Para penyihir, dan sekumpulan peri – semua
hal tersebut memang sangat laku diindustri film. Tak heran Novel Joanne, kemudian
diminta agar dibuatkan film. Pada Oktober 1998, Warner Bros membeli hak cipta
dua novel pertamanya senilai $1,5 juta. Namun, ada beberapa pertimbangan terkait
persiapan film dari Novel Rowling, misalnya dari segi penjualan dan sistem
kerjasama tertutup.
Pada awalnya, Steven Spielberg dipilih untuk
menyutradai film tersebut. Sayangnya, Spielberg tidak setuju dengan konsep yang
diajukan. Spielberg ingin filmnya dibuat dalam bentuk film animasi sementara
Rowling dan Warner Bros. Ingin konsep lain. Spielberg juga khawatir kemungkinan
kurangnya unsur motivasi kreatif dalam film. Ia ingin agar filmnya nanti bisa
sukses secara komersial, terlepas dari kinerja sang sutradara.
Rowling sebenarnya ingin agar Terry Gilliam sebagai
sutradara filmnya. Menurutnya, Gilliam orang yang hebat, tapi kadang visi sang
sutradara tak sejalan dengan keinginan penonton sementara proyek film ini harus
sejalan dengan hal tersebut. Akhirnya Warner Bros. memutuskan menunjuk Chris Columbus sebagai sutradara,
karena ia senang bekerjasama dengan anak-anak, dan film bertema keluarga tidak
asing baginya sejak zamannya film Home
Alone.
Columbus berharap agar Liam Aiken mau memerankan
tokoh Harry Potter, tapi Rowling
memaksa agar cuma aktor Inggris yang akan bermain difilm ini. Sehingga dari
sekian banyak calon yang diajukan untuk bermain dalam film tersebut, akhirnya
terpilihlah Daniel Radcliffe, Emma
Watson, dan Rupert Grint yang
akan memerankan tiga tokoh utama di film Harry
Potter. Untuk Premiere perdana film Harry
Potter and the Philosopher’s Stone, waktu itu dilaksanakan pada 16 November
2001.
Spielberg ternyata benar kalau film yang diadaptasi
dari buku memang ditakdirkan akan sukses. Dana pembuatan film sebesar $125 juta
sudah tertutupi dengan keuntungan berlipat-lipat tapi masih belum menembus angka
penjualan film bergengsi yaitu sebesar satu milyar dollar.
Buku
berseri, Harry Potter
Sekuel
pertama buku Harry Potter berjudul, Harry Potter and the Chamber of Secrets,
yang diterbitkan pada Juli 1998 lagi-lagi membuat joanne menerima penghargaan, the Smarties Book Prize. Pada Desember
1999, buku ketiganya, berjudul Harry
Potter and the Prisoner of Azkaban, juga memenangkan the Smarties Book Prize, yang menjadikan Rowling sebagai penulis
pertama yang menerima penghargaan tersebut tiga kali berturut-turut. Sebenarnya setahun setelahnya, Rowling bisa
saja menjadi pemenang penghargaan tersebut untuk keempat kalinya, akan tetapi
ia menarik buku Harry Potter and the Goblet of Fire dari ajang proses
seleksi agar buku karya orang lain bisa mendapat kesempatan yang sama
dengannya. Pada Januari 2000, buku Harry
Potter and the Prisoner of Azkaban berhasil memenangkan penghargaan The Inaugural Whitbread Children’s Book of
the year. Sayangnya buku tersebut tak berhasil menyabet penghargaan The Book of the Year, yang dimenangkan
oleh buku terjemahan karya Seamus Heaney berjudul Beowulf.
Untuk
pertama kalinya, Rowling sadar kalau ia sudah menjadi selebriti terkenal,
dimana saat melakukan tour keduanya di Amerika. Ia terpukau dengan ramainya
kerumunan orang yang rela antri demi melihat idola mereka, J.K. Rowling. Ada
perasaan terkejut dan agak khawatir melihat sebegitu besarnya animo masyarakat
terhadapnya. Bahkan selama Tour terakhirnya, kadang-kadang ratusan orang
tiba-tiba datang menghampirinya tanpa adanya pengawasan panitia.
Saat
Rowling bergabung di Club of miilionaires,
headline berita berbunyi “Seorang Single Mother miskin mendapat bayaran enam
digit!” menghiasi hampir seluruh surat kabar yang ada. Cukup mengejutkan
memang, dimana seorang wanita biasa tiba-tiba menjadi serbuan para jurnalis
dunia. Hingga kehidupan pribadi Rowling juga sempat ikut terusik oleh aksi para
Jurnalis. Nah disaat seperti itulah dimana Rowling kemudian menciptakan
karakter seorang penulis/ jurnalis kurang ajar pada Novel Harry Potter berikutnya.
J.K. Rowling
sebenarnya tak terlalu percaya dengan sihir
Buku keempat berjudul Harry Potter and the
Goblet of Fire dirilis serentak di Inggris dan Amerika Serikat pada 8 Juli
2000 dan memecahkan rekor penjualan buku dikedua negara tersebut. Sebanyak
372,775 buku terjual habis pada hari pertama penjualannya di Inggris. Hampir
menyamai rekor penjualan buku Harry
Potter and the Prisoner of Azkaban ditahun pertama. Di Amerika Serikat,
buku tersebut terjual sebanyak tiga juta copy hanya dalam waktu 48 jam,
mengalahkan semua rekor yang ada. Menurut Rowling, ia sempat mengalami krisis
ide saat menulis novel keempat dan mesti menulis ulang Bab pertama sebanyak
tiga belas kali guna memperbaiki plot cerita, dan untuk itu, lagi-lagi the 2000 British Book Awards
menganugrahkan Rowling, predikat the
Writer of the Year.
Terdapat jeda selama tiga tahun antara waktu rilis
novel Harry Potter and the Goblet of Fire
dengan buku kelima, Harry Potter and the
Order of the Phoenix. Lamanya jeda waktu tersebut sempat membuat kabar
kalau Rowling blank terhadap kelanjutan kisah novelnya. Akan tetapi, Joanne
membantah kabar tersebut. Bagi Joanne menulis buku layaknya pekerjaan rumah,
yang kadang bisa dikerjakan sebentar, namun kenyataannya, Joanne malah bekerja
keras guna menyelesaikan novelnya tersebut.
Buku ketujuh
yang berjudul, Harry Potter and
the Half-Blood Prince, pun dirilis pada 16 Juli 2005. Lagi-lagi buku
tersebut memecahkan rekor penjualan dengan sukses terjual sebanyak sembilan
juta copy hanya dalam waktu 24 jam. Rowling lalu menegaskan kalau cerita yang
ada pada Bab pertama dibuku keenamnya itu, mengenai percakapan antara Menteri
Ilmu Sihir dengan Perdana Menteri Inggris, semestinya ia munculkan pertama kali diBab pertama buku
“Philosopher’s Stone”, kemudian dibuku “Chamber of Secrets” dan terakhir dibuku
“Prisoner of Azkaban”. Pada 2006, buku Harry
Potter and the Half-Blood Prince lagi-lagi menerima penghargaan dari the British Book Awards sebagai ‘The Book of the Year’.
Seri
Terakhir buku Harry Potter
Harry Potter and the Deathly Hallows adalah judul buku ketujuh dari seri Harry
Potter dan Kabar tersebut sebelumnya telah diumumkan diakhir Desember 2006.
Akhirnya, pada 11 Januari 2007. J.K. Rowling berhasil menyelesaikan buku
ketujuh tersebut dikamar hotelnya, di The Balmoral, Edinburgh, dan pada
21 Juli 2007, Rowling merilis buku Harry Potter and the Deathly Hallows.
Tak disangka, buku terakhir tersebut berhasil mengalahkan rekor penjualan
buku-buku Harry Potter sebelumnya. Pada hari pertama, buku tersebut
berhasil terjual sebanyak 11 juta copy di Inggris dan Amerika. Seperti yang
sudah dijelaskan diawal biografi ini, bahwa Bab terakhir dari buku ketujuh Harry
Potter, sebenarnya sudah selesai ditulis pada tahun 1990-an.
J. K. Rowling menandatangani buku Harry Potter and the Deathly Hallows di New Orleans, USA pada 18 Oktober 2007. |
Saat
mengerjakan buku terakhirnya itu, Rowling juga terlibat dalam pembuatan film
dokumenter tentang dirinya berjudul J.K.
Rowling: A Year in the Life, yang disiarkan di stasiun ITV, Inggris pada 30
Desember 2007. Rowling sempat mengunjungi kembali apartemen lamanya di
Edinburgh, disanalah ia menyelesaikan Novel Harry Potter, pertamanya.
Tempat itu sangat berkesan baginya karena disanalah seluruh hidupnya berubah.
Saat wawancara bersama Oprah Winfrey, Rowling
menyampaikan rasa hormatnya pada sang ibu atas kesuksesan novel karyanya: “Jika
ibu saya tidak meninggal, saya tidak yakin apakah Kisah Harry Potter akan seperti sekarang ini. Karena buku itu ada setelah
ibu saya meninggal.” Saat ini, Harry
Potter telah menjadi nama “franchise”
yang mendunia dengan nilai sekitar $15 miliar. Empat buku terakhirnya,
sukses memecahkan rekor sebagai buku terlaris sepanjang masa. Keseluruhan Novel
Harry Potter yang totalnya ada 4,195
halaman telah diterjemahkan kedalam 73 bahasa. Kita tahu kalau J.K. Rowling
telah mengalami banyak masa sulit untuk mencapai impiannya, tapi
keberhasilannya membawa Harry Potter
dari awal hingga akhir cerita menempatkan ia pada posisi puncak sebagai seorang
penulis dunia.
Serial Film Harry Potter
J.K. Rowling telah diberikan kebebasan berkreasi
disetiap film Harry Potter. Hal ini selain
menjadikan film-filmnya lebih atraktif juga agar naskah film Harry Potter tidak kontradiktif dengan
cerita novel selanjutnya. Dalam hal ini, Warner Bros. sadar betul akan
ketentuan dan keinginan dari Rowling saat membuat kontrak film dengannya. Salah
satu contohnya ialah saat proses syuting film Harry Potter, dimana harus dilaksanakan sepenuhnya di Inggris
dengan seluruh pemain haruslah orang Inggris dan keinginannya itu harus dipenuhi.
Rowling juga meminta agar Coca-Cola mendonasikan $18 juta kepada organisasi the American Charity Reading.
Untuk keperluan pembuatan film, dunia sihir ciptaan
J.K. Rowling mesti dibuat ulang. Rancangan Bangunan Hogwarts School of Withccraft and Wizardry memang dibuat dengan
komputer, tapi pengambilan gambar suasana dalam bangunan mengharuskan crew film untuk mengambil lokasi di enam
tempat berbeda yang tersebar di Inggris. Jika kita melihat gambar kuil abad
pertengahan yang berada di Lacock sekitar
daerah Bristol, suasana interiornya
sama persis dengan sekolah Hogwarts.
Kita bekerja
dan belajar hingga kita mati – J.K. Rowling
Kota London juga turut ditampilkan pada film Harry Potter pertama. Sebuah bangunan
kosong yang berada di Pasar Victorian
Leadenhall berhasil disulap menjadi sebuah Bar unik bernama “The Leaky
Cauldron”. Tapi di film Harry Potter and
the Prisoner of Azkaban, Bar tersebut mesti dipindahkan ke lokasi lain
dibawah jembatan Stoney Street.
Dalam pembuatan filmnya, Rowling juga bertugas
mereview seluruh naskah film dan bertindak sebagai produser di dua seri
terakhir film Harry Potter and the
Deathly Hallows. Steve Kloves
juga ikut menulis naskah film keempat, keenam dan ketujuh dengan dibantu oleh
Rowling. Selama syuting film, Rowling juga membongkar rahasia penting dari
tokoh Severus Snape (Alan Rickman)
dan Hagrid (Robbie Coltrane) sebelum
ia menulisnya dinovel. Daniel Radcliffe (Harry
Potter) sempat bertanya pada Rowling, apakah Harry nantinya akan mati, dan
Rowling menjawab kalau Harry Potter nantinya
akan menjalani scene kematian. Sebuah
jawaban yang lagi-lagi penuh tanda tanya.
Berikut Daftar Film Harry Potter yang pernah dirilis:
- Harry Potter and the Philosopher’s Stone (rilis pada: 16 November 2001; Sutradara: Chris Columbus);
- Harry Potter and the Chamber of Secrets (rilis pada: 15 November 2002; Sutradara: Chris Columbus);
- Harry Potter and the Prisoner of Azkaban (rilis pada: 04 Juni 2004; Sutradara: Alfonso Cuarón);
- Harry Potter and the Goblet of Fire (rilis pada: 18 November 2005; Sutradara: Mike Newell);
- Harry Potter and the Order of the Phoenix (rilis pada: 11 Juli 2007; Sutradara: David Yates);
- Harry Potter and the Half-Blood Prince (rilis pada 15 Juli 2009; Sutradara: David Yates);
- Harry Potter and the Deathly Hallows (Part 1 rilis pada: 19 November 2010; Part 2 rilis pada: 05 Juli 2011; Sutradara: David Yates).
Pottermore
Saat ini, masyarakat dunia lagi trend dengan kebiasaan
yang kurang bagus: Malas membaca buku!, dan Joanne sadar kalau pengembangan
kreativitasnya haruslah lewat media online. Oleh karena itu, pada 23 Juni 2011,
Rowling mengumumkan bahwa segala hal yang berkaitan dengan Harry Potter sudah tersedia di Pottermore.com.
Pottermore adalah tempat dimana para fans bisa
saling berbagi, berpartisipasi dan mengetahui kisah dibalik tokoh Harry Potter, serta sebagai toko
eksklusif dimana kita bisa membeli buku audio digital dan e-books dari novel Harry Potter.
J.K. Rowling bekerjasama dengan Sony, mengembangkan
website tersebut. Pottermore fokus pada hal-hal yang kurang diketahui oleh para
fans Harry Potter yang ditampilkan
dengan konsep interaktif. Situs yang resmi dibuka pada 14 April 2012 ini juga
berisi ide-ide Rowling dan beberapa kisah yang belum pernah dipublikasikan
sebelumnya.
The Casual Vacancy dan buku fiksi
lainnya.
Pada Juli 2011, Rowling bersama dengan agen
penerbitnya, Christopher Little, memutuskan pindah ke agensi baru yang
didirikan oleh salah satu karyawannya, Neil
Blair. Pada 23 Februari 2012, the
Blair Partnership, lewat websitenya
mengumumkan kalau J.K. Rowling akan menerbitkan sebuah buku baru bertema dewasa
dan pastinya akan sangat berbeda dengan buku Harry Potter. Pada April 2012, Brown
and Company, perusahaan penerbit ternama di Amerika, mengumumkan kalau
judul buku tersebut adalah: The Casual Vacancy dan buku tersebut
dirilis pada 27 September 2012. Guna mempromosikan bukunya itu, Rowling
melakukan beberapa wawancara juga mengunjungi beberapa event seperti: Festival
Literatur Cheltenham, London Southbank Center, The Charlie Rose
Show, dan the Lennoxlove Book
Festival. The Casual Vacancy
berhasil terjual lebih dari 1 juta copy diseluruh dunia dalam 3 minggu sejak
pertama kali buku itu dirilis. Pada 3 Desember 2012, The Casual Vacancy resmi diangkat ke layar TV lewat miniseri di
stasiun TV BBC dan HBO dan mulai tayang pada 15 Februari 2014.
Tak bisa dipungkiri kalau Novel Harry Potter telah memberikan Rowling
banyak penghargaan sekaligus sukses yang luar biasa. Pada 2001, Yang Mulia
tertinggi Pangeran Wales menganugrahkan Rowling gelar Order of the British Empire
(OBE) atas kontribusinya yang luar biasa dalam karya tulis anak. Meski begitu, Joanne
tak hanya memanjakan anak-anak dengan buku karangannya. Pada April 2013, ia
mengaku telah membuat buku crime fiction,
berjudul The Cuckoo’s Calling yang
diterbitkan dengan menggunakan nama tokoh utamanya, Robert Galbraith. Menurutnya, ia cukup senang menjadi penulis
cerita fiksi. Dengan itu, ia merasa bisa lebih menggali pengalamannya dalam
menulis dan membuatnya bisa mengetahui harapan pembaca berdasarkan kualitas
tulisan yang ia buat. Disamping itu, dengan tidak mencantumkan nama aslinya
pada cover buku, Rowling bisa mendapatkan umpan balik yang objektif terhadap
bukunya.
The Cuckoo’s Calling, merupakan debut
pertama novel Roberth Galbraith, dimana ia digambarkan sebagai seorang mantan
penyidik polisi militer kerajaan yang berhenti pada 2003 dan memutuskan untuk
bekerja sebagai tenaga pengamanan masyarakat. Novel tersebut sebenarnya sebuah
novel detektif dimana seorang detektif Cormoran
Strike berusaha memecahkan kasus bunuh diri dari seorang Supermodel. Novelnya
sendiri berlatar belakang kota London, karena menurut sang pengarang, ia
terinspirasi oleh kisah detektif klasik bernama Phyllis Dorothy James dan Ruth
Rendell. Untuk diketahui bahwa novel tersebut mendapat respon positif dari
para penulis yang jago dengan genre seperti itu dan saat ini beberapa
perusahaan film berlomba-lomba ingin mengangkat kisah novel tersebut kelayar
lebar.
Kehidupan pribadi dan keluarga
Pada 26 Desember 2001, Rowling menikah dengan Dr. Neil Scott Murray (lahir 30 Juni
1971) yang merupakan seorang dokter anestesi asal Skotlandia. Pesta pernikahan
digelar secara private dikediaman
Rowling, di Killiechassie House,
dekat Aberfeldy, di kota Perthshire. Putra pertama mereka bernama
David Gordon Rowling Murray, lahir
pada 24 Maret 2003. Joanne bahkan sempat vakum menulis Harry Potter and the Half-Blood Prince demi menjaga David.
Rowling bersama suaminya Dr. Neil Murray di ajang Galaxy British Book Awards, 9 April 2008,London, Inggris. |
Rowling juga berteman dengan Sarah Brown, istri dari mantan Perdana Mentri, Gordon Brown. Mereka
awalnya bertemu disebuah acara penggalangan amal. Pertemanan mereka semakin
erat saat Rowling menjadi orang pertama yang menjenguk Sarah di Rumah sakit
saat melahirkan putranya, Fraser, di 2003. Berikutnya, anak terakhir Joanne,
bernama Mackenzie Jean Rowling Murray, lahir pada 23 Januari 2005, dan
Rowling mempersembahkan novel Harry
Potter and the Half-Blood Prince
khusus untuk putrinya tersebut.
Meskipun telah menikah lagi, Joanne masih saja
khawatir jika suami pertamanya, Jorge Arantes, kerap mengganggu kehidupannya
yang sekarang. Pernah suatu waktu, saat selesai menjalani pengobatan, Arantes
berkomentar dalam sebuah wawancara kalau ia mengusir sang istri karena ia tak
mau diatur ditambah lagi dengan suara tangisan sang bayi. Beruntung wawancara
tersebut tidak sampai menjadi berita utama media.
Setelah kejadian itu, Arantes lalu minta maaf atas
ucapannya tersebut. Dalam sebuah wawancara dengan Media Inggris, ia menyatakan
permintaan maaf yang tulus kepada Joanne. Dipagi harinya, Rowling bisa bernafas
lega saat membaca berita wawancara dari mantan suaminya itu dan untuk pertama
kalinya Joanne akhirnya bisa membeli sebuah cincin dengan Aquamarine yang sesuai dengan warna matanya yang akan selalu
mengingatkan bahwa tak akan ada lagi orang yang bisa menyakitinya.
Segalanya
mungkin, selama kita masih hidup. – J.K. Rowling
Diwaktu senggangnya, Rowling senang membawa anaknya
jalan-jalan. Sebagai sosok yang kreatif, ia senang menggambar dan mendengarkan
musik. Tapi yang paling disukai Rowling ialah Memasak. Rowling seorang penyuka
warna Pink dan makanan favoritnya adalah Sushi, dan cukup suka dengan menu
Babat. Uniknya Rowling suka dengan suara deburan ombak dilaut dan suara dengkuran
suaminya. Ia memang suka mendengarkan suara dengkuran suaminya saat akan tidur.
Oh iya, Olahraga Favorit Rowling ternyata Quidditch,
lho!. Dan yang paling ia sukai dari diri seseorang adalah Keberanian!.
Joanne terkadang masih sering bersikap sentimental,
bahkan uang tak bisa menghilangkan sifat tersebut. Joanne adalah orang yang
pasti menangis terlebih dahulu sebelum menulis kisah kematian tokoh dalam
novelnya.
Joanne
Rowling adalah sosok wanita anggun yang telah melalui proses panjang untuk
mencapai kesuksesan. Banyak hambatan yang ia lalui namun itu semua tak bisa
mengalahkan semangat dan kemauan yang dimilikinya. Kisah J.K. Rowling adalah
sebuah contoh betapa pentingnya kita untuk terus berusaha karena setiap
peristiwa yang kita alami bisa jadi merupakan langkah awal kita menuju
kesuksesan. Nah, Semoga kisah sukses dari J.K. Rowling bersama kisah Harry Potter, diatas bisa menginspirasi
kita semua untuk ikut meraih jalan kesuksesan. Amin Ya rabb.. (MY).