Howard Schultz, CEO Starbucks Company |
Dalam Kisah Inspiratif kali ini, saya akan mengangkat kisah sukses dari
seorang Howard Schultz. Seorang
wirausahawan Amerika sekaligus Presiden Direktur serta CEO Starbucks company, sebuah perusahaan kedai kopi terkenal di dunia.
Starbucks dikenal sebagai salah satu bisnis kedai kopi waralaba (Store Chains) terbesar di dunia. Kisah
kesuksesan pendiri Starbucks sudah tersebar diseluruh dunia. Terobosan yang dilakukan oleh Howard bukanlah sesuatu yang mudah
dicapai, karena tidak hanya berhasil mengumpulkan kekayaan yang melimpah tapi
ia juga berhasil menyentuh hati seluruh pecinta kopi dari setiap generasi diseluruh
dunia.
Masa kecil Howard
Schultz
Howard D. Schultz lahir pada 19 Juli 1953 di Brooklyn, New York. Ayahnya, Fred
Schultz adalah seorang mantan
tentara Amerika Serikat yang saat itu berprofesi sebagai sopir Truk bersama istrinya,
Elaine. Keluarga miskin tersebut
memiliki tiga orang anak, namun sang Ayah waktu itu rela bekerja keras demi
masa depan ketiga anaknya. Siapa sangka bahwa salah seorang anak mereka
nantinya menjadi seorang pengusaha Milyuner yang paling kaya di Amerika.
Masa kecil Howard dihabiskan di lingkungan perumahan dimana penduduknya
masih berpendapatan rendah. Disana juga tidak mempunyai apa-apa selain sebuah
lapangan basket. Sebagian besar penduduknya sangat miskin, sehingga anak-anak
diwilayah itu dituntut untuk ikut bekerja keras. Saat itu Howard kecil sadar
bahwa sangat sulit bagi dia untuk keluar dari kemiskinan yang dialami
keluarganya. Akan tetapi impiannya untuk berhasil lebih kuat dari kondisi yang
dialaminya saat itu.
Saat masih kecil, Howard sering melihat Ayahnya berusaha keras untuk
mendapatkan pekerjaan yang kadang diluar harapan. Ketika Howard berumur tujuh
tahun, kaki ayahnya patah saat bekerja dan parahnya lagi keluarga itu tidak
memiliki asuransi kesehatan. Kesulitan terberat saat itu masih membekas di
memori Howard saat ini.
“Waktu itu aku melihat Ayah merasa sangat terpukul
dan merasa kehilangan harga diri. Aku rasa itu disebabkan karena selama ini Ayah terbiasa bekerja keras.” –
ujar Howard Schultz
Pendidikan dan Karir
Saat berumur 12 tahun, Howard mendapat pekerjaan pertamanya, yaitu menjual
koran. Selanjutnya dia bekerja di sebuah kafe lokal. Pengalaman terberat dia
alami saat berumur 16 tahun, ketika dia bekerja di toko yang menjual bulu
binatang. Tugasnya saat itu meregangkan kulit hewan. Pekerjaan melelahkan itu
yang menurut Howard, menjadikannya lebih kuat dan membantunya untuk sukses dikemudian
hari. Merasa staminanya lebih kuat setelah bekerja ditempat sebelumnya, Howard
lalu fokus ke olahraga yang membuatnya memperoleh Beasiswa atletik di Northern Michigan University hingga ia
mendapat gelar sarjana di bidang Komunikasi ditahun 1975.
Setelah lulus kuliah, Howard Schultz bekerja sebagai Sales Manager di Xerox
selama tiga tahun. Selanjutnya dia bekerja di sebuah perusahaan Swedia, Hamamaplast. Di situ dia bertugas
menjual berbagai macam peralatan rumah tangga, termasuk memasarkan mesin pembuat
kopi ke tempat usaha seperti Starbucks.
Saat itu Howard sadar kalau Starbucks memesan mesin pembuat kopi lebih banyak dibanding
tempat usaha lainnya yang lebih terkenal. Akhirnya Howard memutuskan untuk
menemui sang pemilik Starbucks yang ada di Seattle.
Starbucks Corporation adalah sebuah
perusahaan kopi Global asal Amerika sekaligus kedai kopi yang memiliki banyak
cabang yang kantor pusatnya berada di Seattle, Washington. Pendiri Starbucks
awalnya adalah tiga orang yang bersahabat saat masih kuliah. Mereka adalah
seorang guru bahasa inggris bernama Jerry
Baldwin, Guru sejarah bernama Zev
Siegl, dan Seorang penulis bernama Gordon
Bowker. Ketiganya adalah pecinta kopi dan ingin membagi pengalaman mereka
tentang kopi dengan membuka sebuah kedai kopi kecil.
Saat itu Starbucks beroperasi di
masa yang kurang menguntungkan: di akhir tahun 60-an, Warga Amerika
tergila-gila dengan kopi instant. Bahkan kebanyakan dari mereka tidak tahu
kalau kopi punya banyak jenis yang lebih bagus dibanding kopi instant. Itulah
yang menyebabkan Starbucks sepi pengunjung pada masa itu.
Nama “Starbucks” sendiri diambil
dari nama salah satu tokoh dalam novel “Moby-Dick”
karangan Herman Melville. Sesosok monster duyung yang memiliki sepasang ekor
dalam mitologi Yunani dijadikan logo perusahaan tersebut. Logo itu menggambarkan
kalau kopi yang disajikan Starbucks didatangkan dari berbagai wilayah dipenjuru
dunia. Kita masih bisa menemukan logo pertama Starbuck itu di kedai pertamanya
di Seattle.
Akhirnya setelah mencicipi kopi Starbucks, Howard langsung jatuh hati
dengan cita rasanya yang jauh lebih nikmat dibanding kopi manapun yang pernah
ia coba. Schultz mengingat waktu itu, dia langsung berpikir “Ya Tuhan, Ini
benar-benar bisnis yang bagus, kotanya pun sangat indah!. Aku ingin menjadi
bagian dari semua ini”.
Starbucks saat itu punya ciri khas yang menjadikannya populer di Seattle,
yaitu mengajarkan kepada para pengunjung seni dalam membuat kopi. Hal inilah
yang memancing antusias Schultz, pemuda 29 tahun, untuk melamar kerja di
Starbucks dan sempat mengganggu Boss Starbucks, Jerry Baldwin, dengan dering
teleponnya. Schultz kemudian berusaha meyakinkan Baldwin kalau perusahaan mampu
membuka kedai kopi lebih banyak lagi, namun hal itu ditolak lantaran Baldwin
merasa hal itu akan mematikan esensi starbucks yang sebenarnya. Hari berikutnya
Schultz memohon agar dia diangkat menjadi Marketing
Director di Starbucks dengan gaji kurang dari setengah gaji saat dia di
Hamamaplast. Ia melihat potensi yang menjanjikan di bisnis itu dan menyadari
kalu dia sudah terikat secara batin dengan Starbucks. Itulah yang menyebabkan
ia rela bekerja di Starbucks dengan upah rendah, hingga ditahun 1982 ia pindah
ke Seattle.
Pada 1983, Howard pulang dari Milan dengan membawa serta resep Latte dan Cappucino, yang membuat penjualan Starbucks meningkat tiga kali
lipat hingga tahun berikutnya. Ternyata Howard tertarik dengan konsep Cafe di
Italia yang tidak hanya sekedar kedai kopi biasa tapi juga berfungsi sebagai
sarana berkumpul dengan cara interaksi sosial. Tempat bersosialisasi masyarakat
Amerika saat itu didominasi oleh Restoran Siap Saji. Schultz kemudian berpikir
keras bagaimana menciptakan konsep baru, ia pun menyarankan agar Baldwin fokus
membuat jaringan kedai kopi, di tahun 1985. Namun ide tersebut ditolak oleh CEO
Starbucks dengan berbagai pertimbangan, Pendiri Starbucks itu merasa kalau ide
Howard akan mengakibatkan kedai kopi mereka akan kehilangan ciri khasnya.
Howard merasa para pendiri Starbucks adalah orang-orang dengan pemikiran
tradisional yang menganggap kopi sejatinya dibuat “rumahan”. Namun ide membuat
kedai kopi agar lebih dikenal luas dipercaya Schultz akan mendatangkan lebih
banyak keuntungan, hingga akhirnya dia memutuskan untuk berhenti dari Starbucks
dan mulai membuka bisnisnya yang baru.
“Howard Schultz percaya, “Hanya orang yang berada di jalan yang belum dilewati
oleh siapapun yang mampu menciptakan usaha dan produk baru, juga mampu
membangun perusahaan yang kokoh dan bertahan lama dan menginspirasi orang lain
untuk mencapai hasil yang luar biasa.”
Lahirnya Starbucks
Modern
Howard memerlukan sedikitnya 1,7 juta dollar Amerika untuk memulai bisnis
barunya. Para pendiri Starbucks meminjamkannya setengah dan sisanya ia pinjam
di Bank. Pada April 1986, Schultz membuka Kedai Kopi di Seattle yang dia beri nama berbau Italia ‘Il Giornale’. Usaha Schultz sukses dimana 300 orang berkunjung di
hari pertama Cafe ini buka.
Setahun kemudian, Howard mendengar kalau pemilik Starbucks ingin menjual
seluruh kedai kopi, tempat penggilingan kopi beserta brand (merk dagang) mereka
dikarenakan cukup kewalahan mengelola usaha yang sudah sangat besar itu.
Mengetahui Starbucks dijual dengan harga 4 juta US Dollar, Schultz lalu meminta
pinjaman kredit dan berusaha meyakinkan para kreditor. Menariknya, salah satu
Kreditor pertama Schultz adalah Bill
Gates, Pendiri Microsoft. Sama halnya dengan kisah para pendiri McDonalds,
ketiga pendiri Starbucks akhirnya menjual usaha mereka itu kepada Howard Schultz
dan menjadikannya pemilik satu-satunya sekaligus sebagai Manager di Starbucks.
Starbucks saat itu sudah menyediakan Bar
Counter di setiap kedai kopinya dengan seorang Barista (Ahli Pembuat Kopi) yang bertugas menghaluskan biji kopi,
meramu dan menyajikan kopi segar. Barista juga harus menghapal nama, kebiasaan
dan minat para pelanggan. Ketika Schultz pertama kali berkunjung ke Italia, dia
kagum dengan kedai kopi disana khususnya pada teknik penyajian kopi oleh para
Barista dimana mereka mampu menuang espresso
dengan satu tangan sementara tangan yang lain bekerja mengaduk Cream, plus menemani pelanggan ngobrol
diwaktu yang bersamaan. Dua tahun kemudian, untuk kedua kalinya Howard
berangkat ke Italia. Dia pulang tidak hanya membawa beberapa foto dan menu
resep tapi juga video dokumentasi para Barista di Italia. Video tersebut
kemudian ia jadikan materi training bagi para staffnya, dan inilah yng menjadi
kunci sukses dari Starbucks di kemudian hari.
Berbeda dengan Hamburger. Kopi merupakan produk elegan, dimana perlu kerja
keras agar warga Amerika tertarik menikmatinya. Hal yang mustahil untuk
memancing orang datang kesebuah tempat yang tidak diperbolehkan merokok tapi
ada aroma kopi didalamnya. Sehingga Schultz menganggap usahanya itu sebagai
sebuah petualangan yang menjadi rahasia kesuksesannya.
Howard Schultz berjanji pada Kreditornya bahwa ia akan membuka 125 gerai
lagi di Amerika dalam jangka lima tahun kedepan, dan ternyata pada 1992 ia malah
berhasil membuka gerai lebih banyak dari yang ia janjikan. Dia memulainya dari New England, sekalgus di Boston dan Chicago dan sampai ke California.
Schultz mengadopsi sistem waralaba (franchise) yang sebelumnya sudah diterapkan
di McDonalds dan segera memulai membangun kerajaan bisnisnya.
Dia kemudian lebih berhati-hati dalam menerapkan strategi pemasaran dan
untuk mengubah pola pikir warga Amerika, Schultz lalu memperkuat produknya
dalam hal kuantitas, kualitas, dan publisitas. Tim pemasaran Starbucks rutin
mempromosikan kalau menikmati kopi di Starbucks adalah hal yang romantis.
Slogan iklan yag dibuat pun mudah diingat, yaitu senyum akan muncul saat
menikmati kopi yang penuh cita rasa ini dan Schultz memastikan kalau iklan
tersebut tidak beda dengan realita sebenarnya.
Howard juga menerapkan konsep Cafe yang demokratis, yang dikerjakan dengan
konsep ‘Self-service’. Disini para
pengunjung bebas menentukan pilihan: mulai dari jenis minuman (tidak hanya
kopi, tapi juga Cappucino, espresso,
mocha, macchiato, dan sebagainya), ukuran gelas, bahkan jenis susu (regular
atau bebas lemak), semua itu sesuai selera pengunjung. Konsep seperti itu memberikan
kesempatan kepada pengunjung untuk memilih sendiri sajiannya. Sistem itu juga
kadang menghasilkan produk baru dengan berbagai campuran seperti menu: ‘Doube tall skinny decaf latte”. Konsep
“Self-service” yang diterapkan ternyata tidak membuat pengunjung merasa repot.
Di Starbucks, pesanan akan dilayani oleh satu orang sedang kru lainnya
menyiapkan minuman. Cara ini cukup cepat, terutama jika dibandingkan dengan
metode restoran Fast-Food lainnya.
Jenis pesanan menu di Amerika dan beberapa negara lainnya, yang terbanyak masih
berupa pembelian yang dibawa pulang (di Amerika, 75% pesanannya untuk dibawa
pulang) sehingga tidak sampai membuat Cafe sesak dengan pengunjung.
Pada 1992, Schultz memutuskan
membawa Starbucks menjadi perusahaan publik. Hingga Juni 1992, ia
memasang saham Starbucks di New York
Stock Exchange di harga 14 dollar Amerika per lembar, dan hanya dalam tempo
sehari, harga sahamnya naik menjadi 33 dollar Amerika.
Antusias dan Profesionalitas karyawan Starbucks
Dua tahun sebelum memulai go public, Howard Schultz membuat peraturan di Starbucks yang
kemudian berubah menjadi kode etik perusahaan. Aturan itu menjelaskan bahwa
keuntungan datang dari hasil kerja tim serta dari pengembangan kualitas kopi
yang berkesinambungan. Ia menambahkan “Ingatlah,
keuntungan yang didapat hari ini, merupakan landasan awal bagi kesejahteraan
kita dimasa depan”
Dari biografi Howard Schultz kita tahu bahwa saat mengembangkan Starbucks
di level nasional, Howard menaruh perhatian sangat besar pada faktor manusia
yang disebutnya sebagai pelaku utama paling cerdas yang pernah ada. Dia menambahkan
jika seseorang menyatu dengan bisnis dengan banyak tenaga kerja maka iaia harus
membangun hubungan emosional, ikut bermimpi dan sepenuh hati mensejahterakan mereka.
Schultz peduli betul dengan semangat tim Starbucks. Semua karyawan yang
bekerja 20 jam setiap minggu akan difasilitasi asuransi kesehatan. Dia juga
menerapkan sistem kepemilikan saham sebagai hadiah bagi karyawan terbaik.
Sayangnya karena diterapkannya sistem subsidi, ide Howard Schultz itu tidak
disetujui oleh para pemegang saham yang khawatir akan terjadi penurunan ‘shares value’.
Pada 1994, karyawan Starbucks di California memberitahukan terjadi
penurunan jumlah pengunjung saat musim panas disebabkan oleh tidak adanya ‘Refreshing Drink’ di Starbucks. Schultz
sebenarnya berat untuk mengubah konsep “Kopi murni” yang diterapkannya, tapi
apa salahnya kalau dicoba cara baru. Hingga pada April 1995, untuk pertama
kalinya ditawarkan menu Frappuchino
di sekitar 550 cafe Starbucks yang ada. Frappuchino menjadi populer dan ditahun
yang sama, 10 persen pendapatan Starbucks berasal dari menu itu. Pada 1996, PepsiCo menawarkan kerjasama lisensi
jangka panjang untuk pembuatan botol
Frappucino.
Semangat unik dari Starbucks
Popularitas Starbucks tidak hanya menginspirasi para pelanggannya tapi juga
kompetitor lainnya. Kedai kopi sejenis tiba-tiba bermunculan diseluruh penjuru
kota dengan harga yang relatif murah. Bahkan restoran fast-food dan pom bensin ikut-ikutan menyediakan menu “Espresso” untuk memikat para
pelanggannya. Menghadapi kondisi itu, Starbucks tetap mempertahankan prinsip
utama mereka: Romantisme, kemewahan yang terjangkau, Ketenangan, dan
informalitas.
Akhirnya disadari jika ingin menerapkan prinsip diatas, Starbucks mesti
merubah landasan disemua konsep pengembangan jaringan mereka. Konsep Cafe
Italia yang menjadi model dasar cafe Starbucks dirasa sudah tidak sesuai lagi
dengan gaya hidup warga Amerika. Kedai kopi yang ada di Italia umumnya berada
di area sempit dengan tempat duduk sedikit, oleh karena itu banyak pengunjung
lebih memilih ke Bar daripada ke Kedai kopi. Di Amerika, konsep semacam itu
kurang berhasil. Starbucks diharapkan menjadi sarana bersosialisasi, sehingga
memang dirasa perlu untuk mengubah konsep kedai kopi menjadi tempat dimana
orang senang ngobrol disana. Area cafe lalu dirombak total, kursi bar yang
tinggi dekat Counter diganti dengan kursi dan meja yang nyaman. Dibuatnya area
private di Starbucks berhasil memancing pengunjung melaksanakan meeting disana.
Popularitas Starbucks langsung tersebar luas, namun ada sedikit masalah.
Tingkat penjualan yang tinggi, menyebabkan sulitnya mempertahankan kualitas
produk dengan banyaknya macam menu yang disediakan.
Di Starbucks, biji kopi yang dipanggang dan digiling, kemudian dikirim
menggunakan kemasan khusus: berupa kantong ukuran 2 kg, dilengkapi dengan
pembuka khusus yang akan melepaskan karbondioksida didalam tapi tetap menjaga
kelembaban dan oksigen agar tidak masuk. Saat kemasan ini dibuka, kopi
didalamnya akan tetap ‘Fresh’
sehingga kopi bisa dikirim ke lokasi yang cukup jauh. Saat kemasan kopi dibuka,
Barista cuma punya waktu tujuh hari
untuk meramunya, sehingga kualitas kopi benar-benar terjaga.
Namun ternyata cara seperti itu dianggap terlalu boros. Melihat kelemahan
itu, Howard Schultz mencoba cara lain. Perusahaan
lalu mencari metode baru bagaimana agar ekstrak kopi tetap berkualitas bagus
saat dikemas menjadi kopi instant. Untungnya, para ahli Starbucks berhasil
menjaga rasa kopi instant tetap natural disaat yang tepat. Hal itu berdampak
pada peningkatan penjualan yang sangat besar.
Hal paling utama pada sistem di Starbucks ada pada identitas starbucks itu
sendiri. Schultz menjaga agar teamnya senantiasa mengikuti standard perusahaan.
Menurut Schultz, tidak hanya desain interior tapi juga cita rasa kopi harus
sama. Dia menginginkan para pengunjung merasa seperti berada dirumah meski
mereka berada di kota lain dan untuk menambah nuansa itu, musik harus ada
setiap saat. Tidak hanya itu saja, musik yang diputarpun harus sama antara gerai
satu dengan yang lain. Suatu hari, Manager Starbucks dari beberapa kota melapor
ke pusat kalau pengunjung banyak yang menanyakan apakah mereka bisa membeli CD
musik yang diputar di Starbucks. Starbuck kemudian mengadakan kerjasama dengan Capital Records untuk mendirikan Hear Music, sebuah merek dagang retail penjualan CD musik sekaligus label rekaman milik Starbucks. Hingga pada Maret 1995 CD koleksi musik Jazz dan Blues pun dirilis. Di hari
pertama mereka berhasil menjual lebih dari 75.000 kopi CD. Berikutnya Starbuck
lalu merilis CD musik aliran Blues tiap tahunnya.
Satu hal yang menarik dari Starbucks adalah mereka pasti membayar satu
dollar per tahun untuk pemilik properti yang ada disetiap kedai Starbucks. Tak
seorangpun yang dirugikan karena mereka tahu kalau pengunjung pasti ada. Semua
orang sudah kenal dengan suasana, aroma kopi, dan merek yang tertulis di gelas
yang menjadikan Starbucks makin populer. Bahkan Starbuck sering diundang untuk
membuka gerar di lokasi rawan kejahatan dan itupun mereka setujui. Starbucks
memang tidak bisa melawan kejahatan akan tetapi mereka mampu membuat orang
berkunjung ke kedai kopi dan biaya untuk itu semua hanya satu dollar setahun.
Memang tidak semua kebijakan Starbucks dilandasi aspek kemanusiaan. Tenaga
pemasaran dan Brand Manager tahu itu
dan mereka punya banyak cara untuk melakukan promosi. Contohnya dengan membuat
pegangan gelas dari kertas yang menjaga tangan pengunjung agar tidak kepanasan.
Dengan membeli kopi, pengunjung dapat memilih apakah mereka ingin pegangan
gelas dari karton yang gratis atau pegangan gelas polyurethane berlogo Starbucks dengan sedikit biaya tambahan. Jadi
meskipun kopi berikutnya mereka beli diluar, tetap saja pegangan gelas mereka
masih ada logo dan tulisan Starbucks-nya.
Salah satu Inovasi yang tidak hanya mampu menjaga kebersihan lingkungan
tapi juga sebagai media promosi, adalah Thermo
Cup. Media ini sangat populer di kedai Starbucks dimana pengunjung
memperoleh tumbler berlogo Starbcuks
yang tidak hanya sebagai tempat penyimpanan kopi tapi juga sebagai media
promosi.
Howard Schultz membawa Starbucks sebagai pelopor bisnis kopi di dunia.
Pada 1996, Howard Schultz, sebagai Dewan Direksi, CEO dan co-owner
Starbucks, memutuskan sudah waktunya bagi Starbucks untuk ekspansi ke luar
Amerika. Mereka lalu membuka Cabang pertamanya di Jepang, kemudian berlanjut di
Singapura, Korea, Taiwan, Inggris, Belanda, Swedia, dan Israel. Hingga April
2000, sudah dibuka lebih dari 2.400 cabang Starbucks di Amerika Serikat dan 350
cabang di seluruh Eropa, Asia, Timur Tengah, dan Kanada. Di bulan yang sama,
Howard Schultz yang telah berusia 46 tahun, menyerahkan jabatannya ke Executive Director CEO Starbucks, Orin C. Smith, sementara ia ingin fokus pada ekspansi usaha ke
dunia Internasional. Dia bahkan punya target sendiri: yaitu membuka 1200 cabang
baru diawal 2001. Kondisi keuangan Starbucks meningkat sangat pesat, selama
satu dekade, laba dan share price mereka
terus bertumbuh.
“Kebanyakan para pengusaha melakukan
kesalahan yang sama. Ketika mereka lelah memimpin perusahaan, mereka lalu
mempekerjakan asisten-asisten setia. Mereka takut meletakkan jabatannya kepada
orang-orang cerdas dan sukses” – Howard Schultz.
Pada akhir 2005, Howard Schultz mengumumkan kalau Starbucks akan melakukan
ekspansi hingga sepuluh ribu cabang. Howard menambahkan kalau mereka harus
berkembang cepat, karena para kompetitor sudah mulai memasuki pangsa pasar
mereka. Itulah pernyataan dari seorang pengusaha ambisius, meskipun saat itu
kompetitor mereka tertinggal jauh dibelakang. Popularitas Starbucks mencapai
tingkatan paling tinggi saat itu, sampai-sampai The Economist Magazine menciptakan ‘Starbucks index’- semacam indikator kondisi perekonomian disebuah
negara yang dianalogikan dengan harga secangkir kopi standard yang ada di Starbucks.
Dengan pesatnya dunia Internasional, Tim Starbucks mulai membuat ide baru.
Howard Schultz mulai membuat menu makanan Fast-Food,
yang dimulai dengan memasukkan hidangan Sandwitch
dalam menu Starbucks. Uniknya ide tersebut muncul dari kegagalan mereka membaca
pasar yang ada di Cina dan Taiwan. Disana para pengunjung mengkonsumsi kopi
hanya sebagai pelengkap dari makanan utama. Akhirnya, semua Starbucks diseluruh
dunia menerapkan konsep tersebut, mulailah setiap kedai Starbucks menyajikan
Roti, Snack, Sandwich dan makanan lainnya dalam menu mereka.
Ketika Schultz melihat kalau Starbucks sudah sukses dan stabil, dia lalu
memutuskan terjun ke bisnis olahraga dengan membeli NBA Seattle, Supersonic, sebuah tim bola Basket terkenal dan untuk
sementara meninggalkan posisi Direct
Management di Starbucks.
Howards kembali memimpin Starbucks
Pada 2007, Pengunjung Starbucks mulai komplain
perihal hilangnya nuansa romantisme dalam cafe dan Schultz tahu itu, diapun
memberitahukan penyebabnya kepada para Top Manager, yaitu:
- Mesin pembuat kopi lebih besar dari sebelumnya,
sehingga pengunjung tidak bisa lagi mengawasi proses pembuatan minuman.
- Kemasan kopi terbaru memang bisa menjaga bubuk
kopi tapi tidak mampu menjaga aroma kopi, dan itu mengganggu para pecinta kopi.
Hal itu diperparah dengan krisis ekonomi tahun 2008, sehingga diawal tahun itu,
Howard kembali memimpin Starbucks demi mengembalikan image perusahaan.
Starbucks hampir tidak memiliki saingan dibisnis kopi. Meskipun begitu,
bukan berarti Starbucks bisa berleha-leha, mereka terus siaga. Perusahaan lain
mulai menengok bisnis kopi yang memang sangat menjanjikan. Di lain tempat, ada
perusahaan McDonalds dan Dunkin Donuts yang rela menyajikan apa
saja ke pelanggannya: voucher, kopi gratis, dsb. Sementara itu beberapa
pengusaha independen mulai belajar dari pengalaman Starbucks. Mereka melakukan
promosi dengan slogan “Mari dukung usaha lokal!”, dan posisi Starbucks berada
ditengah itu semua.
Untuk menyelamatkan Starbucks, Schultz harus melakukan sesuatu. Demi
mengurangi pengeluaran, perusahaan kemudian menutup 600 cafe ditahun 2008 dan
menutup 300 cafe lagi ditahun 2009. Saat ini perusahaan berfokus pada upaya
melewati krisis ekonomi dan perbaikan layanan.
Pada Maret 2008, Starbucks meluncurkan sebuah proyek menarik via internet.
Siapapun termasuk karyawan dan pengunjung Starbucks bisa menyumbangkan ide demi
perbaikan mutu Starbucks. Setiap ide yang masuk akan dirapatkan dan beberapa
langsung diterapkan. Namun sebelum ide itu dibahas oleh perusahaan, terlebih
dahulu ide dibahas oleh pengunjung website dan hanya ide yang populer diwebsite
yang akan mereka rapatkan.
Howard Schultz dan keluarga
Howard Schultz pantas berbangga dengan apa yang telah ia capai. Meski
begitu ia lebih suka membicarakan perusahaannya dibanding masalah pribadinya.
Howard merupakan sosok kepala keluarga yang baik, ayah dari dua anak yang
selalu bercerita tentang kehidupannya di Brooklyn. Beberapa kali dia membawa
serta anaknya bepergian meskipun dia tidak merasa aman dilingkungan rumahnya.
Sebuah lubang peluru yang ada di tembok rumah tetangganya, membuatnya harus
berhati-hati memilih tempat tinggal.
Saat ini, Howard Schultz.net menghasilkan
sekitar 2,2 miliar dollar Amerika. Howard juga suka berwisata dengan anaknya dan
diapun telah menghasilkan dua buku biografi mengenai dirinya. Tidak lupa dengan
daerah asalnya, Howard sering melakukan
kunjungan ke Israel dan di tahun 1998, dia memenangkan penghargaan “The Israel 50th Anniversary Tribute Award”
oleh Jerussalem Fund of Aish Ha-Torah karena
perannya dalam menyatukan Israel dan Amerika Serikat.
Howard berhasil menginspirasi banyak orang bahkan sampai yang di level
bawah. Jika Schultz berada di dunia bisnis, dia seorang agresor. Jika dia
bersama karyawannya- dia menjadi pemimpin yang baik dan adil. Meskipun
perusahaan untung banyak tapi itu tidak memberikan kedamaian baginya jika
karyawannya tidak sejahtera.
Howard Schultz saat ini menetap di Seattle,
Washington, bersama istrinya, Sheri
(Kersch) Schultz, dan dua putranya, Jordan
dan Addison.
CEO Starbucks, Howard Schultz bersama istrinya Sheri Schultz |
Howard Schultz pernah berujar “Aku
tidak bisa memberikan resep kesuksesan secara pasti. perencanaan yang matang memang
dibutuhkan jika ingin sukses dalam bisnis. Tapi pengalaman mengajarkanku bahwa lebih
mungkin jika kesuksesan yang diawali dengan kegagalan akan memberikan banyak
dari yang kita impikan”.
Pada 2014, Starbucks berhasil mencatat revenue
sebesar 16,45 Miliiar US Dollar, net income – 2,07 Milliar US Dollar.
Total jaringan headcount mencapai
lebih 149 ribu orang. Menurut data 2014, tercatat ada 20.737 cafe Starbucks
yang tersebar di 62 negara.
Well, semoga Kisah sukses Howard Schultz diatas bisa menginspirasi kita
semua. (MY).