Coco Chanel, Tokoh paling berpengaruh di dunia Fashion |
Kisah sukses kita kali ini akan mengangkat kisah
biografi dari seorang legenda wanita bernama Coco Chanel. Seorang wanita yang
sangat berbakat yang juga seorang desainer fashion
kreatif yang mampu mengubah wajah dari dunia fashion saat ini. Nah,
Selamat membaca biografi ini, khusus hanya di blog myuta22.
Coco Chanel (1883 – 1971) adalah seorang desainer fashion terkenal asal Perancis, pendiri
sebuah kerajaan fashion di awal
abad-20. Lahir dengan nama asli Gabrielle Chanel, wanita ini merupakan pendiri
rumah mode yang sangat terkenal, The
House of Chanel, dimana kekayaannya saat ini mencapai 15 juta USD.
“Fashion itu
adalah ketika seseorang mengenakan busana yang hanya dimiliki oleh dirinya
sendiri. Orang menjadi tidak fashionable manakala orang lain juga mengenakan
busana yang ia pakai” begitulah kalimat yang diucapkan oleh Oscar Wilde. Namun pernyataan tersebut
dipatahkan oleh Coco Chanel dipertengahan abad ke-20 yang mempopulerkan fashion dalam gaya busana “Little Black
Dress (LBD)” semacam busana malam warna hitam dengan bawahan pendek atau biasa
disebut Cocktail Dress. Sebegitu
besarnya pengaruh gaya busana Chanel hingga semua wanita dari segala macam
strata sosial tak segan-segan mengenakan busana hasil rancangannya.
Permulaan, Karir dan Cinta Pertama
Sedikit yang bisa kita ketahui dari masa kecil
seorang Gabrielle Bonheur Chanel. Ia
lahir pada 19 Agustus 1883, di Saumur,
Perancis, di keluarga pedagang. Sang ayah bernama Albert Chanel bersama kekasihnya Eugénie Jeanne Devolle. Albert saat itu menikahi Jeanne Devolle
beberapa tahun kemudian setelah Coco Chanel lahir. Saat itu mereka tak punya
rumah tinggal tetap. Saat kondisi negara mulai membaik, kadang mereka menetap
disebuah lahan peternakan dan tinggal disebuah gubuk tua yang ditinggalkan
pemiliknya. Ibu Coco adalah seorang tukang cuci disebuah rumah sakit Yayasan
yang dimiliki oleh paguyuban perempuan sementara sang ayah adalah pedagang yang
menjual barang campuran dipinggir jalan pasar.
Mademoiselle
Chanel yang legendaris sebenarnya malu dengan kisah masa kecilnya yang
penuh haru. Ia takut jika wartawan tahu tentang status masa kecilnya yang merupakan
anak yang lahir diluar nikah, juga tentang kematian ibunya yang disebabkan penyakit Bronchitis diumur 31 tahun, juga
tentang ayahnya yang dengan mudahnya menyerah dan menitipkan dirinya
dipenampungan saat ia masih berumur 12 tahun. Coco Chanel malah menemukan versi
lain dari kisah hidupnya yang menyebutkan bahwa saat ibunya meninggal, ayahnya
lalu hijrah ke Amerika dan Coco tinggal di rumah bersih dan nyaman bersama dua
tantenya, yang sebenarnya itu semua adalah bohong.
Jika kamu dilahirkan tanpa sayap, maka berdiam
diri akan mencegah sayap-sayap itu tumbuh. – Coco Chanel
Selama enam tahun di penampungan Aubazine, Coco sempat belajar keterampilan
menjahit, sehingga akhirnya ia bisa mendapatkan pekerjaan sebagai Tukang jahit.
Selama ia tidak mendapat orderan menjahit, Coco Chanel biasa bernyanyi disebuah
pertunjukan kabaret “La Rotonde”
yang sering dikunjungi para tentara perang. Disanalah Gabrielle menemukan nama
“Coco” sebagai nama panggilannya yang ia ambil dari sebuah lagu terkenal yang
biasa ia nyanyikan, “Qui Qu’a Vu Coco?”.
Saat menginjak usia 20 tahun, Coco Chanel mengambil
kesimpulan bahwa yang utama dalam hidup ini adalah Uang. Hingga kemudian pada
1905, Saat seorang pemuda borjuis dan kaya raya bernama Étienne Balsan hadir dalam kehidupannya, Coco Chanel menyambutnya
dengan senang hati. Baginya, Balsan adalah sosok pria sejati, senang
menghambur-hamburkan uangnya demi kesenangan. Ketika ia diajak tinggal di
kastil milik Balsan, Coco memanfaatkan peluang tersebut sebaik mungkin. Ia
kadang seharian penuh berbaring diranjang sambil minum secangkir kopi susu dan
membaca novel murahan. Sayangnya, Étienne memandang Coco hanya sebagai gadis
biasa yang belum pantas untuk diberikan uang banyak.
Coco Chanel dan Étienne Balsan |
Dimusim semi tahun 1908, Coco Chanel bertemu dengan
salah seorang teman Kapten Balsan, bernama, Arthur Edward “Boy” Capel CBE, seorang atlet Polo asal Inggris,
berambut hitam-lurus dan berkulit kusam. Arthur Capel lalu menyarankan agar
Coco membuka usaha Toko Topi dan ia berjanji akan mendanai toko tersebut. Tak
lama kemudian, mereka berdua menjadi rekanan bisnis serta menjalin hubungan
percintaan.
Coco bersama Kapten Balsan dan Boy Capel |
Tapi bagaimanapun, Coco Chanel tetap harus mengabdi
pada Étienne Balsan, orang yang menolongnya saat merintis karir pertama kali. Étienne
ternyata suka melibatkan Coco Chanel dalam segala hal dengan dalih agar ia bisa
keluar dari Kastil miliknya. Coco lalu tinggal di apartemen yang berada di Malesherbes Boulevard, Paris, dimana ia
bisa bersenang-senang dengan pacar-pacar Balsan yang lainnya. Ditempat itulah
Coco mulai membuat dan menjual topi hasil karyanya. Hal menarik ialah bahwa
semua mantan gadis simpanan Étienne ternyata adalah pelanggan pertama dari Mademoiselle Chanel. Mereka jugalah yang
mempromosikan topi hasil karya Coco Chanel ke teman-teman mereka. Tak lama, Usaha
Coco pun sukses hingga apartemen miliknya tak sanggup lagi menampung para
pembeli.
Sukses pertama usaha Chanel
Pada akhir 1910, Coco Chanel akhirnya putus dengan Étienne
Balsan dan memulai hidup bersama Captain “Boy” Capel. Ditahun itu pula, Coco
resmi menjadi seorang modiste (produsen
topi) dan membuka sebuah butik bernama Chanel
Modes yang berada di 21 Rue Cambon, Paris. Tak lama kemudian,
jalanan tersebut menjadi populer diseluruh dunia dan membuat nama Chanel
menjadi icon fashion selama hampir
setengah abad.
Coco Chanel dan Boy Capel, tahun 1912 |
Pada 1913, Coco Chanel membuka butiknya di Deauville yang dengan cepat menarik
minat para pembeli. Coco yang telah menjadi pembuat topi yang sangat terkenal
kemudian mempunyai impian untuk membuat gaun wanita hasil karyanya sendiri.
Sayangnya pada saat itu ia belum mempunyai hak cipta dalam membuat gaun wanita.
Jika tetap memaksa, maka ia bisa saja dihukum karena melanggar Undang-Undang
persaingan usaha ilegal karena ia belum punya sertifikasi dalam memproduksi
busana. Tapi akhirnya Coco menemukan sebuah solusi. Ia mulai membuat setelan Jersey untuk pabrik yang biasa digunakan
pada baju dalam pria, dan dari sanalah ia bisa memperoleh modal awal untuk
usahanya.
Coco Chanel selalu mendapat dukungan dari anggota
keluarga dekatnya. Salah satunya adalah sang kakak, Antoinette Chanel beserta bibinya, Adrienne Chanel. Keduanya lalu direkrut untuk mendesain model dan
mempromosikan busana produksi Chanel.
Bibi Adrienne (kiri) dan Coco Chanel (kanan) saat di “Chanel Modes” , di jalan 21 Rue Cambon - Paris. |
Seluruh hasil rancangan Chanel, tercipta dengan
sendirinya. Saat merancang, Coco tidak harus membuat fashionnya terlihat Wow!,
tapi ia selalu menyederhanakan detail rancangannya. Ia tak pernah mensketsa
baju rancangannya atau menjahitnya. Biasanya, Coco cuma meletakkan sebuah kain
pada patung manekin kemudian memotong dan menggunting kain dengan asal-asalan
saja sampai ia menemukan bentuk model yang ia inginkan.
Chanel dengan cepat dikenal sebagai seorang
perancang fashion dunia dan menjadi
pusat perhatian dunia. Ia lalu menciptakan model busana yang belum pernah
terpikirkan oleh wanita manapun, yaitu Tracksuits.
Chanel berani menampilkan busana pelaut dengan rok ketat di Resort pantai .
Gaya Fashion yang dibuat oleh The House of Chanel sangatlah simple, praktis dan elegan. Meskipun pada 1914, Perang Dunia I dimulai dan terjadi
kekacauan dan berbagai wabah di Perancis, Coco masih terus semangat melanjutkan
pekerjaannya. Untuk memenuhi permintaan
gaya fashion terbaru, Coco lalu hadir
dengan idenya yang Fresh, yaitu Busana
pertama buatan Chanel untuk Wanita berbadan kurus. Beberapa tahun setelahnya,
Coco membuat sebuah Redingote
(Sejenis mantel wanita) tanpa sabuk dan ornamen, serta menghilangkan bagian
lekukan tubuh dan payudara agar bentuknya lebih agak ramping dan maskulin. Coco
juga menciptakan baju dengan pinggang yang dikecilkan, Kaos, celana wanita dan
piyama pantai.
Agar produk
kita tetap diminati, tak ada jalan lain selain HARUS BEDA. – Coco Chanel
Meskipun The
House of Chanel memproduksi celana untuk wanita, faktanya, Coco jarang
sekali memakainya dengan alasan bahwa Pria lebih terlihat cocok memakai celana
dibandingkan wanita. Uniknya, Coco malah senang dengan gaya rambut pria yang
pendek. Alasannya, rambut pendek mudah dalam hal perawatan. Suatu waktu, Coco
memotong pendek rambutnya dan dengan bangga memamerkannya. Ia beralasan kalau
rambut keritingnya terbakar saat rumahnya kebakaran. Makanya, pada 1917, trend rambut wanita pendek seperti pria
menjadi hal yang lazim. Sebelum Coco muncul dengan rambut pendeknya, wanita
pada saat itu haruslah berambut panjang.
Pada 1919, saat kekasihnya, Arthur “Boy” Capel,
meninggal dunia dalam sebuah kecelakaan mobil, Coco Chanel berkata: “Apa aku harus mati juga atau aku
menyelesaikan apa yang sudah kita mulai bersama.” Seandainya kejadian
tersebut tidak menimpa Chanel, mungkin saja ia takkan pernah memulai
bereksperimen dengan gaun hitam. Ada yang beranggapan kalau Coco sengaja
memakai gaun hitam saat berada dirumah mode agar seluruh wanita di Perancis
ikut berduka atas kehilangannya. Coco dilarang melaksanakan acara berduka cita
disebabkan ia dan Arthur Capel belum resmi menikah.
Lahirnya
Parfum Chanel No. 5
Dimusim panas tahun 1920an, Coco Chanel membuka
sebuah rumah fashion yang cukup besar
di Biarritz. Tak lama berselang, ia
bertemu dengan seorang imigran dan bangsawan asal Rusia bernama Dmitri Pavlovich. Keduanya lalu
terlibat hubungan asmara. Meski hubungan percintaan mereka tidak lama tapi
begitu berkesan. Coco belajar banyak ide baru dari sang pacar.
Bagaimana tidak, Coco tak bisa melupakan kisah
tentang harta karun milik Tsar Muskovite
atau kemewahan Jubah bergaya ecclesiastical.
Tidak hanya itu, setelah pertemuannya dengan Dmitri, Coco juga menambah koleksi
busananya dengan kaos bergaya kostum masyarakat Rusia dengan tambahan bordiran.
Puncaknya saat ia melakukan perjalanan ke Perancis, Dmitri Pavlovich
memperkenalnya dengan seorang ahli parfum Rusia bernama Ernest Beaux saat mereka
singgah di Grasse town.
Pertemuan itu sangat menguntungkan bagi keduanya.
Setelah kerja keras selama setahun dan berbagai macam eksperimen, Ernest
kemudian mendemonstrasikan kepada Coco, sepuluh sampel parfum yang ia bagi
menjadi dua group. Pada parfum pertama, Ernest memberikan nomor 1 sampai 5 dan
pada parfum kedua ia beri nomor 20 sampai 24. Coco akhirnya memilih sampel No.
5 dan saat Beaux menanyakan alasannya, Coco Chanel lalu menjawab: “Saya selalu meluncurkan produk koleksiku
pada hari kelima, bulan kelima, Jadi saya rasa nomor 5 memberiku keberuntungan
– Oleh karenanya, Aku menamakannya No. 5”.
Marketing
Policy dari The House of Chanel menyasar pada konsumen dikalangan
selebritis. Keputusan itu bukannya tidak disengaja karena deretan pengguna
parfum Chanel No. 5 ternyata didominasi oleh para selebritis cantik, bahkan
menjadi parfum favorit Jacqueline
Kennedy. Bahkan tanpa disadari, Marilyn Monroe ikut mempromosikan parfum
“Chanel” dengan tanpa bayaran sepeserpun. Awal 1950-an, pada sebuah wawancara,
Marilyn sempat berujar bahwasanya saat berada diranjang, ia cuma memakai
beberapa tetes parfum Chanel No. 5, dan ternyata beberapa hari kemudian
pernyataan tersebut mampu melambungkan angka penjualan parfum No. 5.
Para desainer Parfum No. 5 menuangkan “cairan emas”
kedalam sebuah botol kristal lalu memberinya label berbentuk kotak sederhana
dimana memberikan kesan cukup aneh pada tampilan parfum. Karena biasanya botol
parfum selalu tampil dengan bentuk yang agak rumit. Pada akhirnya, dunia
memiliki sebuah varian parfum wanita dengan aroma yang disukai wanita, dan
itulah parfum sintetis pertama yang terbuat dari 80 bahan dengan tak satupun
aromanya sama dengan wangi bunga yang sudah ada. Suksespun lalu diraih oleh
sang pencipta parfum tersebut dimana Chanel No. 5 menjadi parfum dengan
penjualan terbanyak didunia.
Jika wanita tak memakai parfum, maka ia tak
mempunyai masa depan. – Coco Chanel
The Little
Black Dress
Pada awal masa 1920-an, dunia sedang ramai membahas
masalah kesetaraan gender. Pada masa itu wanita berhak untuk ikut bekerja,
memilih dan berhak melakukan aborsi, akan tetapi diwaktu yang bersamaan mereka
harus rela kehilangan “Kecantikan” mereka. Dunia fashion waktu itu berada disituasi memprihatinkan dimana gaun wanita mulai kehilangan
keseksiannya dan kecanggihannya.
Coco Chanel paham dengan masalah itu, ia lalu
berhasil mengkombinasikan detail cantik dengan inovasi revolusioner pada model
busananya yang bernuansa feminin menantang. Coco lalu menciptakan gaunnya yang
sangat terkenal “little black
dress”. Sekilas memang gaun tersebut
terlihat sederhana, agak kampungan dan impersonal, namun siapa sangka desain
gaun itulah yang membuat seorang desainer berusia 44 tahun menjadi terkenal
diseluruh dunia serta sebagai simbol gaun yang elegan, mewah dan menarik.
Model pertama dari gaun ini dibuat dengan
menghilangkan bahan fluid crepe marocain (Kain yang terbuat
dari serat), memotong habis bagian lutut
kebawah, serta menghilangkan bagian lengan hingga pergelangan tangan.
Pengerjaannya yang akurat dan cara potong kain yang revolusioner membedakan
desain Coco dengan busana lainnya yang hampir mirip. Coco Chanel percaya alasan
ia menghilangkan bagian dibawah lutut karena setiap wanita bisa menunjukkan
keindahan dari bagian tubuh tersebut. Cocktail dress, tipe busana Coco
yang harganya lebih mahal memiliki takikan model V dan gaun malamnya memiliki
garis leher yang agak dalam dibelakangnya. Dianjurkan untuk mengenakan kalung
mutiara atau perhiasan berwarna, boas,
jaket kecil dan topi kecil yang serasi dengan busana model tersebut.
Little Black
Dress, dengan cepat menjadi busana favorit dan menjadi indikator strata
sosial seseorang. Busana ini juga sudah banyak ditiru, di rancang dan dijahit
ulang. Beberapa perusahaan dan rumah fashion
yang ada diseluruh dunia, masih tetap memproduksi gaun ini. Ketenaran gaun ini
sangat mengagumkan. Model gaun jenis ini masih tetap ada hingga sekarang. Jadi
boleh dibilang kalau Little Black Dress
adalah busana yang tak pernah ketinggalan zaman.
Seorang wanita harus punya dua hal ini:
Glamor dan menakjubkan. - Coco Chanel
Dalam kisah biografi Coco Chanel, kita tahu kalau
pada saat ia berumur dua puluhan, ia sempat terlibat dalam proses desain
perhiasan. Memang ide tentang menggabungkan keindahan batu kristal dengan batu
alam menjadi sebuah perhiasan bukan Cuma Coco yang mengetahuinya. Akan tetapi,
Coco-lah yang pertama kali mengembangkan ide itu. Coco aktif dalam glamornya
dunia para bangsawan di Paris. Ia suka ke pertunjukan balet, bertemu dengan
seniman Pablo Picasso, penari balet
terkenal Sergei Diaghilev, Komposer musik
Igor Stravinsky, penyair Pierre Reverdy dan pemain drama Jean Cocteau. Banyak dari mereka
tertarik ingin bertemu dengan seorang desainer ternama seperti Coco cuma untuk
sekedar ingin berkenalan saja. Kebanyakan mereka terkejut, ternyata Coco orang
yang cerdas, jenaka dan seorang pemikir. Bahkan Picasso pernah menyebutnya
sebagai wanita paling bijaksana di dunia.
Tak hanya prestasi Coco yang menarik perhatian kaum
pria tapi juga pribadinya yang luar biasa, karakter yang kuat, dan sikap yang
sulit ditebak. Coco sangatlah menggoda, cukup kritis, lugas, dan terkadang
sinis. Ia seorang yang fokus, percaya diri, dan seorang wanita sukses dan
bahagia.
Kisah cinta
dengan Hugh Grosvenor
Suatu ketika, Hugh Richard Arthur Grosvenor, Duke
kedua dari Westminster, GCVO, DSO
(dikenal dengan nama “Bendor”) hadir dikehidupan Coco Chanel. Ia seorang tuan
tanah asal Inggris dan salah satu orang terkaya di dunia. Kisah cinta mereka
mampu bertahan selama 14 tahun, dan kisah cinta yang cukup lama itu ternyata
membawa Coco ke sebuah lingkungan pergaulan baru - Para Aristokrat Inggris.
Coco Chanel dan Hugh Grosvenor, the Duke of Westminster, saat berada dipacuan kuda Grand National. |
Dari tahun 1926 hingga 1930, Duke of Westminster merupakan tamu kehormatan baginya. Coco yakin
kalau kisah cintanya dengan sang bangsawan akan sampai kejenjang pernikahan.
Coco menemukan akhir dari petualangan cintanya disetiap rumah yang
dikunjunginya bersama The Duke.
Mereka sering keluar negeri dan liburan dengan Yacht milik The Duke.
Biasanya, Hugh Grosvenor mengundang sekitar 60 orang tamu diakhir pekan untuk
datang ke kediamannya. Diantara para tamu tersebut, termasuk Winston Churchill bersama istri, serta
teman dekat The Duke. Mereka
mengadakan makan malam ditemani alunan Live-Music dan kadang the Duke mengundang rombongan orkestra
dari London.
“Sir Winston
Churchill tak mampu menyembunyikan rasa antusiasmenya, Ia sangat kagum dengan
Gabrielle “Coco” Chanel dan menganggapnya sebagai sosok wanita yang sangat
cerdas, baik dan tegar, kepada siapa saja yang ia temui.”
Hampir semua politisi dan pemimpin dunia, menaruh
perhatian pada kepribadian Coco Chanel, seperti kemampuannya mengambil
keputusan, tekad yang kuat, dan pro terhadap kemerdekaan, dan itu yang
membawanya ke kancah sukses Internasional.
Andai saja Coco mampu memberikan keturunan pada The
Duke, mungkin saja ia bisa menjadi istri sang bangsawan. Karena pada 1928, The
Duke sangat ingin menikahi Coco. Saat itu, Coco telah berumur 46 tahun saat ia
mulai memeriksakan dirinya ke dokter, tapi sayangnya sudah terlambat, ia sudah
tidak bisa memperoleh keturunan lagi. The
Duke of Westminster juga tak kalah terpukulnya mendengar diagnosa tersebut,
tapi keadaan tersebut harus memaksa sang Duke untuk menikah dengan wanita lain.
Coco chanel kemudian memutuskan untuk kembali
bekerja. Kesuksesan terus bersamanya hingga kepuncak ketenaran, dan meskipun
usianya sudah 50 tahun lebih, pesonanya masih mampu memikat banyak pria.
Vakum dari dunia Fashion selama sepuluh tahun
Pada 1939, meskipun Coco sudah sangat sukses dengan
usaha Fashion-nya, Ia terpaksa harus
menutup seluruh toko dan rumah mode-nya selama Perang Dunia II. Banyak
perancang busana meninggalkan kota, tapi Coco bersikeras untuk tetap tinggal di
Paris. Pada September 1944, atas inisiatif dari Komite Moralitas masyarakat,
Coco ditangkap dan ditahan. Alasannya karena Gabrielle “Coco” Chanel terlibat
percintaan dengan seorang SS-Brigadeführer
Jerman bernama Walther Friedrich
Schellenberg, beruntung beberapa jam kemudian ia dibebaskan. Akhirnya Coco
memutuskan untuk hijrah ke Switzerland,
dimana ia menghabiskan masa 10 tahun disana.
Coco dikabarkan terlibat cinta dengan Walther Friedrich Schellenberg, SS-Brigadeführer, Jerman, saat PD II |
Setelah Perang Dunia II berakhir, Para perancang
busana bermunculan bak jamur yang tumbuh pasca Perang di Perancis. Salah
satunya, seorang desainer muda bernama Christian Dior yang mengomentari desain
karya Coco Chanel: “Cuma dengan sebuah sweater hitam serta sepuluh deret
permata, ia mampu merevolusi fashion.”
Kembali ke dunia Fashion
Setelah masa perang berakhir, Christian Dior merancang gaun wanita penuh dengan nuansa bunga.
Gaun rancangannya diberi crinoline,
pengencangan pada bagian pinggang, dan memberi banyak lipatan dibagian paha.
Coco Chanel merasa lucu dengan desain tersebut yang agak ‘hyper-femininity’: “Betapa menggelikannya penampilan wanita
jika memakai busana itu, mereka mengenakan gaun yang dirancang oleh orang yang
tidak memahami wanita, bukan seorang wanita, bahkan tak pernah bermimpi tentang
wanita.”
Dan ketika Coco Chanel kembali dari Switzerland ke
Paris, generasi fashionista baru pun
bermunculan, generasi yang hanya mengenal nama “Chanel” sebagai sebuah merek
parfum. Coco kemudian menyewa sebuah apartemen kecil dengan dua kamar, di Hotel
Rits, Paris, yang memang menjadi hotel favoritnya.
Coco lalu ikut terlibat kembali dalam industri fashion dan ketika Marlene Dietrich menanyakan alasan Coco kembali ke dunia fashion, ia pun menjawab karena ia sudah
bosan menganggur.
Coco Chanel |
Reaksi awal dari para pakar dan media akan koleksi
terbaru karya Coco Chanel sangat mengejutkan – Coco tidak memberikan sesuatu
yang baru dari desain yang ia buat!. Sayangnya, para kritikus tidak bisa
memahami kalau memang seperti itulah rahasia dari Coco Chanel: tak ada yang
baru, hanya karya elegan yang abadi sepanjang masa. Coco lalu berusaha keras
selama setahun. Koleksi busananya yang gagal di Paris, sedikit ia revisi dan
kemudian ia pamerkan di luar negeri. Beruntung, masyarakat Amerika menyambut
baik hasil karya Coco Chanel, dimana Gaun Little
Black Dress meraih sukses di Amerika Serikat. Merupakan suatu kebanggaan
bagi wanita fashionable saat itu bisa
mengenakan busana rancangan Coco, yang sudah sukses menjadi pemilik rumah mode
terbesar di industri fashion seluruh dunia.
Selang beberapa tahun kemudian, Coco menciptakan
gaun the Pink Chanel. Pada 22
Nopember 1963, saat presiden John F.
Kennedy ditembak mati secara misterius, waktu itu sang istri sedang mengenakan
gaun Wol double-breasted, strawberry pink
dan kerah model pelaut karya Chanel. Sehingga tahun 1960-an, the Pink Chanel menjadi busana simbol
kematian Presiden Amerika Serikat dan menjadi icon fashion saat itu. Secara terang-terangan, model busana
tersebut ditiru dan diproduksi oleh rumah mode lain mulai dari model kancing
emasnya hingga ke susunan jahitannya. Tapi nyatanya, nama Coco Chanel lebih
dari sekedar merek sebuah gaun.
Gaun The Pink Chanel yang dikenakan istri mendiang Presiden John F. Kennedy |
Coco Chanel
pernah mengatakan: “Fashion boleh saja memudar, tapi gaya busana masih akan
tetap sama”
Dunia mengenal Coco sebagai satu-satunya trendsetter busana elegan. Konsep gaya
busana Chanel telah terpatri di industri fashion.
Busana Chanel menganut konsep bahwa sebuah gaun haruslah fungsional dan nyaman.
Jika gaun Chanel memiliki kancing, maka kancing itu haruslah bisa terkancing.
Gaun Chanel biasanya dipadu padankan dengan sepatu dengan tali bertumit rendah.
Chanel juga merancang rok dibawah lutut yang dilengkapi kantong untuk tempat
menyimpan kotak rokok. Faktanya, ide membawa tas dengan meletakkannya diatas
pundak, merupakan ide dari Mademoiselle
Coco.
Hingga usia tua, Coco Chanel masih tetap berkarya.
Ide gaya busana terbaru muncul bahkan saat ia tidur. Rahasia kesuksesan merk
Coco Chanel lahir sejak awal ia berdiri. Dimana House of Chanel telah menjual banyak karya seni busana tidak hanya
untuk perempuan saja.
Coco Chanel tengah berdiri di apartemennya di Hotel Ritz, Paris |
Coco Chanel tidak ingin meninggal dunia disaat ia
sedang bekerja. Oleh karenya, pada 10 Januari 1971, Ia meninggal dengan tenang
di kamar hotel Ritz dengan pemandangan The
House of Chanel yang bisa dilihat lewat jendela kamarnya. Hingga tahun
2014, revenue yang dihasilkan oleh
Chanel mencapai 7,43 miliar USD. Uniknya, saat Coco Chanel meninggal dunia,
dilemari bajunya cuma ada tiga stel pakaian dimana semuanya merupakan pakaian
paling bagus pilihan Gabrielle “Coco” Chanel.
Coco Chanel di usia Senja |
Nah, itulah kisah biografi dari seorang perancang
busana ternama yang telah mengubah dunia fashion
hingga saat ini. COCO CHANEL. Semoga kisah diatas bisa menginspirasi dan
berguna untuk kita semua. (MY)