Henry J. Heinz, pendiri The H. J. Heinz Company |
Kisah sukses kita kali ini akan membahas biografi Henry J. Heinz, pendiri The H. J. Heinz Company. Sudah bukan
rahasia lagi kalau semua biografi orang-orang sukses memiliki alur yang sama –
bahwa mereka memulainya dari nol dan mencapai kejayaan seorang milyuner melalui
proses dan kerja keras yang luar biasa. Saat ini Heinz Company menjadi salah satu perusahaan food processing terbesar didunia. Sebagai gambaran, enam dari
sepuluh botol saos tomat yang terjual di Amerika adalah produk Heinz, dengan
penjualan saos tomatnya meliputi 30% dari total penjualan perusahaan. Selain saos
tomat, Heinz Company juga memproduksi berbagai macam produk hebat lainnya.
Masa kecil Henry J. Heinz
Nenek moyang Henry J. Heinz pada awalnya tinggal di
Jerman dan memproduksi Wine (minuman
anggur). Ayahnya, John Henry Heinz,
lahir di Jerman. Tidak heran sang ayah menghabiskan masa kecilnya di daerah
perkebunan anggur. Pada usia 19 tahun, John Heinz bergabung di kemiliteran dan
saat selesai disana, dia lalu memutuskan untuk pindah ke Amerika Serikat.
Anggota keluarga lainnya tidak pernah tahu alasan mereka mesti pindah ke
Amerika, secara keluarga Heinz bukanlah orang yang miskin, jadi tidak
mungkinlah ayah Henry pindah ke Amerika hanya untuk menjadi kaya. Meskipun
kebanyakan orang pindah ke Amerika dengan alasan menjadi kaya, namun hanya orang Jerman saja yang berani
berimigrasi kesana dikarenakan ada sanak saudara yang sudah menetap disana.
Tapi bagi John H. Heinz yang tidak punya keluarga di Amerika, imigrasi kesana
terlalu beresiko, tapi John H. Heinz berani mengambil resiko itu.
Diusia 21 tahun, John bersama imigran lainnya
menetap di penampungan para imigran Jerman di Pittsburgh, Pennsylvania. Disana dia mulai membangun usaha kecil
pembuatan batu bata. Disitulah John bertemu dengan calon istrinya, seorang
gadis sederhana, pekerja keras, dan religius, bernama Anna Margaret Schmidt. Pada umur 20 tahun, Anna pindah ke Amerika
dari rumahnya di Hessen, Jerman. Pada
masa itu seluruh imigran Jerman mesti tinggal di tempat yang sama, bahkan
setelah menikah, mereka harus tetap berada dalam komunitas. Anna dan John
akhirnya menikah dan dikaruniai enam orang anak – dimana putra pertama mereka
diberi nama Henry John Heinz.
Henry John Heinz lahir pada 11 Oktober 1844, dilingkungan keluarga pekerja keras. Pekerjaan
pertamanya adalah bidang hortikultura disaat ia masih kecil. Sang ibu selalu
ngobrol dengan Henry menggunakan bahasa Jerman dan itu dipelajari oleh Henry
yang dikemudian hari menjadi nilai tambah baginya. Saat ia berumur 6 tahun, dia
sudah mulai ikut membantu pekerjaan rumah dan taman. Pada usia sembilan tahun,
Henry tertarik dengan pembuatan Acar dan mulai menjual sendiri acar parutan
lobak di pusat kota Pittsburgh.
Meskipun banyak anak lain seumuran Henry yang juga harus bekerja keras, namun
Henry sadar kalau apa yang dilakukannya saat itu bisa menjadi langkah awal dalam
membangun karir, dimana anak yang lain bekerja dengan tujuan hanya untuk
membantu orang tua mereka.
Saat berumur 10 tahun, orang tua Henry mewarisinya
tanah seluar 3.000 m2 dan ketika berusia 12 tahun ia sudah menjadi pemilik
tanah seluas 12.000m2 yang cocok untuk dijadikan lahan untuk menanam sayuran.
Berkebun kemudian menjadi aktivitas favorit Henry, kadang dia menghabiskan
waktu seharian untuk berkebun. Beberapa tahun kemudian, Henry mulai menjual
hasil kebunnya ke pedagang yang biasa menjual sayur dan buah ke penduduk di Pittsburgh. Akhirnya, dengan
kegigihannya, Henry mulai mengembangkan usahanya. Warga saat itu sudah bisa
membeli acar lobak langsung di toko Henry. Rasanyapun sudah dikenal luas oleh
warga dikarenakan ia selalu memakai resep ibunya dalam membuat acar lobak.
Saat Henry J. Heinz masih kecil, membohongi pembeli
adalah hal yang wajar dalam praktek bisnis di Amerika. Salah satu koran lokal
waktu itu menulis, “Dalam kemasan acar
lobak terdapat banyak lobak dan air bercampur potongan kayu diluar perkiraan
kita”. Oleh karena itu, untuk menunjukkan kualitas produknya, Henry
kemudian mengemasnya kedalam toples kaca. Konsep keterbukaan dan mutu yang baik
menjadikan produk Henry disukai banyak orang sehingga menaikkan popularitas acar
parut Heinz yang ia jual.
Setelah Henry J. Heinz lulus SMA, perkebunannya
bertambah luas sehingga dia harus menyewa tenaga kerja lebih banyak lagi. Pada
1861, saat Henry berumur 17 tahun, ia sudah meraup keuntungan sebesar 2.400 US
Dollar (atau setara dengan 43.000 US Dollar untuk saat ini).
Ibu Henry, Anna Margaret Schmidt, senang dan
selalu mendukung Henry terutama saat ia gagal; Ibunya tahu bagaimana cara
memberi semangat ke Henry dan membuatnya percaya diri kembali. Ia juga mengajarkan teknik berkomunikasi yang
baik kepada Henry. Anna Margaret Schmidt merupakan wanita yang sangat religius,
oleh karena itu ia sangat ingin anaknya nanti bisa menjadi seorang
pendeta-untuk itu dia sering membawa Henry ke sekolah agama, Lutheran School. Sayangnya, Henry
kurang tertarik dengan bidang itu. Dia merasa jenuh dengan deretan meja dan
situasi di kelas, sehingga ia meninggalkan Lutheran School dan pindah ke
sekolah bisnis di salah satu sekolah keuangan
terkemuka di Amerika – Duff’s
Mercantile College. Henry membiayai sendiri kuliahnya menggunakan uang
penjualan hasil perkebunannya. Saat kuliah, Heinz belajar cara membuat laporan
keuangan perusahaan yang kemudian ia gunakan untuk membuat sendiri laporan
keuangan bisnis yang dimilikinya.
Setelah lulus dari Duff’s Mercantile College, Henry lalu bekerja di perusahaan batu
bata milik ayahnya. Disana ia belajar cepat bagaimana mengelola usaha batu
bata, membuat beberapa perubahan dalam
produksi bata dan yang paling utama, bagaimana cara mendapatkan kembali dana
dari para penyetor pajak. Tiba tiba ayahnya sadar kalau selama ini ia
tergantung pada anaknya yang sudah menjadi tenaga kerja yang hebat. Henry
mengurus semua tugas akunting dengan sangat antusias, berbeda dengan ayahnya
yang lebih cocok menjadi seorang pekerja seni dibanding pengusaha.
Hingga pada 1864, Henry yang berumur 20 tahun,
sudah mampu mengelola usaha tersebut sendirian. Hebatnya ia mampu mengembangkan
usaha batubata sementara ayahnya ke Jerman menengok sanak saudara disana.
Lambat laun usaha batubata mereka memberikan pemasukan yang luar biasa dan
keluarga Heinz akhirnya pindah ke sebuah villa yang dibangun dari batu bata
hasil produksi pabrik mereka.
Heinz & Noble
Setelah dewasa, Henry J. Heinz ternyata masih
menaruh minat dengan resep ibunya. Ia
lalu bereksperimen dengan resep itu dan mengembangkannya. Heinz juga senantiasa
mencoba bisnis baru dan saat itu ia mencoba memulai usaha makanan kalengan.
Pada 1869, bersama dengan teman dan tetangganya, L. Clarence Noble, ia lalu mendirikan perusahaan bernama Heinz & Noble. Perusahaan tersebut
menyuplai bahan makanan ke banyak restoran dan kafe, seperti: Asinan kubis,
Lobak parut, acar, dan produk lainnya. Henry sadar, saat itu banyak orang yang
kurang percaya dengan produk kalengan akibat banyaknya kasus keracunan makanan,
sehingga waktu itu ia tidak mencantumkan label perusahaan di kemasannya.
Pertama kali ia mengirim sampel produknya menggunakan label palsu dan jika itu
berhasil baru ia menempelkan label perusahaannya.
Rumah keluarga Heinz, disinilah usaha itu dimulai, 1869. |
Keputusannya menjual produk “siap olah” saat itu
adalah tepat. Pabrik baja sangat berkembang di Pittsburgh pada zaman itu dimana
sebagian besar buruh pabrik bekerja 12 jam sehari dan tidak ada waktu untuk
memasak makanan. Para buruh itu lebih memilih membeli makanan yang langsung
bisa dimakan. Ada lebih dari 60 perusahaan yang memanfaatkan peluang tersebut
dan mulai menjual berbagai macam produk “Siap Olah”.
Ditahun yang sama pula, pada 1869, Henry menikah
dengan Sarah Sloan Young. Sarah
menjadi generasi pertama Amerika yang berkeluarga dengan keturunan
Scotlandia-Irlandia, dan dalam aturan gereja, Henry sebagai pihak yang
diundang. Merekapun menikah setelah mendapat restu dari ibu Henry dan
dikaruniai empat orang anak, tiga putra – Clarence,
Clifford, Howard, dan seorang putri – Irene.
Perusahaan Henry & Nobel berhasil meraup
beberapa ribu dollar sejak setahun berdiri. Demi bisa bersaing dengan
perusahaan lain, diperlukan tidak hanya produk berkualitas tinggi, tapi juga
persediaan barang yang selalu ada. Bagaimana caranya?. Pertama, Produksinya
harus banyak. Untuk itu, Rumah Heinz, yang dibiarkan kosong sejak mereka pindah
ke Villa baru, mereka rombak menjadi
tempat produksi barang Heinz & Nobel pada 1874. Henry juga mengupah
beberapa ibu rumah tangga keturunan Jerman untuk bertugas mencuci dan
mengalengkan sayuran. Kedua, selama musim panas, mereka membuat kontrak
kerjasama agar dapat membeli seluruh hasil pertanian para petani lokal dengan
harga tetap. Dengan cara itu, mereka
berhasil menghemat uang khususnya saat cuaca kurang baik di musim panas dan
dimusim semi saat biaya pertanian meningkat drastis. Heinz & Noble juga
membeli Kuda dan mobil Van demi memudahkan pengiriman sayuran. Mereka juga
membeli pabrik untuk memproduksi Cuka di St.
Louis, Missouri. Perusahaan mereka sukses besar dan Henry menjadi seorang
pengusaha kaya raya, yang pastinya mampu menafkahi seluruh keluarganya.
Semuanya berjalan baik dan mereka sudah berharap
memperoleh keuntungan lebih banyak lagi, tapi sesuatu yang diluar perkiraan
terjadi – Panen Mentimun waktu itu sangat banyak hingga memecahkan rekor jumlah
panen saat itu. Perusahaan mereka tidak punya cukup modal kerja untuk memenuhi
jumlah kontrak yang sudah mereka buat dengan para petani. Memang mereka bisa
saja meminta pnjaman ke Bank, tapi pada 1875, terjadi krisis keuangan di
Amerika Serikat yang menyebabkan seluruh sistem perbankan lumpuh. Para petani
kemudian menuntut perusahaan Heinz & Nobel ke pengadilan, yang menyebabkan
perusahaan mereka masuk dalam daftar 5.000 perusahaan bangkrut. Seluruh aset
perusahaan harus dijual untuk menutupi kerugian para petani, ditambah lagi koran
The Pittsburgh Leader waktu itu
memberitakannya secara besar-besaran.
Runtuhnya
Perusahaan dan terobosan baru mereka
Setelah membaca headline
surat kabar berjudul “Trio dalam Acar” diharian The Pittsburgh Leader, Clarence Noble menyatakan tidak ingin lagi
mendengar sepatah katapun mengenai usaha pribadi. Apalagi kondisi Henry saat
itu yang dalam kondisi stress serius membuatnya butuh waktu lama untuk pulih
kembali. Natal tahun 1875 merupakan hari terburuk dalam hidup Henry, ia bahkan
tidak mampu membelikan hadiah natal untuk anak-anaknya. Heinz sangat depresi
sampai-sampai ia tidak turun dari ranjangnya selama beberapa bulan. Dalam
situasi sulit seperti itu, ibunya yang baik dan bijaksana, tetap memberikan
dukungan dan nasehat yang langsung menggugah hati Henry. Demi membantu putranya
saat itu, ibu Henry bahkan menyerahkan seluruh tabungannya ke Henry agar ia
memulai usaha barunya kembali.
Karena ibunya, Henry kemudian menggunakan uang itu
dengan bijak. Ia lalu mendaftarkan Heinz
Food Company atas nama keluarganya (Ibu, sepupu dan saudaranya John). Perusahaan
itu kembali memproduksi dan menjual saos serta acar. Meskipun Henry sebagai
Kepala perusahaan, namun berdasarkan hukum ia tidak diizinkan mengelolanya karena
sang ibu-lah pemilik saham perusahaan terbesar. Usaha Heinz lambat laun berkembang
menjadi usaha keluarga bahkan acara makan malam keluarga kadang disulap menjadi
rapat perusahaan . Henry berjalan kaki sendirian ke ladang miliknya guna
mengecek kondisi disana. Suatu ketika, Henry membeli seekor kuda dari uang
tabungannya. Namun sayang, itu menjadi sia-sia, karena kuda yang ia beli
ternyata buta.
Saos kebanggaan
bangsa Amerika
Kondisi yang dialami Henry, pengusaha berusia 31
tahun tidaklah mudah. Ia harus memulai tidak hanya dari nol tapi ia juga mesti
melunasi hutang perusahaan sebelumnya. Henry John Heinz mesti bekerja keras sendirian
mengemas toples demi membayar hutang. “Waktu
itu bagaikan kaki dikepala, kepala dikaki” kenang Henry dalam diarynya
berjudul “Panic Times”
Henry menggaris bawahi kesalahan yang ia buat, dan
dari catatannya itu ia mengambil kesimpulan bahwa kesalahan biasanya ada pada
proses menanam sayuran. Dia akhirnya
mendapatkan solusi bahwa Heinz Food Company harus mempunyai lahan sendiri untuk
mengontrol seluruh alur produksi mulai dari menanam sayuran, memanen hingga
proses pengiriman produk ke pasaran. Itu merupakan satu satunya jalan jika
ingin menjaga kualitas produk serta demi mengurangi resiko gagal yang
disebabkan krisis ekonomi saat itu.
Meskipun begitu, usaha yang dibangun atas dasar
ekonomi alami pasti akan gagal jika biaya produksinya tidak sebanding dengan
spesialisasi perusahaan. Untuk itu ia harus fokus ke kualitas. Dari buku
biografi Henry J. Heinz dikisahkan kalau ia pernah mencoba memproduksi mustard, meskipun diawal 1876, Henry
menguasai pangsa pasar produksi saos tomat, yang nanti lebih dikenal dengan
nama Ketchup.
Konon kabarnya sajian khas Cina bernama “Ke-tsiap”
(sejenis saos dalam ikan kaleng) merupakan bentuk awal dari saos tomat yang
diperkenalkan Heinz ke dunia dengan sedikit modifikasi. Padahal fakta
sebenarnya tomat pasta waktu itu sudah banyak yang jual. Masyarakat kala itu
sangat menghindari yang namanya tomat pasta dikarenakan mereka tidak percaya
dengan kualitasnya (padahal zaman dimana tomat dianggap beracun sudah lama lewat). Semua itu karena cerita
ditahun 1776 yang diketahui oleh semua warga Amerika, dimana seorang juru masak
setia presiden berusaha meracuni George Washington dengan makanan yang terbuat
dari tomat. Namun kisah itu beredar sebelum tahun 1820.
Sejak 1880, botol kemasan saos tomat Heinz mengalami beberapa kali perubahan |
Saos tomat dibuat dari tomat segar yang tumbuh di
ladang Heinz di Pennsylvania
(sehingga orang jadi percaya kalau mereka hanya memakai buah tomat pilihan),
dan metode itu berhasil. Cita rasa Saos tomat mereka sangat disukai konsumen,
selain karena perbaikan dirasa juga tersedia dalam beragam jenis produk – Dari
saos hingga pasta.
Ada kisah
menarik pada 1896, saat perjalanan dengan kereta api di New York City, Henry J.
Heinz sempat melihat papan iklan dengan tulisan “21 model sepatu”, yang
menurutnya merupakan sebuah ide brilian.
Meski Heinz saat itu telah memproduksi 60 jenis produk, namun ia merasa 57
adalah angka keberuntungannya, jadilah ia memakai slogan “57 Varian” di semua
iklannya. Saat ini perusahaan Heinz telah memproduksi lebih dari 5.700 produk
diseluruh dunia, tapi masih memakai angka keberuntungannya “57”.
Henry terus mengembangkan usahanya, mulai dari saos
tomat kemudian menyusul produk lainnya seperti saos yang terbuat dari cabe
merah dan hijau, cabe rawit, sari apel, minyak zaitun, acar bawang dan kembang
kol, acar dan kacang panggang.
57 Varian produk Heinz, semuanya produk alami. merupakan materi iklan Heinz tahun 1909 |
Henry mulai percaya diri pasca kebangkrutan yang ia
alami sebelumnya. Waktu krisis ekonomi kemarin, dimana Henry berhutang banyak
pada para petani dan pedagang di Pittsburgh, ia pernah berjanji bakal melunasi
semua hutangnya, meskipun faktanya jika dalam kondisi bangkrut ia tidak perlu
melunasi semua hutangnya itu. Ketika penghasilannya tumbuh pesat, Henry
menepati janjinya dan melunasi seluruh hutangnya dalam jangka waktu lima tahun.
Setelah itu, Henry Heinz kemudian menjadi pemilik sah dari perusahaan dan
membangun kantor pusatnya di Pittsburgh,
Pennsylvania, Amerika Serikat.
Produk
berkualitas dan Motivasi para pekerja
Henry terus berusaha meningkatkan kualitas produknya. Untuk itu ia menjalankan beberapa
sistem quality control, menerapkan
teknologi baru, dan rutin memperbaharui kemasannya. Ia percaya bahwa tampilan
produk mewakili kualitasnya. Henry tahu kalau pembeli kurang yakin dengan
makanan yang dikemas dalam toples buram. Pembeli harus bisa melihat langsung
produk yang ada dalam kemasan, makanya ia kemudian mengemas saos tomat kedalam
botol kaca. Kemasan baru tersebut ternyata ada
plus minus-nya. Memang dengan botol kaca, pembeli bisa langsung melihat segarnya
warna merah saos tomat didalamnya disamping mampu meyakinkan kredibilitas
perusahaan dimata publik, tapi disisi lain warna saos tomat sering berubah agak
gelap dan kurang enak dilihat. Tim sumber daya Heinz lalu mencari solusinya
dengan menempelkan label disekeliling leher botol.
Beberapa kali perusahaan meningkatkan produksi seiring dengan
penambahan tenaga kerja yang kemudian menjadi masalah baru. Di musim panas
1892, buruh pabrik Carnegie steel company
yang berada di Pittsburgh, Pennsylvania
terlibat bentrokan dilokasi kerja mereka. Sepuluh pekerja tewas saat bentrokan
dengan petugas security pabrik, dan
puluhan lainnya luka-luka. Demi mengakhiri konflik ini, Gubernur Pennsylvania
menempatkan pasukan militer dalam kota.
Henry J. Heinz terkejut dengan kebijakan itu, ia
segera memperbaiki kondisi kerja dipabriknya. Karyawan Heinz diberikan banyak
waktu istirahat dalam sehari kerja, mereka juga dibolehkan mandi saat
pergantian shift, Semua pekerja wanita diberikan celemek dan topi baru, buruh
yang bertugas mengupas mentimun mendapat layanan manicure sekali seminggu
secara cuma-cuma. Plus seluruh pekerja pabrik mendapatkan jaminan layanan
kesehatan.
Suasana kerja pabrik Heinz dimana ia memberikan kenyamanan penuh pada karyawannya |
Ada atmosfer kekeluargaan di pabrik Heinz bahkan
mereka sudah memiliki kelompok hobi dan paduan suara yang menjadikan karyawan
merasa nyaman, meskipun Henry memberlakukan persyaratan kebersihan yang cukup
ketat disana. Tak satupun perusahaan produsen makanan yang mengalahkan
perusahaan Heinz dalam hal kebersihan. Hal itu tak hanya diterapkan di pabrik
saja tapi juga berlaku pada proses penanaman sayuran dan buah di ladang. Semua
itu menjadikan Henry John Heinz sebagai pengusaha pertama yang memproduksi
makanan organik. Heinz juga tidak pernah menggunakan bahan pengawet kimiawi
pada produknya. Henry tak pernah menganggap pabrik lain adalah saingannya dalam
hal kualitas, satu satunya saingannya adalah para ibu rumah tangga.
Iklan produk Heinz
Henry J. Heinz rutin berkeliling antar negara
dengan kereta mempromosikan produknya. Ia merasa pembeli harus mencoba
produknya terlebih dahulu sebelum membelinya. Semua toko Heinz menyediakan
“barang contoh” setiap produk. Henry bahkan menciptakan sendok karton yang bisa
langsung dibuang setelah digunakan mencoba produk. Henry sanggup bepergian
beberapa kali dari Pittsburgh ke New York dalam sehari, yang ia sebut sebagai
“sekolah kehidupan”. Ia juga menyempatkan diri mencatat segala hal dalam
perjalanannya.
Salah satu poster iklan Saos tomat, Henry |
Pada 1893, Heinz ikut dalam event The World’s Columbian Exposition di
Chicago. Ia diberi tempat di lantai tiga ruang pameran. Stand Heinz termasuk
tempat yang kurang strategis, pengunjung pameran malas untuk naik kelantai
tiga. Untuk mensiasatinya, Henry punya ide yaitu dengan membuat dan menyebarkan
label tulisan berwarna emas, dimana pengunjung
dapat menukarkan label tersebut dengan hadiah gratis di stand lantai tiga,
dengan cara itu mereka bisa menarik minat pengunjung pameran. Lalu kira-kira apa
yah, yang dirasakan oleh para pengunjung pameran yang mendapat label Heinz?.
Merasa akan mendapat hadiah gratis, para pengunjung
lalu naik ke lantai tiga. Disana, hal pertama yang mereka lihat adalah susunan
kaleng dan botol produk Heinz yang dipajang dalam model piramid. Berkat ide
Henry itu, produk Heinz menjadi bintang di ajang pameran produk tersebut.
Papan iklan
Neon mulai diperkenalkan di Amerika Serikat pada awal abad ke-20, dan Henry J.
Heinz merupakan orang pertama yang menggunakan papan iklan neon untuk
mempromosikan perusahaannya keseluruh negara.
Kerajaan Tomat
Metode bisnis yang dipakai Heinz berhasil
mendatangkan hasil yang sangat menguntungkan dan tentu saja perusahaan pesaing
mulai mengikuti konsep tersebut. Salah satu metodenya adalah Saat Heinz membeli
semua toples kaca kosong milik warga kota, yang sebagian besar ia gunakan
kembali untuk diproduksi dan sisanya ia tenggelamkan ke sungai menggunakan
perahu tongkang, sehingga tak ada lagi yang bisa memakai toples itu .
foto bangunan kantor utama H.J. Heinz company di Pittsburgh, Amerika. |
H.J. Company seutuhnya menjadi bisnis keluarga –
banyak keluarga dan kerabat Henry dipekerjakan disana. Ia juga mengajari semua
putranya cara menjalankan usaha dimana akhirnya mereka resmi bekerja di
perusahaan Heinz (Mereka mulai sebagai tenaga penjualan lalu naik ke posisi
manajemen)
Meskipun Heinz memperlakukan karyawannya dengan
sangat baik, tapi ia juga bisa tegas jika melihat ada karyawan yang tidak
bekerja dengan baik. Pernah sekali ia memecat saudaranya, John, dikarenakan
hasil kerjanya yang buruk (John sering terlambat dan lamban bekerja), dan Heinz
kadang harus mengambil keputusan berat seperti itu. Keluarga lainnyapun mau
tidak mau harus bekerja sebaik mungin atau sejajar dengan karyawan lainnya.
Musim dingin 1886, Keluarganya
mengajak Henry J. Heinz untuk ikut serta ke Eropa. Setibanya di London, heinz
segera mengunjungi manajer penjualan, Fortnum
& Mason Department Store, yang merupakan supplier alat rumah tangga bagi keluarga kerajaan. Disana ia
mendemonstrasikan seluruh produknya.
“Kami yakin, Mr. Heinz. Kami akan membeli semua produk anda” ujar sang
manajer. Sejak itu, Inggris menjadi negara pertama diluar Amerika yang menjual
produk Heinz. Setelah sepuluh tahun, penjualan disana meningkat sehingga
memaksa Henry untuk membuka kantor cabang yang lokasinya dekat dari Menara
London. Berikutnya, ia mulai membangun pabrik dan membeli banyak lahan
pertanian disana, oleh karena itulah banyak warga inggris yang mengira kalau
Heinz merupakan produk asli dari Inggris.
Sejak saat itu, Produk Heinz masuk ke pasar
internasional, disaat banyak barang asal Amerika belum dikenal luas di Eropa.
Perjalanan sejarah H.J. Heinz Company dan biografi Henry John Heinz saat ini banyak
dipelajari dan menjadi contoh sebuah usaha yang sangat sukses.
Sarah Heinz House
Pada 1898, Henry meninggalkan Amerika untuk
mengunjungi keluarga lamanya di Jerman. Waktu itu ia bersama istrinya, Sarah
Sloan Young Heinz, yang berharap bisa memeriksakan sakit dadanya kepada dokter
di Eropa. Sejak saat itu, Heinz rutin berkunjung ke kampung halamannya setahun
sekali. Pekerjaanlah yang memaksa Henry untuk rutin berkeliling dunia, tapi ia
pasti menghabiskan masa liburannya di Jerman.
Segera setelah keluarga Heinz balik ke Amerika.
Kondisi Sarah tetap tidak membaik setelah kunjungan ke Eropa – sakit didadanya
cuma agak berkurang. Dari hari kehari kondisi istri Henry semakin buruk, dan
akhirnya meninggal dunia diusia 51 tahun. Setelah sang istri meninggal dunia,
Henry kemudian membangun “Sarah Heinz
House” guna mengenang mendiang istrinya. Saat ini bangunan tesebut menjadi ‘Youth Center’ (dimana sering
diselenggarakan hiburan dan olahraga disana). Henry diketahui tidak pernah
menikah lagi setelahnya.
Gedung Sarah Heinz House |
Perang Dunia I dan Meloloskan diri dari Jerman
Setiap tahun Henry J. Heinz berlibur ke sebuah
resort yang menawan bernama “Bad
Kissingen” di negara asalnya, jerman. Pernah suatu kali ia kesana dimusim
panas tahun 1914, dan ia tidak menikmati liburannya disana. Saat itu ia
tiba-tiba dilarang meninggalkan hotel, dikarenakan ia berstatus warga negara
Amerika. Berikutnya tersiar kabar kalau ribuan tentara Jerman sedang bergerak
menuju Bad Kissingen. Perang Dunia I baru saja dimulai. Henry dengan susah
payah meloloskan diri dari Jerman melewati Belanda dan tak pernah kembali lagi
kesana.Ia bahkan ikut bersuara agar Amerika ikut terlibat dalam perang melawan
rezim tentara Jerman. Perang Dunia I Membawa banyak perubahan bagi komunitas
Jerman di Amerika. Surat kabar Jerman tahun 1917 memberitakan, jumlah sekolah
Jerman di Amerika dikurangi bahkan para siswa dilarang berbahasa Jerman. Bagi
kebanyakan imigran yang tidak fasih berbahasa inggris, hal itu menjadi mimpi
buruk. Pada 1920, kondisi mulai membaik, tapi tidak pernah pulih seperti
semula. Sejak itu Keluarga Heinz berhenti memakai bahasa Jerman dan memutuskan
hubungan dengan negara Jerman.
Pada usia 75 tahun, Henry tidak ingin berhenti
bekerja. Dia masih sering mengunjungi pabriknya, mengawasi jalannya perusahaan.
Adanya cucu menjadikannya sangat bahagia. Kesebelas cucunya senang bepergian
bersama kakek Henry berkeliling dunia. Traveling sudah menjadi hobi Henry, ia
bahkan membangun Dermaga Heinz di Atlantic City, New Jersey (saat ia muda).
Disitu Henry memamerkan produk makanan Heinz sekaligus tempat ia menyimpan
semua benda seni dan souvenir mahal yang diperolehnya saat bepergian. Henry
John Heinz sangat menyukai arloji dan kaleng unik – ada banyak koleksi itu
tersimpan didalam aula pameran miliknya. Dermaga Heinz juga menyediakan dapur peraga yang dilengkapi
dengan beragam jenis minuman gratis untuk dicoba. Sayangnya, dermaga itu hancur
karena badai ditahun 1944.
Pintu masuk 'Dermaga Heinz', Atlantic City, New Jersey |
Henry J. Heinz jatuh sakit dan akhirnya meninggal
dunia akibat pneumonia di usia 74
tahun. Karyawannya saat itu mengumpulkan uang dan membuatkan monumen untuknya,
yang saat ini masih bisa kita temui di gedung utama perusahaan Heinz. Sebelum
meninggal, Henry berpesan agar dibangunkan gereja untuk menghormati ibunya.
Saat ini, gereja tersebut bisa kita temukan di kampus Pittsburgh.
Warisan Henry J. Heinz
Setelah kematian Henry J. Heinz, anaknya yang
bernama Howard Heinz mengambil alih
manajemen usaha. Dalam bekerja, ia tetap melanjutkan prinsip dasar dari sang
ayah: Perusahaan harus melaksanakan seluruh alur produksi dari awal hingga
akhir. Prinsip tersebut menjadikan perusahaan Heinz tidak hanya mampu bangkit
dari depresi berat tapi juga menjadi produsen makanan bayi dan sup instant
nomor satu dimana permintaan pasar sangat banyak dimasa sulit seperti itu.
Pertumbuhan Penjualan dan pengaruh H.J.Heinz Company semakin besar dari hari
kehari. Howard Heinz berhasil membuktikan dirinya sebagai manajer yang kompeten
mampu mengantisipasi gejolak pasar.
Sayangnya, kebanyakan hasil pertanian baru
menggunakan benih yang dibeli, sehingga H.J Heinz Company mengalami hambatan,
dikarenakan mereka tidak lagi menggunakan herbisida untuk menanam sayur dan
buah-buahan. Hal ini secara otomatis menguntungkan para kompetitor.
Saat ini, tercatat bahwa Henry John Heinz merupakan
perwakilan terakhir keluarga Heinz yang menempati posisi pemimpin perusahaan.
Seorang manager direkrut untuk posisi CEO Heinz, meskipun keluarga Heinz masih
memiliki pengaruh sejak mereka menjadi pemegang saham terbesar perusahaan. Pada
Februari 2013 perusahaan Heinz dibeli oleh perusahaan Berkshire Hathaway (milik Warren Buffett) bersama dengan
rekanannya, 3G Capital (milik
milyuner asal Brazil, Jorge Paulo Lemann) senilai 28 miliar USDollar. Penjualan
itu menjadi penjualan produk makanan terbesar sepanjang sejarah. Pada 2012,
sekitar 32.000 orang bekerja di pabrik Heinz di seluruh dunia. Pendapatan
perusahaan mencapai 11,64 juta US Dollar ditahun 2012. Saos tomat Heinz telah
tersebar keberbagai penjuru dunia. Posisi CEO H.J. Heinz Company saat ini
dipegang oleh Bernardo Vieira Hees, sejak 10 Juni 2013.
Henry John Heinz pernah berujar, “Karena aku dulu tidak menjadi pendeta, makanya
aku mencari jalan lain untuk berbuat kebaikan bagi umat manusia”. Saat ini
kita semua setuju kalau Henry telah berhasil mewujudkan impiannya. Semoga
Biografi dari seorang Henry J.Heinz ini beserta kisah kesuksesan H.J. Heinz
Company bisa menginspirasi kita semua dalam menemukan sesuatu yang baru.
(MY/translated by).